Showing posts with label Kesehatan. Show all posts
Showing posts with label Kesehatan. Show all posts

Monday, 30 August 2021

Jenis jenis Vaksin Covid 19 No 1 sampai 4 dipakai di Indonesia



 1. Vaksin Sinovac

Vaksin Sinovac dibuat dengan metode inactivated virus. Artinya virus yang berada dalam vaksin sudah dimatikan dan tidak mengandung virus hidup atau yang dilemahkan.


Inactivated adalah metode paling umum dalam pembuatan vaksin.


2. Vaksin Sinopharm

Vaksin Sinopharm dibuat dengan metode virus yang telah dilemahkan. Metode ini merupakan pemberian injeksi patogen virus yang telah dilemahkan sehingga tidak dapat menyebabkan sakit, tetapi mampu menginduksi respons imun.


3. Vaksin AstraZeneca

AstraZeneca menggunakan metode vaksin vektor virus dalam pengembangan vaksin COVID-19. Vaksin AstraZeneca menggunakan platform Adenovirus atau merekayasa virus adar menjadi vaksin sehingga mampu menginfeksi virus lain.


4. Vaksin Moderna

Vaksin Moderna dibuat dengan metode mRNA. Vaksin mRNA tergolong jenis vaksin baru untuk melindungi dari penyakit menular.



5. Vaksin Pfizer

Sama seperti Moderna, vaksin Pfizer juga berbasis mRNA. Vaksin mRNA tidak menggunakan virus hidup penyebab COVID-19.


Saturday, 4 April 2020

Jumlah Jenazah yang Dikubur Naik di Jakarta, Anies Duga Ada Data Corona yang Disembunyikan


DEMOKRASI.CO.ID - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan curiga ada data kematian COVID-19 yang disembunyikan pemerintah pusat. Sebab, angka warga Jakarta yang dimakamkan meningkat tajam di bulan Maret 2020.

Menurut data yang dilansir situs channelnewsasia.com (4/4/2020), pada Maret 2020, ada 4.400 warga DKI Jakarta yang dikubur di Jakarta. Itu berdasarkan data dari Dinas Taman dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan pada Maret 2019, seblum adanya COVID, angka yang dimakamkan cuma 3.100 orang.

Sementara itu, data korban jiwa akibat COVID-19 di kota Metropolitan ini adalah 971 kasus dan yang meninggal dunia 90 orang.

Padahal tetapi tidak ada epidemi baru yang dilaporkan di Jakarta selama periode tersebut dan juga tidak ada bencana alam besar.

Sayangnya angka-angka dari Dinas tersebut tidak mengidentifikasi penyebab kematian. Belum diketahui pula apakah kematian juga diakibatkan penyakit lain, seperti demam berdarah dengue yang juga tengah mewabah di Indonesia atau penyakit lain.

Anies mencurigai jumlah infeksi dan kematian di Jakarta telah dilaporkan itu karena lewat kualitas pemeriksaan yang dianggap terendah di dunia. "Ini sangat mengganggu," kata Baswedan merujuk pada statistik pemakaman.

"Aku berusaha untuk menemukan alasan lain selain kematian COVID-19 yang tidak dilaporkan."

Seorang staf kantor Gubernur DKI Jakarta mengklaim mendapat laporan dari staf rumah sakit di Jakarta bahwa ada n tubuh 438 orang yang mereka duga meninggal karena COVID-19 antara 6 Maret-2 April 2020.

Sementara itu, Achmad Yurianto, seorang pejabat senior Kementerian Kesehatan, membela sistem pelaporan dan pengujian. Ia mengatakan pemerintah pusat mendasarkan data pada hasil lab menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR) yang akurat.

Namun Achmad tak mau menanggapi soal melonjaknya angka pemakaman.(*)

4.377 Orang Dikubur di Jakarta pada Maret 2020, Meningkat Hampir 2 Kali Lipat


DEMOKRASI.CO.ID - Jumlah kematian akibat virus corona di Jakarta terus meningkat. Per Jumat (3/4), tercatat ada 98 orang yang meninggal akibat positif corona di Jakarta. Selain itu ada ratusan jenazah yang dimakamkan dengan protokol COVID-19.

