Showing posts with label Artikel Pertanian. Show all posts
Showing posts with label Artikel Pertanian. Show all posts

Monday, 28 February 2022

CARA MENANAM WORTEL DENGAN MEDIA POT


Banyak yang beranggapan bahwa menanam wortel sangatlah sulit dan harus di dataran tinggi. Namun ternyata wortel dapat ditanam di dalam pot/polybag dengan cara yang mudah, perawatan dan proses panennya pun lebih mudah. 

Syarat Tumbuh Tanaman Wortel

Tanaman wortel adalah tanaman yang dapat tumbuh pada ketinggian tanah yang idealnya adalah 100 – 1500 meter dari permukaan laut. Namun hal ini tidak menjadi masalah jika menanam wortel di dalam pot . Untuk masalah suhu juga tidak menjadi masalah karena tanaman sayur ini dapat tumbuh pada musim kemarau dan juga pada musim hujan jadi tidak mempengaruhi tehnik yang digunakan yaitu menanam dengan pot. Salah satu hal yang paling diperhatikan adalah media tanamnya yang harus subur dan gembur kemudian memiliki unsur hara dan pHnya harus berkisar 6 – 7. Apabila ternyata pH tanah kurang dari 5 maka dapat melakukan pengapuran menggunakan dolomite.

Persiapan Sebelum Menanam

Menyediakan Wadah / Pot

Siapkan pot sebagai wadah tanam wortel dan karena fisik dari tanaman sayur ini memiliki jenis akar yang tumbuh ke dalam maka dapat memilih pot yang mempunyai ukuran kedalaman yang sesuai yaitu ser 30 – 40 cm agar hasil wortel nantinya sesuai dengan harapan yaitu memiliki panjang dan besar yang berkualitas. Apabila menggunakan ukuran pot yang memiliki kedalaman ser 20 – 25 cm maka hasil wortel yang tanam akan lebih pendek. Perhatikan kebersihan pot yang akan gunakan, usahakan pot dalam keadaan kering pada saat akan diisi dengan media tanam.

Menyediakan Media Tanam

Sediakan media tanam yang cocok untuk menanam wortel. dapat menggunakan media tanam porous yang tidak mudah padat dan beberapa media yang dibutuhkan adalah tanah yang dapat dicampur dengan penggunaan tanah merah, pasir halus, dan kompos dengan menggunakan perbandingan yang sama. Dapat pula menggunakan batang pakis yang dicampur dengan sedikit pasir jika saja tidak menggunakan media tanah.

Membuat Bibit Wortel

Sediakanlah bibit yang unggul yang mempunyai sifat adaptasi yang sangat baik. Ciri-ciri wortel yang dapat dijadikan sebagai benih adalah wortel yang memiliki produksi tinggi dan adaptasinya cukup hl kemudian memiliki bentuk umbi yang bagus dan berwarna cerah. Untuk umbi yang dapat dipilih adalah umbi yang berusia 100 hari setelah waktu panen. Ukuran umbi yang digunakan adalah besar, tidak bercabang dan lurus, memiliki warna cerah. Cara membuat bibit wortel unggul dapat lakukan dengan memotong bagian ujung umbi dengan ukuran 1/ 3 dari ukuran panjang umbi wortel. Kemudian pangkas bagian daun wortel yang berada di dekat pangkal umbi dan setelah itu sisakan 10 cm.

Siapkan pot untuk pembibitan (bukan untuk proses penanaman) yang kemudian lengkapi dengan media tanam yang sudah disediakan lalu taburkan pupuk trichokompos dan setelah itu biarkan hingga 1 minggu. Jika sudah 1 minggu maka dapat menanam umbi wortel yang sudah disediakan sebelumnya dan kemudian siram kembali dengan menggunakan larutan trichoderma yang ditambah dengan air dan dengan ZPT organik. Penyiraman ini dilakukan selama 2 minggu sekali dan waktu penyiraman adalah setiap sore di musim kemarau. Jika sudah mencapai usia 1 bulan maka tanaman wortel akan berbunga dan kemudian tunggu hingga mencapai 2 bulan baru bunga wortel akan merekah dengan sempurna dan siap untuk dipanen.

Bunga wortel yang sudah mengering tersebut akan berwarna kecoklatan dan dapat langsung panen dengan cara dipetik. Setelah itu remas bunga wortel tersebut hingga bagian bijinya terlepas dari bagian kelopak bunganya. Apabila biji sudah terkumpul semua maka dapat simpan pada kemasan plastik yang kemudian dapat diikat dengan menggunakan karet hingga rapat. Proses ini bukanlah proses penanam melainkan proses untuk mendapatkan benih atau bibit wortel dari umbi wortel yang unggul. Jika cara ini sudah dilakukan maka dapat lanjutkan pada proses penanaman yang ada dibawah ini.

Proses Penanaman
  • Masukkan media tanam yang telah disediakan ke dalam pot yang juga telah ada sebelumnya. Sisakan bagian ruang kosong diatas media tanah ser 2 – 3 cm.
  • Buatlah lubang untuk meletakkan bibit wortel dengan jarak ser 3 – 5 cm pada tiap-tiap lubang.
  • Masukkan bibit wortel pada lubang yang telah dibuat dan untuk setiap lubang diisi dengan 2 bibit wortel. Jika sudah maka tutup kembali lubang dengan menggunakan media tanam.
  • Siram bibit dengan menggunakan air secukupnya dan letakkan pot diluar untuk menerima intensitas matahari secara langsung. Kemudian pastikan juga agar media tanam yang digunakan tetap lembab sehingga bila media tanam mulai kering segera siram dengan air.
  • Apabila ternyata tinggi tanaman sudah mencapai 3 cm maka daun dapat dipangkas sebagai perawatan awal untuk mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman wortel tersebut.
  • Perhatikanlah posisi tanaman wortel yang sedang garap. Apabila ternyata posisi wortel mulai bengkok maka tambahkanlah media tanam yang baru. Dan apabila ternyata bagian cabangnya yang bengkok maka bagian akar juga tidak dapat terbentuk dengan sempurna. Namun bila akar wortel mencuat ke atas pot maka segera tambah media tanam untuk menutupnya karena apabila tidak ditutup akan terkena sinar matahari secara langsung yang menyebabkan wortel menjadi hijau dan tidak dapat dikonsumsi.
  • Apabila tanaman wortel sudah mulai tumbuh dengan ketinggian 8 – 10 cm maka tambahkanlah pupuk ke dalam media baik itu pupuk cair maupun pupuk kering yang dapat diberikan 1 kali dalam 2 minggu.
  • Tanaman wortel memang sangat rentan dengan adanya serangan jamur yang mengganggu dan hal tersebut juga akan terjadi apabila ternyata sistem drainase pada pot yang digunakan tidak baik. Dan apabila ternyata tanaman wortel terserang jamur maka dapat mengatasinya dengan menggunakan cairan anti jamur yang berupa belerang atau dapat juga dengan menggunakan serbuk kayu manis.
  • Tanaman wortel dapat dipanen ketika usianya sudah mencapai 2 – 2,5 bulan. Rasa manis yang didapat dari wortel juga dapat temukan ketika melakukan panen secara cepat. Jadi hindarilah keterlambatan memanen karena apabila hal ini terjadi maka wortel yang seharusnya manis akan berubah menjadi lebih keras dan tidak akan laku di pasaran hal ini dikarenakan wortel terlalu tua berada didalam media tanam

Sunday, 23 January 2022

TIPS MENANAM DAN PERAWATAN TANAMAN TERONG UNGU



Terong ungu merupakan tanaman yang tumbuh di daerah dengan iklim tropis. Di Indonesia, terong ungu digemari untuk diolah untuk menjadi sayur, atau bahan makanan lainnya. Ternyata terong ungu juga bisa dibuat jadi obat – obatan.

Untuk memulai budidaya terong ungu, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, yaitu:

1. MEMILIH BIBIT TERUNG UNGU

Langkah pertama yang dapat kita lakukan untuk memulai budidaya terong ungu berbuah lebat adalah memilih bibit unggul.

Saat ini sudah banyak toko yang menjual bibit unggul terong ungu, baik berbentuk benih maupun biji.

Berikut beberapa ciri yang dapat kita lihat untuk mengetahui benih terong ungu berkualitas yang dapat ditemukan di toko bibit:

Jika ciri-ciri benih di atas sudah ada pada benih terong ungu yang kita pilih, maka kita siap untuk melangkah ke proses berikutnya, yakni penanaman.

2. MENYIAPKAN MEDIA TANAM UNTUK TERUNG UNGU


Jika ingin memiliki terong ungu berbuah lebat, kita harus menyiapkan media tanam yang baik karena media tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Media tanam yang salah akan menghambat tumbuhnya tanaman dengan baik. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menyiapkan media tanam bagi benih terong ungu:
  • Siapkan polybag atau pot yang sudah diberi lubang secukupnya di bagian dasar. Sebaiknya kita menggunakan pot atau polybag berukuran besar agar nantinya penyemaian dapat dilakukan pada wadah yang sama. Hal ini akan sangat berguna bagi petani yang tidak memiliki lahan yang luas.
  • Masukkan tanah ke dalam polybag atau pot tersebut. Dalam hal ini, kita harus memastikan bahwa tanah yang digunakan adalah tanah gembur yang kaya akan zat organik.
  • Campurkan tanah dengan padi sekam hingga rata. Perbandingan antara tanah dan padi sekam harus 1:1.
3. MENYEMAI BENIH TERONG UNGU

Jika kita sudah memiliki bibit dan menyiapkan media tanam seperti yang telah dijelaskan di atas, langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah melakukan penyemaian benih.

Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan:
  • Pertama-tema, kita harus merendam benih terong ungu ke dalam air hangat selama kurang lebih 15 menit.
  • Buatlah lubang-lubang tipis dengan jarak minimal 1 cm di atas campuran tanah dan padi sekam dalam polybag yang tadi telah disiapkan.
  • Masukkan benih-benih terong pada lubang-lubang tersebut.
  • Tutup benih dengan sisa campuran tanah dan padi sekam.
  • Tepuk-tepuk tanah secara perlahan untuk memadatkannya.
  • Siram dengan air secukupnya. Penyiraman ini harus rutin dilakukan setiap pagi dan sore hari. Ingat pula untuk meletakkan polybag di tempat yang mendapat sinar matahari cukup.
4. PEMINDAHAN TANAMAN KE MEDIA TANAM



Setelah masa semai, biasanya terong ungu membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan agar ia mengalami pertumbuhan kecambah.

Jika daun yang muncul sudah ada 4 helai, maka langkah selanjutnya adalah memindahkan bibit terong ke media tanam yang lebih besar.

