Ketika bersama orang banyak seseorang bisa saja terlihat begitu taat kepada Allah. Namun ketika waktu kesendirian datang, tak ada yang bisa menjamin Jarang yang melanggar larangan Allah dengan lancang, namun ada juga yang menghabiskan waktu kesendiriannya dengan ketaatan kepada Allah . Adalah sesuatu yang tidak elok, tatkala kita mengenal Allah , namun disisi lain kita bermaksiat kepadanya. Dan tatkala kita mengetahui dengan dirinya.Tak keselamatan elok, pasti akan adzab-Nya, namun kita malah dengan santai menerjang larangan-Nya.
Allah berfirman:
"Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai .Dan adalah A/lah Maha Meliputi (ilmmi-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan" (QSs. An-Nisa': 108).
Waktu kesendirian adalah waktu dimana sesorang dihadapkan pada dua pilihan, untuk berbuat ketaatan atau malah kemaksiatan. Rasululloh bersabda:
'Sungguh aku telah melihat beberapa kaum dari umnma tku datang pada hari kiamat dengan kebaikan laksana gunung-gunung tihamah Makkah) yang putih, kemudia Allah a'ala _menjadikannya debu yang beterbangan ". Tsauban mereka wahai Rasululloh, jelaskan sifat mereka pada kami, agar kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak tahu. Nabi bersabda: "ketahuilah mereka adalah saudara kalian, satu bangsa, mereka bangun malam sebagainana kalian. Tapi jika mereka imenyendiri dengan larangan- larangan Allah mereka melanggarnya " (HR. Ibnu Majah : 4245, dishahihkan Imam Albani dalam Shahih Sunan lbnu Majah)
Yang dimaksud dengan bersendirian dalam maksiat tidak berarti maksiat tersebut dilakukan di rumah seorang diri, tanpa ada yang melihat. Namun boleh jadi maksiat tersebut dilakukan dengan jama' ahnya dengannya. atau orang yang setıpe (Silsilah A-Huda wa An- Nuur no. 226)
Ulama lain berkata bahwa ancaman dalam hadits diatas berlaku bagi orang menghalalkan dosa atau menganggap remeh dosa tersebut. Muhammad Syaikh Al-Mukhtar Asy-Syinqith berkata,. ada orang yang melakukan maksiat sembuny1-sembunyı namun kemudian dia menyesal. Orang tersebut bukanlah orang yang merobek tabir untuk menerjang yang haram.Karena asalnya orang semacam itu mengagungkan syari at Allah Namun ia terkalahkan oleh syahwatnya. Adapun orang yang bermáksiat dalam keadaan berani (menganggap remeh dosa, pen.). Itulah orang yang terhapus amalannya. (Syarh Zaad Al-Mustaqni', no pelajaran 332)
Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah, Apakah kita ingin semua amal kebajikan yang kita lakukan dijadikan seperti debu yang beterbangan? Maka Sungguh celaka dan merugi orang yang seperti itu. Dan tidakkah kita takut akan hal tersebut? Manusia di sekeliling kita ungkin saja tidak melihat perbuatan kita tapi Allah pasti melihat segala sesuatu yang kita kerjakan.
No comments:
Post a Comment