Angka kematian ini diduga mendongkrak jumlah jenazah yang dikubur di Jakarta. Dalam paparan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, terlihat adanya kenaikan jumlah jenazah yang dikubur pada Maret 2020, yakni sebanyak 4.377 orang. 

Jumlah tersebut naik hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan Februari 2020, yakni sebanyak 2.459 orang.

Tak hanya itu, jumlah jenazah yang dikubur pada Maret 2020 juga dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata penguburan jenazah di DKI pada 2018 dan 2019. Adapun jumlah rata-rata penguburan jenazah pada 2018 sebanyak 2.774 orang dan 2.745 orang pada 2019.

Meski demikian, belum diketahui secara pasti mengapa ada lonjakan dua kali lipat jumlah orang yang dimakamkan di DKi Jakarta pada Maret 2020.

Bila meningkatnya jumlah orang yang meninggal karena terkait corona, tentu sangat mengejutkan.

Data dari situs resmi pemerintah per tanggal 3 April 2020 pukul 18.00 WIB, korban meninggal karena corona di Jakarta ialah 98 orang. Sementara data dari Pemprov DKI, jumlah orang yang dimakamkan dengan protokol corona 401 orang.

Lantas mengapa masih ada lonjakan seribuan orang lebih yang dimakamkan di Jakarta pada bulan Maret? Apakah jenazah-jenazah itu merupakan korban corona yang tidak diketahui dan tidak tercatat?

Anies sempat menyebut, sudah ada 283 jenazah di DKI yang dikubur dengan protap pemakaman jenazah terinfeksi corona. Dari 283 orang yang dikubur dengan protap jenazah corona, belum semuanya terkonfirmasi positif.

"Sejak tanggal 6 Maret mulai ada kejadian pertama sampai kemarin tanggal 29 ada 283 kasus," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Senin (30/3).

Namun angka tersebut terus bertambah. Saat melakukan teleconference dengan Wapres Ma'ruf Amin tiga hari berselang, data pemakaman dengan protap corona kembali meningkat menjadi 401 kasus. 

"Apalagi bila kita melakukan monitoring di Dinas Pertamanan dan Hutan Kota yang mengurusi pemakaman maka ada, sampai dengan kemarin itu jumlah yang meninggal dimakamkan dengan cara COVID-19 ada 401 kasus, Pak," jelas Anies kepada Ma'ruf, Kamis (2/4).

Terkait pemakaman jenazah positif corona, Pemprov DKI telah menyiapkan lokasi khusus. Salah satunya adalah TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur.(*)

Dua Kali Tes, Asisten Pelatih Timnas Indonesia Dinyatakan Positif Corona


DEMOKRASI.CO.ID - Ketum PSSI Mochamad Iriawan mengatakan, asisten pelatih timnas Indonesia Gong Oh-Kyun, yang berasal dari Korea Selatan, dinyatakan positif terjangkiti virus corona (COVID-19).

Dijelaskan, Gong Oh-Kyun dikonfirmasi positif setelah menjalani dua kali tes cepat (rapid test) di salah satu rumah sakit di Jakarta.

“Kami mendoakan pelatih Gong Oh-Kyun cepat pulih dan dapat kembali beraktivitas. Saya yakin dia kuat dan tetap termotivasi melawan virus corona. Kami sudah memberitahukan hal ini kepada pihak Kedutaan Besar Korea Selatan di Indonesia,” katanya seperti dikutip dari laman resmi PSSI di Jakarta, Sabtu (4/4).

Dokter timnas Indonesia Syarif Alwi menuturkan, Gong Oh-Kyun sebelumnya tidak merasakan gejala seperti demam, batuk, flu atau kesulitan bernapas.

Dikatakan, hal tersebut bisa saja terjadi karena daya tahan tubuhnya yang kuat. “Dia hanya pembawa virus di tubuhnya yang dikhawatirkan dapat menularkan kepada seseorang dengan imun yang lemah,” ujarnya.

Gong Oh Kyun disebutkan dalam kondisi baik-baik saja dan melakukan pemeriksaan swab, PCR, pemindaian (CT Scan) toraks, fungsi hati dan elektrolit pada Sabtu (4/4).