Jika tadi beberapa benih diletakkan dalam satu polybag/pot, dalam langkah ini, setiap polybag/pot hanya dapat diisi dengan satu bibit. Berikut langkah-langkahnya yang lebih rinci:
  • Siapkan polybag/pot sesuai jumlah bibit.
  • Campurkan media tanah dengan pupuk kandang dan padi sekam, lalu masukkan ke dalam polybag/pot yang tersedia.
  • Buat lubang di tengahnya dengan kedalaman kurang lebih 5 cm, lalu tanam bibit terong ungu di lubang tersebut.
  • Tepuk-tepuk tanah secara perlahan untuk membuatnya padat.
  • Siram dengan air secukupnya.
PERAWATAN TERONG UNGU

Setelah melakukan penanaman dan pemindahan bibit, hal yang tidak kalah penting untuk dilakukan adalah perawatan.

Ada beberapa tips yang dapat dilakukan, yaitu:
  • Menyiram tanaman secara teratur, yakni tiap pagi dan sore.
  • Melakukan pemupukan. Dalam hal ini, sebaiknya kita menggunakan pupuk organik agar hasilnya lebih maksimal.
  • Melakukan pengamatan tanaman, mulai dari batang, daun, hingga buah. Jika ada bagian yang terserah penyakit, segera buang.
  • Mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman.
  • Menancapkan bambu di dekat tanaman, lalu mengikatnya. Bambu berfungsi sebagai penyangga batang terong

Sunday, 9 January 2022

PANDUAN SAMBUNG PUCUK (TOP GRAFTING) PADA TANAMAN

Membuat bibit tanaman dengan cara vegetatif (tanpa melalui proses perkawinan = aseksual) adalah salah satu cara untuk mempertahankan kualitas genetik Pohon Induk tanaman buah yang telah diketahui mempunyai sifat-sifat unggul : berumur genjah, produktivitas tinggi dengan kualitas buah prima, tahan atau toleran terhadap serangan hama dan penyakit tanaman, tahan kekeringan, bibit turunan klonalnya mempunyai daya adptasi tinggi di berbagai lokasi tanam, dan lain sebagainya.

Salah satu kendala yang dihadapi jika membuat bibit sambung adalah lamanya waktu tunggu untuk mendapatkan batang bawah (rootstock) siap sambung yang biasanya memerlukan waktu berkisar antara 6 hingga 24 bulan, tergantung jenis tanaman dan keperluan pembuatan bibitnya. Beberapa penangkar bahkan menunggu batang bawah tumbuh membesar hingga berumur 2 tahun sebelum akhirnya disambung untuk memperoleh bibit cebol yang diharapkan cepat berbunga dan berbuah, karena entres disambung pada batang bawah berumur cukup "tua".

Pada beberapa jenis tanaman buah seperti mangga, alpukat, durian, dan jeruk misalnya, dimungkinkan untuk disambung pada saat umur batang bawah masih sangat muda, berkisar antara 4 hingga 10 minggu pasca semai biji dan biji memunculan batang utama. Penyambungan pada saat batang bawah masih berumur sangat muda ini dikenal dengan istilah "Mini Grafting", dengan beberapa keuntungan sebagai berikut : efisien dari sisi waktu tunggu batang bawah yang lebih singkat, penyatuan batang atas dengan batang bawah (kompatibilitas) yang lebih baik karena titik sambungan umumnya belum berkayu, pertumbuhan yang relatif lebih seragam dan terkontrol dengan baik, serta lebih memudahkan dalam pemeliharaan bibit pasca penyambungan berhasil. Kekurangan jika menggunakan cara ini adalah variabilitas ukuran diameter batang bawah yang beragam karena umur yang masih sangat muda, penyesuaian dan pemilihan ukuran diameter entres yang relatif sulit karena entres umumnya harus berdiameter kecil sementara entres harus diambil dari pohon besar yang tunas ujung umumnya berukuran lebih besar, relatif mudah terjadi memar batang pada saat penyambungan karena jaringan batang bawah yang lebih lunak akibat belum berkayu.

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam proses sambung dini (contoh pada tanaman mangga), disertai keterangan dan tips agar proses sambungan berjalan lancar dan mengsilkan bibit baru berkualitas prima. Cara sambung dini ini juga dapat dilakukan pada tanaman buah lainnya seperti pada tanaman alpukat (Persea americana), durian (Durio sp.), dan Jeruk (Citrus sp.) :


Siapkan batang bawah berupa tanaman yang ditumbuhkan dari biji (lihat postingan sebelumnya tentang cara membuat batang bawah). Contoh batang bawah pada postingan ini adalah seedling mangga berumur 4 minggu. Dari pengamatan kami, mangga jenis pakel/bacang (Mangifera foetida), kuini/kweni (Mangifera odorata), maupun beberapa varietas dari species Mangifera indica yang mempunyai keping lembaga dalam biji berukuran besar, sangat layak dijadikan batang bawah, seperti : varietas chinhuang, mahathir, khiojay, serta banyak varietas mangga lokal berbiji besar lainnya


Pilih dan siapkan entres (batang atas) dari mangga terpilih, tunas ujung harus cukup umur dengan daun yang sudah berkembang sempurna dan berada dalam keadaan dorman (keadaan istirahat, tanpa ada tanda-tanda akan muncul tunas baru ). Rompes semua daun dengan cara menggunting daun dan menyisakan tangkai daun sepanjang 5 hingga 10 milimeter. Perompesan daun pada tunas ujung dilakukan 2 - 3 minggu sebelum penyambungan dilakukan, bertujuan untuk merangsang pertumbuhan mata tunas menjadi bunting, baik itu mata tunas di bagian ujung maupun mata tunas di bagian ketiak daun yang dirompes daunnya.


Tentukan titik pada bagian batang bawah yang akan dipotong dan disambung dengan batang atas, dengan mempertimbangkan ukuran diameter batang bawah dan diameter entres agar diperoleh kesesuaian yang paling baik, agar proses penyambungan dan penyatuan berlangsung dengan cepat.



Potong batang bawah pada titik yang telah ditentukan menggunakan gunting pangkas yang tajam dan bersih, jika tidak terdapat gunting pangkas seperti contoh di atas, gunakan pisau tajam yang bersih dan lakukan dengan tindakan sekali potong. Hindari pemotongan yang berulang-ulang agar tidak terjadi "memar" pada batang muda yang nantinya akan mengakibatkan kegagalan penyambungan.


Tampilan batang bawah yang telah terpotong dengan rapi


Belah ujung batang bawah pada bagian tengah (jika ukuran diameter entres sama persis dengan ukuran diameter batang bawah), atau pada bagian agak pinggir (jika ukuran diameter entres lebih kecil dibandingkan dengan ukuran diameter batang bawah. Penyesuaian bidang belah ini sangat penting agar kambium pada kedua sisi dapat melekat satu sama lain dengan baik


Potong pangkal entres membentuk huruf "V" atau bentuk "baji", cukup dengan sekali iris pada masing-masing sisi. Sekali lagi, hindari pengirisan pangkal entres yang berulang-ulang untuk mencegah pemendekan entres akibat diiris/dipotong berkali-kali, juga agar lapisan kambium tidak terlalu lama terkontaminasi udara luar yang mengakibatkan lapisan kambium tersebut akhirnya mengering dan menggagalkan proses penyambungan pada tahap berikutnya.


Masuk dan sisipkan entres pada belahan batang bawah dengan hati-hati. Jika ternyata diameter entres lebih kecil, pepetkan salah satu sisi entres ke salah satu sisi batang bawah, ke kiri atau ke kanan saja (bukan pas di bagian tengah). Proses penyambungan akan berhasil jika jaringan kambium entres bertemu dengan jaringan kambium batang bawah, meski hanya bertemu pada satu sisi saja.

Ini adalah tahap yang paling menentukan keberhasilan penyambungan dan penyatuan entres dengan batang bawah pada kondisi di mana diameter ukuran entres dan batang bawah yang berbeda. Hal tersebut bisa dihindari jika ukuran diameter keduanya adalah sama.

Jepit erat titik sambungan dengan jari tangan agar entres stabil dan tidak berpindah-pindah posisi.


Ikat titik sambungan dengan potongan plastik PE yang tipis dan lentur sambil ditarik memutar ke arah atas mengikuti arah putaran jarum jam, meliliti seluruh bidang permukaan di titik sambungan. Jangan menarik ikatan terlalu kuat agar tidak terjadi "memar" batang bawah atau entres pada bagian titik sambungan.

Pilih plastik PE (polietilen) yang tipis dan lentur atau gunakan "wrapped plastic" yang biasa digunakan sebagai pengemas makanan atau buah di supermarket. Iris dengan ukuran 2x6 centimeter menggunakan cutter yang tajam agar bagian pinggir plastik tetap halus. Jika bagian pinggir plastik kasar atau bergelombang, maka plastik akan sangat mudah putus saat plastik tersebut ditarik.


Tampilan titik sambungan yang telah diikat sempurna dengan tali plastik PE


Kerudungi entres dengan plastik es mambo sebagai alat untuk menyungkup, tanpa perlu diikat bagian bawahnya. Plastik penyungkup ini berguna untuk menjaga kestabilan iklim mikro sekaligus mengurangi evapotranspirasi (penguapan akibat proses pernafasan entres) sehingga entres dapat mempertahankan kesegaran dan kehidupannya selama proses penyambungan dan penyatuan tersebut berlangsung


Sertakan label keterangan varietas yang disambung serta tanggal penyambungan dilakukan.



Tampilan bibit keseluruhan pasca proses penyambungan telah selesai.

Letakkan bibit di tempat terbuka tanpa naungan sama sekali, namun jika ragu terhadap tingginya intensitas penyinaran matahari maupun intensitas curah hujan, bibit dapat diletakkan di bawah naungan paranet dengan intensitas naungan maksimum 20% (80% sinar matahari dapat menembus naungan paranet).

Jaga kelembaban media tanam, siram media tanam dengan teratur dan beri pupuk secukupnya dalam bentuk kocoran air siraman. Larutkan pupuk NPK 25-7-7 sebanyak 1 sendok teh ke dalam 2 liter air dan kocorkan sebanyak 100 cc larutan pupuk ke media dalam polybag/pot kecil, ulangi setiap minggu selama proses penyambungan berlangsung.

Jika dalam waktu 2 minggu entres tetap berwarna hijau segar, 50% proses penyambungan dikatakan berhasil. Tunggu hingga sambungan berumur 4 minggu sebelum akhirnya plastik penyungkup ditarik dan dilepaskan seluruhnya.


Jika proses penyambungan dilakukan dengan benar, mata tunas pada entres mulai akan tumbuh pada umur 2 hingga 3 minggu pasca penyambungan yang akan diikuti oleh pertumbuhan tunas menjadi daun yang berlangsung dengan cepat


Tunas yang tumbuh tersebut akan berkembang menjadi daun sempurna 7 hingga 10 hari kemudian.
Selama proses pertumbuhan dan perkembangan mata tunas menjadi daun sempurna ini, bibit harus berada di tempat yang teduh dengan intensitas naungan 70% (maksimum hanya 30% sinar matahari yang lolos mengenai bibit) untuk memastikan tidak ada mata tunas, calon daun, atau entres yang mengering setelah plastik sungkup dilepaskan. Jika entres atau calon tunas kemudian mengering, maka proses penyambungan telah gagal. Hal seperti ini lebih disebabkan karena faktor evapotranspirasi yang berlangsung sangat cepat, sementara penyambungan entres dan batang bawah belum sempurna sama sekali.


Dua minggu pasca mata tunas tumbuh, akan berkembang menjadi daun sempurna dan menjadi bibit baru hasil sambung dini dengan metode sambung pucuk.

Seminggu kemudian setelah daun terbentuk sempurna, jemur bibit baru tersebut di bawah sinar matahari penuh. Jangan lupa untuk memberi air siraman dan pemupukan secara teratur dalam bentuk kocoran air siraman, tetap dengan pupuk NPK 25-7-7 serta dosis pupuk yang sama namun frequensi yang lebih jarang, yakni diulang setiap 2 minggu sekali.


Di beberapa kasus, ditemukan tunas pecah dan menyembulkan calon daun hanya beberapa hari setelah proses penyambungan selesai (antara 7 hingga 14 hari pasca penyambungan). Pada kasus seperti ini, segera lepaskan plastik penyungkup dan letakkan bibit pada tempat dengan naungan 90% (hanya 10% sinar matahari yang dapat mengenai daun secara langsung). Hal ini harus dilakukan agar daun bisa berkembang sempurna pada kondisi intensitas penyinaran matahari yang rendah.


Secara pelahan daun akan tumbuh dan berkembang sempurna karena tidak dibatasi oleh ruang tumbuh yang sempit dan terbatas dalam sungkup plastik, sekaligus menghindari daun yang mengering sebagai akibat proses evapotransiprasi yang terlalu tinggi. Daun akan mengering dan biasanya akan diikuti oleh jaringan entres yang juga mengering apabila plastik sungkup dibuka namun bibit tetap dibiarkan berada di bawah penyinaran sinar matahari penuh, ini terjadi karena proses evapotranspirasi yang berlangsung sangat tinggi sementara penyatuan sambungan entres dan batang bawah belum berlangsung secara sempurna.


Daun akan terus tumbuh dan berkembang dengan sempurna (dalam kondisi ternaungi).


Daun yang telah tumbuh sempurna 5 minggu pasca penyambungan, dapat segera diletakkan di bawah sinar matahari langsung agar tumbuh dan berkembang dengan lebih cepat.


6 minggu pasca penyambungan akan terbentuk jaringan "kalus" persis di pertemuan antara jaringan kambium entres dengan jaringan kambium batang bawah. Biarkan plastik pengikat hingga proses peyambungan berlangsung selama 8 hingga 10 minggu sebelum akhirnya ikatan plastik harus dipotong dan dibuka. Jangan membiarkan ikatan plastik terlalu lama, melebihi 10 minggu karena ikatan plastik tersebut akan mencekik batang dan menghambat pertumbuhan bibit selanjutnya.


Ikatan plastik pada titik sambungan yang telah dibuka dan dilepas, akan memacu pertumbuhan jaringan kalus di titik penyambungan antara entres dan batang bawah.


penyatuan yang sempurna antara entres dengan batang bawah, 3 bulan pasca penyambungan, dan pada kondisi seperti ini, bibit telah siap untuk ditanam di lahan maupun dibesarkan terlebih dahulu sebagai bahan tanam untuk tabulampot (tanaman buah dalam pot)

Thursday, 23 December 2021

CARA MENYUBURKAN LAHAN TANAH PERTANIAN

https://tipspetani.blogspot.com/2019/12/cara-menyuburkan-lahan-tanah-pertanian.html


Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik (wikipedia).



Tapi saat ini mineral dan bahan organik dalam tanah banyak yang hilang atau jumlahnya semakin sedikit. Hal ini disebabkan eksploitasi tanah yang berlebihan dan pemakaian bahan kimia yang terus menerus dan berlebihan, seperti penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia.


Tanah yang dikehendaki tanaman adalah tanah yang subur (tanah organik), yaitu tanah yang mampu menyediakan unsur hara yang cocok, dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat dan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan suatu spesies tanaman.

Perbedaan Tanaman Sehat dan Tanaman Sakit

Ciri-Ciri Tanaman Sehat

  • Tanah gembur (Tidak keras).
  • Sedikit/tidak ada serangan penyakit pada tanaman.
  • Tidak mudah kekeringan.
  • Tanaman tidak mudah roboh.
  • Hasil panen selalu meningkat.

Ciri-Ciri Tanaman Sakit

  • Tekstur tanah keras.
  • Tanaman sering terserang penyakit.
  • Tanah mudah kering.
  • Tanaman gampang roboh.
  • Hasil panen tidak stabil (cenderung gagal panen).

Bagamimana Kondisi Lahan Pertanian Yang Ada Sekarang ?
https://tipspetani.blogspot.com/2019/12/cara-menyuburkan-lahan-tanah-pertanian.html

Kebanyakan lahan pertanian di Indonesia mengalami kerusakan yang berat atau tidak sehat dan bisa dikategorikan sakit. Penyebab tanah menjadi tidak sehat bahkan cenderung sakit adalah :
  • Tanah tidak pernah istirahat (ditanami terus menerus).
  • Sedikit/tidak ada unsur organik dalam tanah.
  • Residu kimia & logam berat tinggi.
  • Sedikit/tidak ada makanan (unsur hara).
  • Tidak adanya bakteri menguntungkan.

Tanah adalah rumah bagi tanaman. Apabila rumahnya sehat maka penghuninya juga akan sehat. Jadi jika Tanahnya sehat maka tanaman juga akan sehat tapi sebaliknya jika tanahnya kotor dan sakit maka tanaman juga akan menjadi sakit.

Secara Bagan Dapat Diilustrasikan Seperti Dibawah Ini :
https://tipspetani.blogspot.com/2019/12/cara-menyuburkan-lahan-tanah-pertanian.html

Penyebab tanah menjadi sakit diawali oleh kerusakan tanah yang diakibatkan karena residu kimia dan logam berat dalam tanah yang tinggi. Residu kimia dan logam berat diakibatkan oleh pemakaian pupuk kimia yang berlebihan (over dosis) dan pestisida kimia (insektisida, fungisida, bakterisida, moluskisida, herbisida, dll).

Hampir semua pupuk kimia membawa dampak negative bagi tanah, seperti pupuk N,P dan K yang meninggalkan residu kimia di tanah apalagi jika penggunaan melebihi dosis anjuran (over dosis). Selalu akan ada residu atau sisanya. Sisa-sisa pupuk kimia yang tertinggal di dalam tanah ini, bila telah terkena air akan mengikat tanah seperti lem/semen. Setelah kering, tanah akan lengket satu dengan lain dan keras (alias tidak gembur lagi).

Selain keras, tanah juga menjadi masam. Kondisi ini membuat organisme-organisme pembentuk unsur hara (organisme penyubur tanah) menjadi mati atau berkurang populasinya.

Beberapa binatang yang menggemburkan tanah seperti cacing tidak mampu hidup di kawasan tersebut dan kehilangan unsur alamiahnya. Termasuk juga bakteri-bakteri menguntungkan dalam tanah akan mati/hilang.

Bila ini terjadi, maka tanah tidak bisa menyediakan makanan secara mandiri lagi. Selain pupuk kimia pestisida kimia juga membawa dampak kerusakan yang berat terutama yang langsung berkaitan dengan tanah. Pestisida jenis herbisida (racun rumput) membuat kerusakan paling besar karena aplikasinya langsung mengenai tanah.

Sehingga mikroorganisme (bakteri menguntungkan) banyak yang mati karena aplikasi herbisida tersebut. Apabila bakteri yang menguntungkan dalam tanah mati/tidak ada maka yang terjadi adalah bakteri dan jamur pathogen akan berkembang biak dengan cepat yang akhirnya tanah menjadi tidak sehat (sakit).


Dan apabila ditanami maka tanaman tersebut akan menjadi layu/kering/busuk karena serangan penyakit dan akhirnya mati.
https://tipspetani.blogspot.com/2019/12/cara-menyuburkan-lahan-tanah-pertanian.html


Oleh sebab itu kesehatan tanah harus dikembalikan lagi, kesuburan tanah harus seperti sedia kala, karena kesehatan dan kesuburan tanah menjadi faktor terpenting dalam budidaya tanaman untuk mendapatkan hasil panen maksimal.


https://tipspetani.blogspot.com/2019/12/cara-menyuburkan-lahan-tanah-pertanian.html

Cara menyuburkan tanah pertanian yaitu dengan menambahkan bakteri-bakteri menguntungkan yang hilang akibat pemakaian pupuk kimia berlebihan dan pestisida kimia terutama herbisida. Bakteri-bakteri tersebut harus bakteri pilihan dan tangguh agar dapat menguraikan residu kimia dan logam berat dalam tanah secara cepat.


Sehingga akan membuka pori-pori tanah yang keras dan menjadikan tanah menjadi gembur (tanah organik), subur dan tidak mudah kekeringan karena daya tampung air dalam tanah akan menjadi lebih besar. Selain itu bakteri menguntungkan juga akan menghilangkan jamur dan bakteri pathogen yang menjadi penyebab penyakit pada tanaman.

Dan tanah kembali akan menyediakan makanan secara mandiri. Apabila hal ini terjadi maka tanah sudah kembali sehat dan apapun tanaman yang hidup diatasnya hasil panen akan selalu meningkat. Jadi inti cara menyuburkan tanah dengan cepat yaitu dengan membuat tanah kembali dapat menyediakan makanan secara mandiri

Thursday, 25 November 2021

CARA MEMPERBANYAK TANAMAN RAMBUTAN DENGAN SAMBUK PUCUK

 

Sambung pucuk atau grafting merupakan salah satu metode perbanyakan vegetatif buatan yang sudah lama dikenal dan digunakan masyarakat luas untuk memperbaiki sifat tanaman, baik sifat yang berkaitan kualitas ataupun yang berkaitan dengan kuantitas.

Pada prinsipnya, sambung pucuk atau grafting adalah menggabungkan dua bagian tanaman yang masih hidup sedemikian rupa sehingga keduanya dapat bergabung menjadi satu tanaman yang utuh yang memiliki sifat kombinasi antara dua organ atau jaringan yang digabungkan tersebut.

Dua bagian tanaman yang disatukan pada umumnya adalah batang bawah/rootstock dan batang atas/entres.

Sambung pucuk ini biasanya digunakan untuk memperbaiki kualitas bibit rambutan yang ditanam dari bijinya, dimana jika bibit rambutan dari biji ditanam tanpa ada perlakuan seperti grafting misalnya, maka waktu berbuah cukup lama, pohon akan tumbuh tinggi dan tidak jarang sifatnya menyimpang dari tanaman induknya. Sedangkan bibit rambutan yang diberi perlakuan seperti grafting, dapat lebih cepat berbuah, postur pohon lebih pendek dan kualitasnya dapat ditentukan dengan penggunaan entres dari tanaman unggul.

Untuk mengetahui cara Sambung Pucuk Rambutan, silakan simak penjelasan selengkapnya berikut ini.