Sedangkan manajer pelatih timnas Indonesia Shin Tae-Yong dan tiga asistennya Kim Hae-Woon, Kim Woo-Jae, dan Lee Jae-Hong dinyatakan negatif dalam dua kali tes cepat.

Keempatnya pun dipersilakan PSSI kembali ke kampung halamannya Korea Selatan dan berangkat pada Jumat (3/4) malam.

Lebih lanjut, PSSI pun meminta para pelatih, pemain dan karyawannya untuk melakukan pemantauan pribadi dan menerapkan penjagaan jarak baik sosial maupun fisik.

Mereka juga diharapkan mematuhi protokol kewaspadaan pencegahan COVID-19 bagi kegiatan keolahragaan yang dikeluarkan Kemenpora pada 17 Maret 2020.

Sementara itu, PSSI sendiri sejak 16 Maret 2020 sudah meminta semua karyawannya untuk bekerja dari rumah. Kantor PSSI pun sudah disemprot dengan cairan desinfektan.

Browser anti blokir Kojop sudah bisa diunduh di Play Store, klik bit.ly/kojop

(ant/jpnn/pojoksatu)

Data Baru Corona di Jabar: 247 Positif COVID-19, ODP Tembus 20 Ribu Orang


DEMOKRASI.CO.ID - Jumlah warga Jawa Barat yang terkonfirmasi COVID-19 terus merangkak. Laman pikobar.jabarprov.go.id menampilkan hingga Sabtu (4/4/2020) pukul 21.00 WIB, sebanyak 247 orang terinfeksi virus corona, angka ini bertambah 22 orang dari 225 orang sehari sebelumnya.

Sementara itu jumlah orang dalam pemantauan (ODP) di Jabar menembus angka 20.712, meningkat drastis dari 16.392 ODP. Di mana 16.150 di antaranya masih menjalani masa pemantauan, sisanya sudah selesai.

Jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) juga turut meningkat menjadi 1.354 dari jumlah sebelumnya, 1.205 PDP. 936 di antaranya masih menjalani proses pengawasan.

Dalam selang sehari, tiga orang meninggal dengan keterangan positif COVID-19, jumlah itu menambah angka kasus kematian menjadi 28 orang. Kendati begitu, jumlah orang yang sembuh dari virus ini bertambah menjadi 12 orang, sementara secara nasional jumlah warga yang sembuh berada di angka 150 orang.

Kepala Dinas Kesehatan Jabar Berli Hamdani memastikan pengurusan jenazah tak hanya memperhatikan etika agama, budaya dan sosial yang dianut, namun juga melewati prosedur teknis kesehatan yang ketat. "Semua lubang-lubang tubuh ditutup dengan kasa absorben dan diplester kedap air. Petugas harus memastikan badan jenazah bersih dan kering," kata dia.

Petugas yang mengantar pun dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD)."Semua prosedur dibuat untuk menghormati jenazah, keluarga jenazah, serta melindungi diri dan lingkungan dari penularan," katanya.(dtk)

IDI Kembali Umumkan Seorang Dokter Berstatus PDP Meninggal Dunia


DEMOKRASI.CO.ID - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) kembali mengumumkan satu dokter yang meninggal dunia di masa pandemi virus Corona (COVID-19). Dalam satu hari, PB IDI telah mengumumkan ada 3 dokter meninggal terkait COVID-19.

Doker tersebut adalah Dr. dr. Lukman Shebubakar, Sp.OT(K),PhD yang merupakan anggota IDI cabang Jakarta Selatan. Dia meninggal di RSUP Persahabatan dengan status sebagai seorang pasien dalam pengawasan (PDP).

"Ini (dr Lukman) juga infonya dirawat PDP COVID-19 di RS Premier kemudian meninggalnya RS Persahabatan," kata Humas PB IDI, Halik saat dikonfirmasi detikcom, Sabtu (4/4/2020).

Halik menjelaskan dr. Lukman adalah pegawai negeri sipil di RSUP Fatmawati. Selain itu, dia juga aktif menjadi dosen pembimbing di FK UI.

"Beliau PNS di RS Fatmawati dan aktif mengajar sebagai dosen pembimbing Orthopedi FKUI," ucap Halik.

Informasi tersebut diumukan dalam akun Twitter resmi PB IDI, @PBIDI. Selain itu, pihak PB IDI juga telah mengumumkan kematian dari dr. Bernadette Albertine Francisca T, Sp.THT-KL yang merupakan anggota IDI cabang Makasar dan dr. Ketty Herawaty Sultana yang merupakan anggota IDI cabang Tangerang Selatan.

"Informasi yang kami peroleh sampai hari ini dokter Bernadette di Makasar itu statusnya PDP. Sudah dilakukan rapid tes positif, swab tes dijadwalkan hari ini atau belum dilakukan sampai beliau wafat semalam," kata Halik saat dihubungi detikcom pada Sabtu (4/4/2020).

"Kemudian dokter Ketty itu sudah dirawat sekitar 7 hari, sudah dilakukan swab tes, tesnya positif," sambungnya.(dtk)

Dokter IDI yang Meninggal karena Corona, Sempat Rawat Menhub Budi Karya


DEMOKRASI.CO.ID - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kembali berduka setelah tiga dokter dinyatakan meninggal dunia karena terinfeksi virus corona SAR-CoV-2. Salah satunya ialah dr. Ketty Herawati Sultana.

Ia merupakan dokter yang sempat turut merawat Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di RS Medistra, Jakarta Selatan.

Menhub diketahui menderita COVID-19 dan menjalani perawatan di rumah sakit tersebut. Budi kemudian dirujuk ke RSUD Gatot Subroto dan hingga kini menjalani perawatan di sana.

Humas IDI, dr. Halik Malik mengucapkan bela sungkawa atas kepulangan rekan sejawatnya itu. Ia mengungkapkan dr. Ketty merupakan dokter umum yang bertugas di RS Medistra.

"Sehari-harinya beliau dokter umum di perawatan RS Medistra itu termasuk ikut merawat Menhub Budi Karya sebelum dirujuk ke RSPAD. Jadi sehari-harinya bekerja di RS Medistra," kata Halik saat dikonfirmasi, Sabtu (4/4).

Ucapan belasungkawa dari IDI untuk dokter yang meninggal karena menangani pasien corona. Foto: Instagram/@ikatandokterindonesia

Sepengetahuan Halik, dr. Ketty telah menjalani perawatan selama 7 hari. Namun, kondisinya terus menurun hingga kemudian dinyatakan meninggal dunia.

Menurut Halik, dr. Ketty sudah sempat tes swab dan hasilnya ia positif COVID-19.

Selain dokter Ketty, dua dokter lainnya yang diumumkan meninggal dunia oleh IDI ialah dr. Bernedette Albertine anggota IDI cabang Makassar dan dr. Lukman Shebubakar anggota IDI cabang Jakarta Selatan.

Ucapan belasungkawa dari IDI untuk dokter yang meninggal karena menangani pasien corona. Foto: Instagram/@ikatandokterindonesia

Mereka berdua berstatus PDP. Halik menyebut dr. Bernedette belum sempat dilakukan swab. Sementara untuk dr. Lukman, sempat dirawat dua minggu namun belum ada yang menyampaikan status hasil laboratoriumnya.

"Saya rasa kalau di Primer kemudian dirujuk ke RS Persahabatan dengan masa rawat panjang sudah di-swab. Cuma kami belum menerima hasil swab-nya. Jadi sekali lagi untuk konfirmasi tes swab-nya itu datanya di pemerintah dari Dinkes diberikan ke rumah sakit. Jadi tidak semua sejawat bahkan keluarga tahu," kata Halik.

Kabar duka ketiga dokter tersebut menambah jumlah kematian tenaga medis akibat virus corona. Setidaknya IDI mencatat 16 anggotanya meninggal dunia, baik yang berstatus PDP maupun positif COVID-19. [kumparan]

BMKG Lapor Presiden: Cuaca Tak Bisa Bendung COVID-19 Karena ....