Dalam melakukan sambung pucuk ada dua bagian penting yang harus siap dalam waktu bersamaan, bagian yang pertama adalah batang bawah yang bertugas untuk bertanggung jawab dalam sistem perakaran dan yang kedua adalah batang atas yang didapatkan dari pohon induk untuk kemudian disambungkan ke batang bawah.

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

  • Pisau okulasi, cutter, atau pisau apa saja asalkan tajam dan steril
  • Plastik PE 02 atau plastik es untuk mengikat sambungan dan sungkup
  • Batang bawah dan batang atas

PERSIAPAN BATANG BAWAH

Batang bawah yang digunakan untuk grafting adalah bibit tanaman rambutan yang berasal dari persemaian biji dengan diameter batang sudah sebesar pensil, baik itu bibit yang ditanam pada polybag atau yang sudah ditanam langsung pada lahan. Pilihlah bibit yang sehat, pertumbuhannya bagus, batang tegak dan kokoh.

PERSIAPAN BATANG ATAS/ENTRES

Pohon induk yang akan diambil entresnya harus berasal dari varietas unggul, produktivitas tinggi, sehat serta terbebas dari serangan hama dan penyakit.

Ambil entres dari pohon induk pohon rambutan  berupa cabang yang ujungnya tidak sedang tumbuh pupus (cabang dorman), usahakan sudah mulai muncul mata tunas namun belum mekar yang nantinya akan menjadi tunas baru, potong entres dari pohon induk.  Pilihlah entres yang berusia sedang tidak terlalu muda dan tidak pula terlalu tua ditandai batang yang masih berwarna hijau.

Usahakan diameter batang entres kurang lebih sama dengan diameter batang bawah dimana akan dilakukan penyambungan.

Pangkas semua daunnya untuk mencegah penguapan yang tinggi. Pada saat pemangkasan daun lakukanlah dengan hati-hati agar tidak mengenai mata tunas, karena mata tunas berada pada ketiak daun.

TAHAP PENYAMBUNGAN

  • Potong batang bawah pada bagian batang yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua sekitar 20-30 cm dari pangkal batang.
  • Batang bagian bawah dibelah sekitar 2-2,5 cm dengan menggunakan pisau tepat di tengah sehingga kedua sisinya sama.
  • Entres yang sudah siap untuk disambungkan kemudian disayat kanan kirinya agar membentuk lancip seperti baji atau huruf V, usahakan penyayatan sekali jadi, jangan diulang-ulang. Panjang entres kira-kira 10-15 cm dan minimal memiliki 2 mata tunas.
  • Sisipkan pada belahan batang bawah, upayakan ukuran batang atas dan bawah kurang lebih sama, usahakan pula sambungan serapat mungkin dan tidak terdapat rongga. Jika ukurannya tidak sama usahakan di salah satu sisinya antara kulit batang bawah dan entres bertemu.
  • Kemudian ikat sambungan, jika menggunakan plastik es untuk mengikat maka dibelah terlebih dahulu menggunakan pisau kemudian ditarik agar memanjang. Ikat sambungan menggunakan plastik PE atau plastik es tersebut dengan melilitnya dimulai dari bawah ke atas hingga seluruh bagian sambungan tertutup lilitan.
  • Sungkup sambungan menggunakan plastik es juga, ikat rapat bawahnya untuk menjaga kelembaban.
  • Plastik pengikat sudah dapat dibuka jika sambungan telah menyatu dengan baik dan tunas telah tumbuh dengan baik pula atau sekitar 2 bulan dari penyambungan.

Demikian ulasan mengenai cara Sambung Pucuk Rambutan, semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat untuk anda.

Wednesday, 24 November 2021

RAHASIA AGAR CABE RAWIT BERBUAH LEBAT DAN BERUMUR PANJANG

  


Umur produktif cabai Bisa diperpanjang hingga dua puluh bulan

Selama ini tanaman cabai yang diusahakan petani rata-rata berumur 6 (enam) bulan, semusim. Dengan umur tersebut biasanya tanaman hanya bisa dipetik sebanyak 16 (enam belas) kali petikan atau paling banyak 20 (dua puluh) kali. Setelah itu, umumnya tanaman cabai mulai menurun produksinya.

Persepsi tersebut mungkin saja benar, tetapi tidak seratus persen. Ternyata dengan pengalaman dan teknologi budidaya yang baik tanaman cabai bisa diperpanjang umur produktifnya sampai 18 (delapan belas) bulan lebih dengan masa pembungaan dan produksi secara terus menerus tanpa henti.

Perpanjangngan umur produktif tersebut membuat jumlah petikan, biasanya antara 16-20 petikan dalam setiap periode, meningkat menjadi 60 kali pemetikan. Lebih dari itu, tanaman sudah sulit lagi dipertahankan karena akar dan batangnya tidak mampu mendukung pertumbuhan selanjutnya.

Bagaimana kiat memperpanjang umur produktif cabai tersebut?
Sebenarnya tidak terlalu sulit, tetapi perlu diketahui bahwa untuk itu banyak faktor yang menentukan, yaitu :

  • Keadaan tanah yang akan ditanami harus betul-betul dijamin kesuburannya dan dekat sumber air. 
  • Pengolahan tanah harus betul-betul halus dan remah 
  • Pemupukan dan pengobatan harus dilakukan tepat waktu dan tepat penggunaan komposisi.
  • Pemilihan bibit harus benar-benar hibrid
Selama ini beberapa faktor tersebut kurng begitu diperhatikan. Petani beranggapan, dengan pemberian pupuk secara berlebih dan pengobatan semuanya bisa diatasi. Anggapan semacam iti mungkin saja benar, tetapi namanya di lapangan banyak sekali faktor penentu keberhasilan. Apalah artinya pemberian pupuk yang berlebihan kalau kondisi tanahnya sendiri kurang mendukung, kurang subur.

Begitu juga dengan pengolahan. Tanah yang subur juga tidak menjamin tanaman berkembang dengan baik dan panjang umur kalau pengolahan tanah kurang baik dan kurang merata. Tanaman cabai hanya bisa berkembang baik bilamana kondisi tanah cukup gembur, remah, dam mempunyai kandungan bahan organik yang cukup.

Dalam memperpanjang umur prosuktif cabai sebaiknya dihindari pemberian pupuk kimia yang berlebih. Sisa dari kelebihan pupuk tersebut justru akan berdampak negatif bagi penanaman selanjutnya, selain memperboros biaya pemupukan. Begitu juga pengobatan harus dilakukan tepat waktu dan komposisi yang digunakan harus tepat.

Dalam memperpanjang tidak ada istilah penyemprotan dilakukan setelah ada serangan. Pengobatan harus diberikan secara rutin dan berseling (sistemiki, kontak). Hal itu dilakukan untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Sudah bukan rahasia lagi kalau tanaman cabai sangat peka terhadap hama dan penyakit, penanggulangannya biasanya akan lebih sulit.

Pemilihan Lokasi yang Tepat untuk Budi Daya
Selama ini petani cabai konvensional hanya berbekal pengalaman saja sehingga faktor-faktor penunjang keberhasilan budidaya yang lain jarang dipikirkan secara mendalam. Petani selalu beranggapan bahwa semua lahan pertanian cocok untuk budidaya tanaman cabai. Padahal, untuk mencapai hasil yang optimum, kita harus memperhatikan ketinggian tanah, suhu, curah hujan, kesuburan tanah, dan jenis tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman cabai. Untuk itu, hal-hal tersebut akan dijelaskan di sini.

A. Ketinggian, Suhu, Kelembapan, dan Curah Hujan.
Pada dasarnya tanaman cabai dapat tumbuh pada ketinggian antara 0-1,800 meter dari permukaan laut. Di ketinggiasn ini tanaman cabai banyak dibudidayakan sebagai tanaman pekarangan, di tanam di pematang-pematang sawah, sebagai tanaman tumpang sari, atau tanaman monokultur.

Suhu rata-rata yang baik untuk pertumbuhan cabai adalah 18-280c. meskipun demikian suhu yang benar-benar optimal adalah 21-280c. Khusus cabai besar, suhu rata- rata yang optimal antara 21-250c, untuk fase pembungaan dibutuhkan suhu udara antara 18,3-26,70c. suhu rata-rata yang terlalu tinggi dapat menurunkan jumlah buah. Suhu rata-rata di atas 320c dapat mengakibatkan tepung sari menjadi tidak berfungsi. Suhu rata-rata yang tinggi pada malam hari juga dapat berpengaruh kurang baik terhadap produksi cabai.

Tanaman cabai dikenal sebagai tanaman yang tidak begitu tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi pada saat cabai sedang berbunga dapat mengakibakibatkan rontoknya bunga sehingga buahpun berkurang. Meskipun tidak menyukai curah hujan yang tinggi, tanaman cabai akan tumbuh dengan baik di daerah dengan kelembapan udara yang tinggi. Untuk cabai yang kecil, sedikit lebih tahan terhadap hujan dibanding cabai besar.

B. Kesuburan tanah
Pengertian kesuburan tanah mencakup tiga hal ; kesuburan biologis, fisik, dan kimia. Tanah mempunyai kesuburan biologis yang baik apabila kandungan biologi dalam tanah yang berpengaruh terhadap tanah cukup tinggi. Cacing merupakan salah satu unsur biologi tanah yang mempunyai peranan cukup baik terhadap sifat fisik maupun kimia tanah. Cacing dapat mempercepat proses pelapukan bahan organik Tanah yang kaya akan jenis biologi tersebut umumnya memiliki kondisi yang gembur dan sangat subur.

Tanah mempunyai kesuburan fisik yang baik apabila kondisi tanah tersebut mampu menyediakan udara dan air tanah. Tanah yang gembur berarti mempunyai kandungan udara yang cukup tinggi.
  • Tanaman cabai sendiri merupakan kelompok tanaman yang tidak tahan terhadap kelebihan air dalam tanah atau kekurangan udara. Tanaman cabai yang ditanam pada tanah yang sering jenuh air tumbuhnya kurang baik dan mudah diserang penyakit layu.
  • Kesuburan kimia adalah kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara yang dibutuhkan cabai. Tanah yang subur berarti kaya akan unsur hara. Tanaman cabai merupakan jenis tanaman sayuran yang sangat membutuhkan unsur nitrogen dan fosfor.
  • Kandungan unsur nitrogen yang dikehendaki untuk pertumbuhan cabai yang optimal kurang lebih 0,02 %. Kandungan nitrogen tanah kurang dari 0,02% dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Disamping itu, kandungan unsur fosfor juga harus cukup. Kandungan P2O5 sebaikya berkisar antara 16-25 ppm (Bray I) atau 26-45 ppm (Olsen).
  • Kalium juga dibutuhkan, tetapi cabai tidak menuntut kandungan kalium yang tinggi. Kandungan kalium tanah antara 5-24 me/100g sudah dianggap untuk pertumbuhan cabai.
  • Sifat kimia tanah lainnya yang berpengaruh terhadap keberhasilan pertumbuhan dan produksi cabai adalah KTK (Kapasitas Tukar Kation), salinitas, kandungan aluminium, dan kedalaman pirit. Tanaman cabai akan tumbuh baik pada dengan KTK lebih kecil dari 16 me/100 g, nilai salinitas kurang dari 2 mmhos/cm, kandungan aluminium kurang dari 20%, dan kedalaman pirit harus lebih dari 150 cm.
C. Jenis Tanah
Tanah yang cocok untuk tanaman cabai agar tumbuh dengan baik dan dapat hidup lebih panjang adalah tanah yang gembur, keasaman antara 5,5-6,8 , kandungan unsur hara cukup seimbang, dan kaya bahan organik.