DEMOKRASI.CO.ID - Pengaruh faktor cuaca Indonesia terhadap upaya menangkal wabah virus corona COVID-19 telah menjadi perdebatan sejak awal virus itu dikhawatirkan menyebar dari Cina pada awal tahun ini. Sejumlah dokter meyakini cuaca tropis tak ramah virus corona itu--seperti halnya virus penyebab flu musiman, tapi para peneliti virus menolak mempercayainya begitu saja karena fakta virus yang masih misterius dan fakta infeksi virus yang sudah lebih dulu ditemukan di negara tetangga Indonesia.

Belakangan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bergabung dengan keyakinan yang pertama. Menyatakan melakukan riset bersama Universitas Gadjah Mada (UGM), BMKG menilai kondisi cuaca atau iklim dan bahkan kondisi geografi kepulauan di Indonesia relatif lebih rendah untuk risiko berkembangnya wabah COVID-19

Lalu kenapa ditemukan kasus infeksinya di Indonesia? Hingga saat artikel ini disiapkan terhitung setidaknya hampir 2.000 angka kasus infeksi dan 181 orang meninggal karenanya. Angka-angka itu diyakini sebagian kalangan sebenarnya jauh lebih besar lagi.

Tim peneliti gabungan BMKG-UGM menduga itu akibat faktor mobilitas manusia dan interaksi sosial yang lebih kuat. Tim merekomendasikan, apabila mobilitas penduduk dan interaksi sosial benar-benar dapat dibatasi disertai dengan intervensi kesehatan masyarakat maka faktor suhu dan kelembapan udara dapat menjadi faktor pendukung dalam mitigasi atau mengurangi risiko penyebaran COVID-19.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati lewat siaran pers yang dibagikannya Sabtu, 4 April 2020, mengatakan bahwa riset tim diperkuat sebelas doktor di bidang Meteorologi, Klimatologi dan Matematika, Mikrobiologi, dan Kesehatan Masyarakat UGM. Mereka melakukan kajian berdasarkan analisis statistik, pemodelan matematis, dan studi literatur tentang pengaruh cuaca dan iklim dalam penyebaran COVID-19.

“Hasil kajian telah disampaikan kepada Presiden dan beberapa kementerian terkait pada 26 Maret 2020,” katanya.

Hasil kajian menunjukkan sebaran kasus COVID-19 saat outbreak gelombang pertama berada pada zona iklim yang sama yaitu pada posisi lintang tinggi atau wilayah subtropis. Kesimpulan sementara menyatakan bahwa negara-negara dengan lintang tinggi cenderung mempunyai kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tropis.

Lalu, kondisi udara ideal untuk virus corona diketahui adalah temperatur sekitar 8-10 Celsius dan kelembapan 60-90 persen. Artinya dalam lingkungan terbuka yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi merupakan kondisi lingkungan yang kurang ideal untuk penyebaran penyakit itu.   Para peneliti itu menyimpulkan bahwa kombinasi dari temperatur dan kelembapan relatif sudah cukup memiliki pengaruh dalam penyebaran transmisi COVID-19.

Penelitian lain juga menemukan penyebaran optimum COVID-19 pada suhu yang sangat rendah 1–9 Celsius. Artinya semakin tinggi temperatur, maka kemungkinan adanya kasus COVID-19 harian akan semakin rendah.

"Serupa dengan virus influenza, virus Corona ini cenderung lebih stabil dalam lingkungan suhu udara dingin dan kering. Kondisi udara seperti itu juga dapat melemahkan host immunity seseorang dan mengakibatkan kerentanan terhadap virus," bunyi hasil riset.

Peneliti yang memprediksi dengan model matematis dan memasukkan kondisi demografi manusia dan mobilitasnya juga menyimpulkan bahwa iklim tropis dapat membantu menghambat penyebaran virus tersebut. Model yang sama juga menjelaskan bahwa terhambatnya penyebaran virus dikarenakan kondisi iklim tropis dapat membuat virus lebih cepat menjadi tidak stabil.

"Akibatnya penularan virus corona dari orang ke orang melalui lingkungan iklim tropis cenderung terhambat, dan akhirnya kapasitas peningkatan kasus terinfeksi untuk menjadi pandemik juga akan terhambat."

Sayangnya, semua itu bukan penentu jumlah temuan kasus infeksi terutama setelah outbreak gelombang kedua. Tim BMKG-UGM  menyatakan meningkatnya kasus pada gelombang kedua saat ini di Indonesia tampaknya lebih kuat pengaruh pergerakan atau mobilitas manusia dan interaksi sosial.