Selain itu, tanaman cabai akan lebih kalau ditanam pada daerah datar dengan lereng kurang dari 3%, kandungan batuan dipermukaan kurang dari 5%, kelas drainase baik, tektur tanah lempung, lempung liat berpasir, debu, lempung liat berdebu, lempung berliat, atau lempung berdebu. Kedalaman air efektif untuk tanaman, cabai sebaiknya lebih dari 50 cm.

Perlunya persyaratan tanah yang ketat sebagaimana tersebut diatas karena tanah sangat penting sekali untuk menunjang kesuburan tanaman selama masa vegetatif maupun generatif. Struktur tanah yang remah akan sangat membantu sekali perkembangan perakaran tanaman sejak awal. Bila perakaran berkembang biak, kemudian didukung dengan ketersediaan bahan organik dalam tanah yang cukup, akan menjadikan tanaman akan tumbuh dengan subur, baik saat perkembangan vegetatif maupun pada saat memasuki generatif. Jadi, ketersediaan bahan organik dalam tanah sangat menguntungkan tanaman. Pada saat memerlukan unsur hara, tanaman dapat langsung memanfaatkan bahan organik yang sudah ada dalam tanah. Dengan demikian, tanaman akan tumbuh subur. Dampak positif selanjutnya, selain produksi buah tinggi, ialah periode berbuah akan semakin panjang.

Jenis tanah yang potensial untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian tanaman cabai di Pulau Jawa atau di beberapa daerah di Indonesia cukup banyak. Agar dapat memberikan hasil yang optimal, masing – masing jenis tanah tersebut perlu perlakuan yang berbeda.

Untuk daerah dataran tinggi (lebih 400 m) pada umumnya didominasi oleh jenis tanah andosol (andisol), mediteran (inceptisol), dan litosol (interceptisol). Untuk dataran rendah, pada umumnya didominasi oleh tanah regosol (entisol), grumosol (vertisol), dan alluvial (entosol).

Mediteran
Mediteran adalah tanah yang sudah berkembang dengan kandungan liat cukup tinggi. Mediteran dijumpai dari dataran rendah sampai ketinggian 400 meter dari permukaan laut. Pada umumnya tanah dengan ketinggian tersebut memiliki curah hujan antara 800-2.500 mm/tahun, bulan kering 3-5 bulan

Bahan induk tanah jenis ini biasanya batu kapur, batuan sedimen, atau tuf vulkan basa. Topografi berombak sampai berbukit. Tanah mediteran umumnya mempunyai ciri solum agak tebal, 1-2 meter, dengan warna tanah merah sampai kekuning-kuningan. Teksturnya lempung sampai liat, struktur tanah gembur hingga sedikit teguh.

Keasaman tanah antara 6,0-7,5. kandungan bahan organik pada umumnya kurang dari 3% dengan kejenuhan basa cukup tinggi, 60-100%. Permeabilitas tanah sedang dengan kepekaan terhadap erosi besar hingga sedang.

Berdasarkan kondisi lahan tersebut, apabila jenis tanah ini akan diusahakan untuk budidaya cabai, perlu dipilih yang bertekstur lempung, lempung berliat, debu, atau lempung liat berdebu. Jangan memilih tanah dengan tekstur liat.

Cabai yang ditanam pada tanah berliat harus diberi saluran drainase yang memadai. Tanah mediteran pada umumnya kekurangan nitrogen. Untuk itu, pupuk nitrogen masih dibutuhkan dalam budi daya tanaman cabai pada tanah ini. Pupuk fosfor dengan dosis cukup tinggi cukup dibutuhkan untuk tanah mediteran yang mempunyai bahan induk kapur atau dengan pH di atas 7,0. penambahan bahan organik diperlukan untuk memperbaiki kondisi fisik dan kesuburan tanah jenis mediteran.

Grumosol
Di Jawa, tanah ini mempunyai penyebaran yang sempit. Tanah grumosol mempunyai kandungan fraksi liat halus lebih dari 30 %. Hampir semua jenis tanah tersebut mempunyai tektur liat. Kandungan karbon organik rendah, sekitar 1%. Jumlah tersebut terus menurun dengan meningkatnya kedalaman tanah.

Kandungan besi bebas pada umumnya meningkat dengan meningkatnya kedalaman tanah. Keasaman tanah berkisar antara netral sampai agak alkalis, ph 6,3 – 7,8. pada horizon dekan dengan bahan induk kapur keasaman tanah dapat mencapai 7,8. nilai KTK tanah pada lapisan atas berkisar 39 me/10 g, sedang dilapisan bawah dapat mencapai 45 me/100g.

Grumosol pada umumnya dijumpai di daerah dengan curah hujan antara 1000 – 2500 mm/tahun dengan bulan kering sekitar empat bulan atau lebih. Bahan induk umumnya berasal dari bentuk margel, endapan liat, atau tuf volkan. Oleh karena itu, kebanyakan jenis tanah ini berada diketinggian lebih dari 200 meter dari permukaan laut.

Tanah grumosol dicirikan dengan selum agak tebal, 1-2 meter, dengan keadaan tanah keras di lapisan atas dan penjal atau menggumpal pada lapisan bawah. Kejenuhan basa sangat tinggi, 80 – 100%. Kesuburan tanah pada umumnya tinggi karena kaya akan basa-nas.

Tanaman cabai yang diusahakan pada tanah ini pada umumya tumbuh cukup baik apabila dikelola dengan baik. Hal ini disebabkan kebutuhan unsur hara telah tersedia dalam tanah. Dengan demikian, bilamana dilakukan penambahan pupuk, jumlah yang diberikan lebih sedikit. Untuk penanaman di lahan yang subur ini, hal yang justru harus diperhatikan adalah pengendalian hama penyakit. Oleh karena itu, pembuatan saluran drainase harus diperdalam agar air bisa mengalir lebih lancar dan kelembapan di sekitar tanaman tidak sampai tinggi. Kelembapan yang tinggi pada tanaman cabai dapat menjadi sumber malapetaka. Penyakit dan hama cabai cepat berkembang biak bila kelembapan sekitar tanaman tinggi.

Walaupun tanaman jenis grumosol mempunyai bahan organik dari luar sangat diperlukan mengingat tanaman cabai memasuki fase generatif (berbuah) sangat membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang relative besar. Dengan penambahan bahan organik dari luar, akan dapat memenuhi kebutuhan tanaman setiap tanaman tersebut memerlukan.

Andosol
Andosol merupakan tanah daratan tinggi yang umumnya berkembang dari bahan induk abu vulkan. Kandungan bahan organik cukup tinggi dan berwarna agak gelap. Andosol umumnya dijumpai pada ketinggian diatas 1.000 meter. Cirri tanah ini adalah berat jenisnya sangat ringan, kurang dari 0,85 g/cm3.

Tanah andosol mempunyai kemampuan yang tinggi dalam hal penyerapan air karena mempunyai nilai KTK antara 34-54 me/100 g, struktur tanah gembur sehingga mudah menyerap air . ciri lain pada tanah ini sering dijumpai karatan besi dan mangan. Kondisi ini menunjukkan andosol mempunyai kelembapan yang cukup tinggi.

Keasaman tanah antara 5,2-6,9. keasaman tanah yang diukur dengan pelarut NaF pada umumnya berkisar pada 9,4. kondisi ini menunjukkan adanya kandungan mineral amor yang cukup tinggi. Mineral ini mampu mengikat fosfat cukup tinggi, antara 75-90 %. Kandungan fosfor hanya berkisar antara 0,15-0,20 ppm.

Rendahnya kandungan fosfor diduga menjadikan tanah ini kurang baik untuk tanman cabai. Bilamana menemukan lahan semacam ini, sebaiknya dihindari. Bila dipaksakan , pertumbuhan tanaman cabai tidak bisa optimal kecuali sebelum tanam tanah diperlakukan secara khusus. Namun, itu tidak mungkin karena biaya yang diperlukan tidak seimbang dengan keuntungan yang diperoleh dari hasil tanam cabai.

Regosol
Regosol adalah tanah mineral yang belum berkembang, mempunyai testur pasir karena kandungan fraksi pasirnya lebih dari 60% sampai kedalaman 25 – 100 cm. regosol kadang – kadang berlapis- lapis antar pasir pasirnya lebih dari 60% sampai kedalaman 25 – 100 cm. regosol kadang – kadang berlapis- lapis antara pasir dan kerikil atau padas yang agak permeabel.

Bahan induk tanahnya adalah abu vulkan, mergel, atau pasir pantai. Untuk kandungan unsur hara , tanah regosol sangat tergantunga pada jenis bahan induk yang membentuknya. Pada umumnya tanah regosol miskin unsur hara karena mudah tercuci. Makin kasar teksturnya makin miskin unsur hara, khususnya N, P, K dan Mg.

Penghambat penggunaan tanah ini di samping miskin unsur hara juga sering kekurangan air. Pemberian bahan organik dengan dosis tinggi merupakan salah satu cara pengelolaan yang tepat untuk membantu perbaikan tanah tersebut.

Pada umumnya petani mau mengusahakan tanah tersebut bila berdekatan dengan sungai karena lahan tersebut boros air. Walaupun diusahakan dekat sungai tetap sulit untuk mendapatkan produksi cabai yang optimal.

Alluvial
Tanah alluvial mempunyai sifat yang sangat berfariasi. Tanah ini dapat dibedakan menjadi tiga kelompok : alluvial recent, subrecent, dan tua. tanah alluvial recent dijumpai dalam jumlah terbatas hanya pada bahan alluvial akhir , seperti lahan yang berada di sekitar sungai Brantas dan anak sungainya atau didaratan yang sering menjadi kantung banjir.

Tanah alluvial subrecent dijumpai pada teras-teras yang lebih tinggi dari DAS Brantas. Alluvial tua terdapat pada daratan yang lebih tinggi, biasanya bahan alluminiumnya berasal dari batuan vulkanik dasar, batuan kapur, martl, batuan beku, batuan pasir, batuan tuf dasar.

Tanah alluvial biasanya mempunyai solum yang dalam, bertekstur kasar sampai agak halus, dan warna abu-abu. Jika sering tergenang air, akan timbul bercak-bercak besi atau mangan. Tanah alluvial yang berbahan endapan debu atau liat biasanya cukup subur untuk lahan budi daya untuk tanaman cabai. Tanah-tanah alluvial umumnya mempunyai Ph agak asam sampai netral dan kejenuhan basa sedang sampai tinggi.

Litosol
Tanah ini mudah sekali dikenal karena solunya dangkal, umumnya kurang dari 50 cm. biasanya tanpa horizon yang jelas. Kalaupun ada, terlihat sangat lemah. Warna tanah bervariasi demikian juga teksturnya. Keasaman tanah, kandungan bahan organik, kejenuhan basa dan kandungan unsur hara sangat beragam.

Penggunaan tanah ini untuk budidaya cabai harus dipertimbangkan benar-benar. Beragamnya tingkat kesuburan tanah, kebanyakan memiliki bahan organik yang relative rendah, membuat jenis tanah ini kurang menguntungkan untuk budi daya cabai.

Penyemaian Benih
Benih yang digunakan dalam budi daya cabai supaya umur produktifnya bisa panjang harus unggul dan hibrida. Benih seperti ini selanjutnya meliputi penyiapan media semai, pengecambahan benih, pemindahan bibit ke polybag, dan perawatan persemaian.

A. Penyemaian Media Semai
  • Tanah yang digunakan untuk media semai sebaiknya banyak mengandung bahan organik. Tanah yang dimikian biasanya banyak terdapat dibawah rumpun bambu Tanah tersebut kemudian dicampur dengan pasir (3 bagian tanah dan 1 bagian pasir). Campuran tanah dan pasir ini lalu diayak sampai diperoleh butiran yang halus.
  • Butiran tanah yang halus ini diberi pupuk organik yang sudah matang. Selanjutnya ditambahkan furadan untuk sterelisasi. Pemberian berguna untuk menghindari adanya hama dan penyakir yang terbawa dalam tanah dalam campuran tadi.
  • Setelah diberi Furaden, tanah disiram air (memakai gembor) sampai agak basah. Tanah yang agak bawah ini lalu diberi basamide, 150 gram basamide untuk 1m3 tanah). Basamide dapat berfungsi sebagai insectisida, fungisida, bakterisida, nematisida, dan herbisida. Bila terkena air, basamide akan mengeluarkan gas metal isotiosianat yang dapat membunh hama atau bakteri dalam tanah.
  • Media semai ini selanjutya ditutup plastik selama 10-14 hari agar gas dari basmide tetap berada dalam pori-pori tanah sehingga efektif dalam membunuh bakteri tanah. Setelah empat belas hari, tutup plastik dibuka dan dibiarkan selama tujuh minggu. Setelah itu, media semai dimasukkan ke polybag dan siap digunakan.
B. Pengecambahan Benih
Sebelum disemai, benih perlu dikecabahkan terlebih dahulu untk mengecambahkan benih, diperlukan prlengkapan berupa kotak pemeraman dari kaleng roti, lampu pijar 40 watt, kain lap atau handuk, kertas Koran, pasir steril, thermometer dan fungisida. Jika perlengkapan ini telah tersedia, pengecambahan dapat segera dilaksanakan. Urutan pelaksanaannya adalah sebagai berikut.
  1. Siapkan air 1 litrer ditambah Balte 0,5 gram atau Orthocide 1 gram (pilih salah satu).
  2. Benih direndam ke dalam larutan tersebut selama 6-8 jam, kemudian ditiriskan. Setelah agak kering, benih tersebut dibungkus dengan kain lap atau handuk yang dibasahi.
  3. Benih yang sudah terbungkus rapi tadi dimasukkan ke dalam kotak pemeraman yang dilengkapi lengan lampu 40 watt. Lampu dinyalakan dan diarahkan ke lubang tutup kotak.
  4. Setelah satu jam suhu di dalam kotak perlu dikontrol dengan thermometer. Usahakan suhu dalam kotak berkisar antara 32-340c. bila suhu kurang dari itu, lampu lebih didekatkan ke lubang tutup kotak.
  5. Setelah dua hari dalam kotak pemeraman, keluarkan calon akar dari biji cabai selanjutnya cambah siap dipindahkan ke polybag.
C. Pemindahan Kecambah ke Polybag
Pemindahan kecambah ke polybag harus dilakukan dengan hati-hati. Kecambah yang sehat harus didahulukan pemindahannya. Tahap-tahap pemindahannya adalah sebagai berikut.
  1. Sehari sebelum pemindahan kecambah, polybag harus sudah terisi media yang sudah disiapkan sebelumnya dan harus disiram dua kali sampai kondisi media tersebut lembap hingga pada bagian dasarnya.
  2. Kecambah dari kotak pemeraman dipindah ke suatu wadah, misalnya piring,lalu satu persatu dipindah ke polybag. Pemindahan dilakukan dengan menggunakan ujung jari telunjuk (diambilsatu benih, lalu diletakkan di permukaan media polybag tepat di tengahdan agak ditekan masuk kedalam kira-kira sedalam 0,25 cm)
  3. Setelah kecambah dipindah semua, permukaan polybag ditimbun tipis dengan sisa media pupuk kompos. Ketebalan penimbunan kira-kira 0,3 cm, asal benih tidak sampai terbuka.
  4. Untuk sementara, penyiraman dilakukan dengan mempergunakan sprayer agar kecambah tidak terlempar keluardan permukaan media tetap gembur.
  5. Polybag yang telah berisi kecambah selanjutnya dipindah ke tempat persemaian.
Kecambah dalam polybag teresebut sekanjutnya dipelihara sampai berumur 21 hari di tempat persemaian . Tempat persemaiannya bisa setengah lingkaran menggunakan penutup kain kasa atau seperti gubuk dengan penutup anyaman bambu.

Dari dua macam tempat persemaian tersebut yang lebih baik dan aman adalah yang berbentuk setengah leingkaran dengan penutup kain kasa. Tempat persemaian seperti ini tidak perlu dibuka atau ditutup pelindungnya karena cahaya yang masuk tidak lagi 100%, melainkan antara 60-70%, tergantung ukuran lubang kain kasa. Kain kasa juga membuat tanaman aman dari gangguan hama, dapat menekan datangnya penyakit, dan lubih mudah dalam penyiraman.

D. Perawatan Persemaian
Agar tanaman di persemaian tidak kekurangan air, perlu dilakukan penyiraman tiga kali sehari dengan menggunakan gembor. Permukaan media semai diusahakan jangan sampai kelihatan kering.

Untuk menghindari embun dan sinar matahari secara langsung yang dapat membuat stres atau matinya bibit, polybag dapat ditempatkan di dalam cangkup yang ditutup kain kasa atau strimin hijau 7-10 hari. Bila kesulitan mendapatkan kain strimin, bibit tersebut bisa diberi naungan dari daun tebu.

Setelah kecambah tumbuh, sedikit demi sedikit dibiasakan dengan sinar matahari langsung dengan cara membuka sedikit strimin penutupnya. Dengan cara ini, bibit yang telah berumur 15 hari atau 5-7 hari menjelang dipindah ke lahan sudah kuat terhadap sengatan matahari. Semua dilakukan agar pertumbuhan bibt bisa normal dan saat pindah tanam kelayuan bibit karena stres oleh sengatan matahari bisa ditekan sekecil mungkin.

Bila ada serangan penyakit rebah bibit yang disebabkan oleh cendawan phytophtora capsici, dilakukan penyemprotan dengan Benlate(dosis 0,5 gram perliter air) sehari tiga kali. Serangan penyakit ini biasanya ditandai dengan munculnya bercak basah pada pangkal batang tau leher akar, selanjutnya bibit rebah.

Bila dalam persemaian ada serangan hama seperti trip, aphid, tungau, ulat, dan lainnya persemaian bisa disemprot dengan insectisida Omite, Monitor, atau Sumicidine dengan dosis 0,5-1 cc per liter air. Setiap kali selesai melakukan penyemprotan dengan pestisida, sebaiknya dicuci lagi dengan air biasa. Caranya, ulangi penyemprotan, tetapi hanya dengan air, tanpa pestisida.

Setelah umur bibit dalam polybag mencapai 21 hari atau sudah berdaun 5-7 helai, bisa dipindahkan ke lahan penanaman. Pemindahan ke lahan sebaiknya dilakukan sore hari. Pada sore hari intensitas matahari cukup rendah sehingga tanaman tidak layu. Setelah bibit ditanam di lahan, perlu dilakukan penyiraman secukupnya agar tanah basah dan lembap.

Pemberian air tidak perlu terlalu banyak. Berdasarkan pengalaman, pemerian air yang berlebihan akan berakibat terbawanya tanah oleh air yang dapat membuat akar menonjol dan terkena matahari langsung. Misalnya perkembangan tanaman terhambat akibat sebagian akar tidak berfungsi secara optimal dan tanaman tumbuh miring.

Teknik Budi Daya untuk Memperpanjang Umur Produktif Cabai
Pada teknik budi daya ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan tersebut adalah pengolahan tanah, pemeliharaan tanaman, dan cara pemanenan.

A. Pengolahan Tanah
Tahap pertama pengolahan tanah 
Ialah pembajakan dan pencangkulan. Ini berguna untuk menghaluskan tanah hingga gumpalan tanah menjadi betul-betul remah. Perlu diperhatikan bahwa pengolahan tanah yang baik menentukan umur masa panen. Pada tahap ini juga perlu dilakukan pengukuran Ph tanah. Setelah diketahui Ph tanahnya, bisa ditentukan jumlah doloit atau kapur yang diperlukan. Dolomite atau kapur selanjutnya disebar secara merata di atas lahan, kemudian baru dibajak.

Pembajakan harus dilakukan sampai pada batas top soil (Lapisan atas tanah) dengan kedalaman sekitar 25 cm. setelah itu, baru di aliri sampai titik jenuh, lalu dibiarkan sampai sedikit kering, baru dilanjutkan dengan penggaruan. Sepaya Lumpur tidak keluar dari lahan, pada saat penggaruan semua lubang pembuangan harusa ditutup rapat. Penggaruan berfungsi untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah agar menjadi halus. Halusnya struktur tanah akan membuat tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik

Setelah penggaruan selesai, dilakukan pengeringan dengan cara membiarkan lahan tersebut sampai 5 (lima hari). Setelah tanah kering, remah, dan terbebas dari gulma, tahap selanjutnya adalah pembuatan bedengan.

Tahap kedua 
Adalah pembuatan bedengan. Bedangan untuk penanaman pada musim hujan harus lebih tinggi dan jarak antar bedengan sebaiknya sedikit lebih lebar dibandingkan kalau bertanam pada musim kemarau. Hal itu untuk menghindari terjadinya kelembapan permukaan tanah yang tinggi yang dapat memacu perkembangan penyakit.

Lebar bedengan sekitar 115 cm, tinggi antara 45-50 cm dengan lebar parit antara 50-60 cm. panjang bedengan tergantung luas lahan. Namun, sebaliknya tidak terlalu panjang, cukup 15 m.

Untuk penanaman pada musim penghujan, semakin tinggi bedengan akan semakin baik kerena semakin dapat menghindari penyakit layu yang sering muncul pada tanaman cabai. Semakin tinggi guludan sirkulasi udara tanah akan semakin baik sehingga tidak sampai terjadi kelembapan yang tinggi.

Setelah bedengan jadi, perlu ditambahkan campuran pupuk organik yang telah masak. Tiap hektarnya sebanyak 4 Kwintal ditambah TSP 4 kuintal yang dicampur dengan dolomite. Pencampuran hrus betul-betul merata. Banyaknya dolomite yang diberikan ke bedengan sebaiknya di sesuaikan dengan Ph tanah. Table kebutuhan Dolomit untuk berbagai tingkat keasaman tanah berikut ini dapat dijadikan patokan.

Setelah bedengan dicampur dengan pupuk organik, TSP dan dolomite, perlu ditambahkan basamide (ditaburkan pada masing-masing guludan) sebanyak 40-50 kg/ha. Setelah itu, baru tanah pada bedengan tersebut diolah sampai kedalaman 25 cm hingga merata. Kemudian pekerjaan dilanjutkan dengan penutupan mulsa plastik hitam perak sampai 14 hari.

Setelah itu, mulsa dibuka dan dibongkar supaya gas-gas bisa keluar da biarkan sampai tujuh hari. Sebelum ditutup kembali, bedengan perlu diberi tambahan 5 kuintal ZA/ha dan 3 kuintal KCL/ha. Setelah itu, bedengan dihaluskan dengan bambu atau kayu. Bila sudah cukup halus, baru mulsa tersebut ditutupkan kembali.

Pemasangan mulsa plastik paling sedikit dilakukan oleh tiga orang. Orang pertama memegang ujung plastik dan menempelkan pada ujung bedengan. Orang kedua memegang gulungan plastik sambil melokornya sepanjang bedengan dan memotong pada bagian ujungnya. Orang ketiga memegang dibagian tengah untuk mencegah tiupan angina sekaligus meluruskan mulsa. Kemudian plastik dibeber dan dari ujung ditarik sampai benar-benar rapat, lalu dipasak denagan bambu. Demikian juga dengan bagian samping kiri dan samping kanan, ditarik rapat dan dipasak setiap 1,5 m.

Perlu dperhatikan, mulsa plastik warna hitam dihadapkan ke bawah, sedangkan warna perak menghadap ke atas. Warna hitam dapat menimbulkan kesan gelap sehingga dapat menekan pertumbuhan rumput atau gulma penganggu, sedangkan warna perak dapa memantulkan sinar matahari yang secara tidak langsung dapat menekan hama aphid, trips, dan tungau. Dengan demikian, secara tidak langsung juga mengurangi serangan virus.

Setelah bedengan tertutup rapi, dilakukan pembuatan lubang tanam, diameter 8-10 cm. untuk membuat lubang, bisa menggunakan alat dari kaleng yang dipotong melintang kemudian dibuat bergerigi seperti gergaji. Alat ini digunakan dengan cara ditekankan pada mulsa plastik dengan sedikit diputar. Jarak lubang untuk penanaman 60-70 cm dua baris. Maksudnya, 70 cm antar baris dalam satu bedengan dan 60 cm dalam satu baris. Jarak lubang tanam dari tepi bedengan sekitar 25 cm.

setelah lahan sudah siap, besoknya bibit berumur 21 hari yang sudah siap ditempat persemaian dipindahkan ke lubang-lubang tanam tersebut. Perlu diperhatikan, sehari sebelum bibit dipindahkan , tempat persemaian harus diairi dulu. Pemindahannya sendiri sebaiknya dilakukan pada pagi hari hingga pukul 10.00 atau sore hari pukul 14.30 agar bibit tidak stres akibat sengatan matahari.

B. Pemeliharaan Tanaman
Setelah dipindah ke lahan, tanaman memerlukan tahap – tahap pemeliharaan seperti berikut ini.

Pemupukan 
Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur delapan hari setelah ditanam di lahan. Pada umur tersebut pupuk yang digunakan adalah pupuk cair, campuran NPK sebanyak 3 Kg dengan ZA 4 Kg yang dilarutkan dalam 200 liter air. Cara pemupukan ini dilakukan dengan cara kocor. Pemupukan dilakukan dengan interval 5 hari sekali sampai 5 kali atau sampai tanaman mulai muncul buah. Fungsi dari pemupukan ini untuk mempercepat pertumbuhan vegetatif.

Perempelan
Selama pemupukan perlu juga diperhatikan munculnya tunas pada batang. Umumnya tunas muncul sekitar 20 hari setelah tanam. Kalau muncul tunas pada batang, harus dirempel. Begitu juga bunga pertama, bunga yang muncul sekitar 20 hari setelah tanam harus dibuang. Hal ini berguna untuk mengoptimalkan pergembangan vegetatif tanaman dan menghindari munculnya serangan penyakit secara serentak dikemudian hari. 
  1. Dengan perempelan, bunga perkembangan daun tanaman akan semakin sempurna sehingga hasil fotosistesis yang diperoleh cukup untuk perkembangan vegetatif tanaman.
  2. Untuk penanaman pada ketinggian di atas 100 meter dari permukaan laut, perempelan tunas pada cabang utama harus dilakukan sedini mungkin. Keterlambatan perempelan akan menghambat pertumbuhan vegetatif dan tanaman mudah terserang penyakit. Daun tua atau daun yang terserang penyakit juga perlu dirempel.
  3. Perempelan harus sudah selesai pada saat panen pertama. Keuntungan dari perempelan itu antara lain:
  • Menjaga agar kelembapan udar di sekitar tanaman tidak terlalu tinggi, 
  • Penyemprotan obat-obatan bisa lebih merata, 
  • Memperbaiki warna dan kualitas buah, serta meningkatkan produksi.
Pengobatan
  • Pengobatan pertama pada tanaman yang baru dipindahkan di lahan dilakukan pada saat tanaman berumur 10 (sepuluh) hari setelah tanam. 
  • Pengobatan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 15 (lima belas) hari dengan antibiotik, misalnya agrimicin. Obat ini diberikan dengan cara dikocor atau disiramkan pada pangkal batang. 
  • Pengobatan selanjutnya dilakukan dengan interval dua minggu sekali. Dosis yang digunakan sebaiknya sesuai dengan petunjuk pada kemasan obat tersebut.
Pemasangan Ajir
Pada saat tanaman berumur 15 (lima belas) hari atau pada saat cabang-cabang produktif mulai terbentuk (mulai berbunga), tanaman harus sudah diberi ajir. Panjang ajir antara 130-140 cm. ujung ajir ditancapkan di samping dalam tanaman dengan agak dimiringkan keluar bedengan, kemudian tanaman diikat renggang pada lanjaran tersebut.

Sebelum tajuk tanaman mulai rimbun, di samping kiri dan kanan tanaman harus sudah selesai dibuatkan penopang mendatar dari tali atau bilah bambu. Penopang mendatar ini diikatkan pada ajir (penopang tegak) satu ke ajir lainnya dalam satu baris. Tujuannya untuk menopang buah yang lebat pada tajuk tanaman. Selain itu, pemberian ajir akan meluruskan tanaman dalam setiap bedengan sehingga dapat mempermudah pemupukan, pengobatan, maupun pemanenan.

Pada saat tanaman menginjak dewasa (umur dua belas bulan) atau setelah petik pertama, dilakukan pemupukan susulan yang pertama dengan komposisi ZA, TSP, KCl, dan pupuk organik dengan perbandingan 1 : 2 : 1 : 1 yang dicampur menjadi satu sampai merata. Tingginya unsur P pada komposisi tersebut dimaksudkan untuk memperkuat perakaran tanaman. Dengan perakaran yang kuat, diharapkan penyerapan unsure hara oleh tanaman dapat berjalan lebih optimal. Pupuk susulan ini diberikan pada tugalan di kanan dan kiri batang, kira-kira berjarak 15 cm dari batang. Dosis pemberian 30 gram/batang.

Pemupukan susulan ini bisa menggunakan pupuk NPK yang dicampur dengan KNO3 dengan perbandingan 5 : 1. kalau menggunakan pupuk ini, cara pemberiannya dengan system kocor. Misalnya 10 Kg NPK + 2 Kg  KNO3 dicampur dengan air 200 liter untuk 1.000 batang tanaman. Tiap tanaman mendapat 200 cc.

Pemupukan susulan ini dilakukan secara kontinu setiap 12 hari sekali atau setiap 4 kali petik buah. Bila dalam perkembangannya buah yang ada pada tanaman syarat maka jumlah pupuk yang diberikan harus diperbanyak agar terjadi keseimbangan antara kebutuhan dan kesediaan unsure hara pada tanah. Komposisi pencampuran pupuk dan tempo pemberian tetap setiap empat kali petik.

C. Pemanenan
Setelah tanaman berumur sekitar dua bulan setelah tanam atau buah pertama mulai memerah, pemanenan pertama sudah bisa dilakukan. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Hal ini untuk menjaga kesegaran buah, selain itu pemetikan pagi hari akan memperberat timbangan buah Karena belum banyak kandunagn air yang menguap. Proses pemetikan ini biasanya dilakukan tiap tiga hari sekali. Adapun proses dan tata cara pemanenan sendiri tidak boleh asal petik, sebab dapat berakibat pada rusaknya tangkai, dan rusaknya tangkai akan mengakibatkan perkembangan tanaman terganggu.

Cara pemetikan yang benar tidak asal tarik. Buah dipegang, kemudian didongakkan ke atas. Dengan cara ini buah akan putus dengan mudah tanpa merusak cabang tanaman. Cara pemanenan yang dilakukan dengan baik sedikit banyak akan membanu memperpanjang umur tanaman cabai.

Mecegah dan Mengidentifikasi Serangan Hama serta Penyakit
Agar produktifitas tanaman cabai tetap tinggi, serangan hama dan penyakit harus dicegah. Jika hama dan penyakit terlanjur menyerang, harus segera diberantas. Berikut ini adalah uraian tentang cara-cara mencegah dan memberantas serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai.

A. Mencegah Serangan Hama dan Penyakit
Mencegah serangan hama dan penyakit merupakan tindakan yan gpeling efektif dan efisien karena tanaman cabai yang terlanjur terserang hama dan penyakit cukup sulit diobati sehingga pasti menurun produksinya. Bila sudah demikian, biaya pengobatan akan membengkak sementara produksi tidak bisa optimum.

Sebagai upaya pencegahan yang baik, tanaman harus diusahakan bebas hama dan penyakit. Pencegahan yang intensif dan rutin sangat diperlukan oleh tanaman cabai.

Untuk aplikasi pengobatan, sebaiknya kita pilih salah satu pestisida dan salah satu perekat di atas, kemudian dicampur dan disemprotkan ke tanaman. Pengobatan ini harus rutin dan tepat waktu dengan ketentuan sebagai berikut.
  1. Harus disiplin, baik pekerja maupun mandor. Khusus pada saat pengobatan, baik cara, waktu, dan campuran obat-obatan (dosis) yang dipakai harus tepat.
  2. Harus dilakukan pencucian setiap dua hari sekali dengan air bersih yang ditambah dengan perekat 75 cc dan fungisida sebanyak 10 gram pertangki semprot yang berisi 15 liter. Pencucian dilakukan mulai 04.30 padi, yang penting sebelum matehari sudah harus selasai. Pencucian bisa menggunakan hand spayer.
  3. Pengobatan dilakukan 8-12 hari sekali pada musim kemarau dan 5-10 hari sekali pada musim penghujan. Pelaksanaan pengobatan harus sudah selesai sebelum matahari terbit.
  4. Penggunaan obat-obatan, terutama fungisida, harus dilakukan secara berselang antara sistemik dan kontak. Hal itu untuk menghindari munculnya kekebalan pada hama dan penyakit yang menyerang.
Contohnya pengobatan sebagai berikut ini.
Pengobatan pertama :
  • Benlate (fungisida sistemik)
  • Multimikro (pupuk daun)
  • Omite (insectisida)
  • Perekat
Pengobatan kedua :
  • Dakonil (fungisida kontak)
  • Omite
  • Vitamax
  • Perekat
Pengobatan ketiga :
  • Benlate (fungisida sistemik)
  • Matador
  • Multimikro
  • Perekat
Begitu seterusnya, yang penting dalam penggunaan obat-obatan di atas harus sesuai dengan dosis atau petunjuk penggunaan. Untuk berhasil, kita harus betul-betul jeli dalam memperhatikan tanaman. Kalau perlu kita harus menganggap tanaman tersebut adalah diri kita sendiri dan kita harus menjiwainya. Kita harus mengawasi agar dalam pemupukan dan pengobatan betul-betul dilakukan secara merata. Pengobatan dihentikan pada akhir masa panen.

B. Identifikasi Serangan Hama dan Penyakit Serta Penanganannya
Serangan hama dan penyakit terhadap tanaman cabai bisa dideteksi melalui gejala yang muncul. Gejala ini biasanya berupa tanda-tanda fisik yang dapat diamati. Berikut ini beberapa gejala serangan hama dan penyakit beserta cara penanggulangannya.

1. Ulat
Hampir semua jenis ulat –prodena litura, Plutella xylostella, Agrotis Sp, dan sebagainya selalu menyerang pada malam hari karena secara alamiah ulat takut terhadap silaunya sinar matahari. Oleh karena, penyemprotan yang paling efektif dilakukan pada senja hingga malam atau waktu suuh hingga terbitnya matahari. Ulat – ulat ini banyak menyerang pangkal batang tanaman muda, daun dan buah.

Penanganan
  • Pilih salah satu insektisida yang telah dicantumkan pada tabel di muka dengan pemakaian dosis tertinggi.
  • Lakukan penyemprotan 2-3 kali denan selang 3-5 hari sekali atau bersama-sama penyemprotan rutin. Pemakaian insektisida digilir secara berseling-seling antara sistematik dan kontak.
2. Aphid
Aphid termasuk golongan akarin, hama ini berwarna hijau, hijau kekuningan, cokelat, atau hitam. Apabila menyerang, biasanya mengumpul dibalik daun dan sekitar tunas muda sehingga menyebabkan daun mengeriting ke dalam.

Hama ini perkembangbiakannya sangat cepat, apabila pada musim kemarau. Oleh karena itu, pemberantasan sejak dini perlu dilakukan.

Penanganan
  • Dilakukan penyemprotan dengan insektisida dengan dosis sesuai dengan petunjuk yang ada pada kemasan obat tersebut, waktu penyemprotan sebaiknya pada pagi hari. Penyemprotan dikonsentrasikan pada permukaan daun bagian bawah, karena bagian bawah, karena bagian bawah daun disukai aphid untuk berlindung atau bersembunyi.
3. Bunga dan Bakal Buah Rontok
Gejala seperti itu disebabkan oleh tiga keungkinan kemungkinan : tanah terlalu kering atau terlalu basah, komposisi unsur hara di dalam tanah kurang tepat, atau terserang jamur Phytophtora capsici.

Penanganan
  • Lakukan pengairan bila terlalu kering atau lancarkan pembuangan air bila terlalu basah.
  • Jika gejala tersebut dilakukan komposisi unsur hara di dalam tanah kurang tepat, semprot dengan hormone, misalnya atonik, sitozim, abitonik, atau dekamon, dengan dosis sesuai dalam label masing-masing. Tambahkan pupuk daun yang berkomposisi P2O5 dan K2O dan N rendah. Penyemprotan dilakukan empat hari sekali, sampai 2-4 kali, terutama pada permukaan daun bagian bawah. Penyemprotan juga dapat dilakukan bersamaan dengan penyemprotan pestisida.
  • Jika gejala tersebut disebabkan serangan jamur Phytophtora capsici, siram denan larutan fungisida sistemik, misalnya difolatan dosis 1 cc/liter air atau Topsin dosis 1 gram/liter air, setiap tanaman 0,25 larutan. Fungisida ini disiramkan ke tanah di sekitar pangkal tanaman. Penyiraman dilakukan empat hari sekali, sampai 2-3 kali
4. Bercak buah
Tanaman cabai sering berbuah lebat, tetapi banyak bercak hijau kuning atau ujung buahnya menguning, terutama buah muda, dan rontok sebelum merah.

Penanganan
  • Gejala seperti ini dapat ditangani dengan melancarkan pembuangan air. Caranya, saluran pembuangan air diperdalam. Permukaan tanah disekitar pangkal tanaman serta pada permukaan tanah sepanjang tepi bedengan atau kiri kanan selokan perlu ditaburi dolomite atau kapur tohor, kemudian diberi larutan fungisida sistemik.
5. Daun dan Bakal Bunga Mengeriting
Daun dan bakal bunga pada pucuk tanaman cabai sering kali terlihat mengeriting sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Gejala ini disebabkan oleh serangan hama trip atau tungau.

Penanganan
  • Bersihkan gulma dan rumput di sekitar lahan penanaman.
  • Semprot dengan insektisida (lihat tabel jenis insektisida). Penyemprotan paling efektif bila dilakukan pada senja hingga malam hari atau subuh hingga terbitnya matahari. Penyemprotan dilakukan setiap tiga hari sekali, sampai 2-3 kali.
  • Setelah hama kelihatan habis, semprot dengan hormone dan pupuk daun, sampai 2-3 kali, untuk menumbuhkan kembali tunas-tunas pucuk.
6. Layu Bakteri
Mula-mula tunas pucuk tanaman mulai layu seperti kekurangan air, lalu dengan cepat layu total dan mati. Gejala seperti ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Bakteri ini menyerang bagian akar. Bila suhu tinggi, dan pembuangan air kurang lancer, biasanya penyakit ini muncul dengan cepat.

Penanganan
  • Saluran air diperdalam agar air bisa terbuang secara lancer. Hentikan sama sekali pengairan sampai penyebaran penyakit dirasa berhenti. Apabila tanaman perlu air, sementara siramkan air di bagian pangkal tanaman.
  • Taburi permukaan tanah sekitar pangkal batang serta sepanjang tepi bedengan dengan selokan dengan kapur dolomite atau kapur tohor. Disekitar lokasi yang terseranmg layu, siramkan larutan agrimicin atau agrept dengan dosis 0,5 gram/liter air. Setiap tanaman disiram bagian pangkal batangnya sebanyak 0,24 liter. Tanaman yang sudah mati dicabut dan dibuang jauh dari lokasi atau dibakar.
7. Layu Sementara
Pada pagi hari tanaman tampak segar, semakin siang semakin layu, padahal air tanah cukup. Pada sore hari tanaman kembali segar sampai pagi besoknya dan semakin siang semakin layu lagi. Demikian seterusnya sampai tanaman betul-betul layu dan mati. Gejala seperti ini disebabkan oleh dua kemungkinan : terserang jamur Phytoptora sp atau akibat serangan nematode.

Penanganan
  • Jika disebabkan oleh serangan Phytoptora sp, penangannannya dilakukan dengan membersihkan rumput yang ada disekitar tanaman untuk mengurangi kelembapan udara di sekitar tanaman. Kemudian pestisida yang digunakan hasus fungisida yang sistemik.
  • Kalau akibat serangan nematode maka akan menampakkan bintil-bintil yang tidak merata di bagian akar. Kalau demikian yang terjadi, pangkal batang harus disiram dengan nematisida dengan dosis terendah. Masing-masing tanaman disiram 0,25 liter larutan.
8. Bercak Putih pada Kulit Buah
Tidak jarang kulit buah cabai berbecak putih melebar. Gejala demikian banyak terjadi pada tanaman yang lemah, berdaun sedikit, rebah, atau buah terbuka dan terkena matahari secara langsung.

Penanganan
  • Gejala tersebut dapat dicegah dengan menutup buah yang terbuka dengan daun-daun pada cabang disekitarnya. Perlu juga ditambahkan pupuk yang banyak mengandung N pada tanaman yang lemah. Buah yang terserang hebat sebainya dibuang untuk mencegah infeksi dari penyakit lain.
9. Ujung Buah Kuning dan Membusuk
Seringkali didapati buah cabai yang masih hijau tiba-tiba dibagian ujungnya mulai menguning, kemudian membusuk dan akhirnya berwarna kecoklatan. Gejala demikian sering terjadi pada musim kemarau.

Penanganan
  • Jaga kelembapan tanah , gunakan kapur dasar untuk menjaga agar tanah tetap pada kisaran Ph 6,5 dan gunakan pupuk daun yang memiliki kandungan Ca tinggi.
10. Pecah Buah
Buah cabai terkadang tiba-tiba banyak yang mengalami pecah atau terbelah dengan arah memanjang. Gejala seperti ini diikuti dengan pembusukan dan akhirnya buah rontok. Pecah buah ini sering kali terjadi pada buah yang suadah tua.

Penanganan
  • Jaga kelembapan tanah, hindari pengairan secara tiba –tiba dan berlebihan pada saat kering, dan hindarkan buah dari terpaan sinar matahari secara langsung.
11. Kerdil
Setelah pindah tanam hingga umur tertentu sering dijumpai tanaman yang seperti terhambat pertumbuhannya.

Penanganan
  • Bila disebabkan oleh tingginya keasaman tanah, siram dengan larutan dolomite, 2 genggam (1ons) per 10 liter air (1 ember). Setiap tanaman disiram sekitar 0,25 liter. Penyiraman harus tepat disekitar pangkal tanaman. Penyiraman dilakukan setiap 4-5 hari sekali sampai 2 -3 kali.
  • Bila tidak disebabkan oleh tingginya keasaman tanah, siram dengan larutan orea dengan dosis 1 genggam per 10 liter air. Setiap tanaman disiram 0,25 liter. Siramlah pada tanah disekitar pangkal batang dan lakukan setiap 5 hari sekali sampai 2-3 kali
  • Semprot dengan pupuk daun

Kenapa warga rohingya diusir dari negaranya

  Warga Rohingya telah mengalami pengusiran dan diskriminasi di Myanmar selama beberapa dekade. Konflik terhadap etnis Rohingya bersumber da...