Indonesia yang terletak di sekitar garis khatulistiwa dengan suhu rata-rata berkisar antara 27-30 derajat Celsius dan kelembapan udara berkisar antara 70–95 persen sebenarnya merupakan lingkungan yang cenderung tidak ideal untuk outbreak COVID-19. Namun fakta menunjukkan bahwa kasus Gelombang ke-2 COVID-19 telah menyebar di Indonesia sejak awal Maret 2020. (*)

Warga Bandung Positif COVID-19 Terbanyak di Cicendo dan Kiaracondong


DEMOKRASI.CO.ID - Sebanyak 41 warga Kota Bandung dinyatakan positif terpapar virus corona (COVID-19) per Sabtu (4/4/2020) malam. Dari 30 kecamatan di Kota Bandung, kecamatan mana yang paling banyak warganya terkonfirmasi positif Corona?

Dari data yang dihimpun detikcom, dalam situs Pusat Informasi COVID-19 (Pusicov) Kota Bandung, Kecamatan Cicendo menjadi kecamatan yang memiliki banyak warga terpapar corona.

Ada delapan orang warga Kecamatan Cicendo dinyatakan positif corona. Disusul Kecamatan Kiaracondong (Kircon) dengan lima orang warga positif corona.

Seperti diketahui, untuk warga positif corona mencapai 41 orang. Di antaranya, 23 masih menjalani perawatan, 6 sembuh dan 12 meninggal dunia.

41 orang warga positif itu tersebar di beberapa kecamatan yang ada di 30 kecamatan di Kota Bandung. Kecamatan Andir 3 orang, Antapani 1 orang, Arcamanik 1 orang, Astana Anyar 1 orang, Babakan Ciparay 3 orang, Bandung Kidul 1 orang, Bandung Wetan 2 orang, Bojongloa Kaler 2 orang, Bojongloa Kidul 1 orang, Buah batu 2 orang, Cibeunying Kidul 2 orang, Cicendo 8 orang, Coblong 2 orang, Kiaracondong 5 orang, Lengkong 1 orang, Mandalajati 1 orang, Rancasari 1 orang, Regol 3 orang dan Sumur Bandung 1 orang.

Sementara itu, enam orang sembuh di antaranya merupakan, warga Kecamatan Babakan Ciparay 2, Cicendo 1, Coblong 1, Kiaracondong 1 dan Regol 1.

Sedangkan, delapan orang meninggal dunia merupakan warga Kecamatan Sukasari 1 orang, Cicendo 2 orang, Andir 1 orang, Kiaracondong 1 orang, Lengkong 1 orang, Regol 1 orang dan Bandung Kidul 1 orang.(dtk)

Di Jakarta Sudah 1.071 Orang Terjangkit Covid-19, 98 Meninggal Dunia


DEMOKRASI.CO.ID - Jumlah orang yang terjangkit Coronavirus Disease (Covid-19) semakin bertambah secara signifikan. Di DKI Jakarta hingga saat ini tercatat sebanyak 1.071 orang dinyatakan poistif terinfeksi Covid-19.

Dari data Pemprov DKI Jakarta, melalui situs corona.jakarta.go.id, yang dilihat redaksi Sabtu (4/4).

Sebanyak 696 (65 persen) orang dirawat, 58 (lima persen) dinyatakan sembuh, 219 (21 persen) yang dianjurkan untuk isolsi mandiri dan 98 (9 persen) terkonfirmasi meninggal dunia.

Sementara itu, sebanyak 2.496 lainya masuk ke dalam daftar Orang Dalam Pemantauan (ODP), 534 diantaranya masih proses pemantauan dan 1.983 orang telah selesai pemantauanya.

Kemudian, 2.031 orang masuk dalam kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP), 839 masih dirawat dan 1.192 orang telah dipulangkan karena telah dinyatakan sehat.

Sementara data yang terkonfirmasi oleh Pemerintah Pusat. Sebanyak 1.986 orang dinyatakan positif Covid-19, 1.671 diantaranya masih dilakukan perawatan dan 134 orang dinyatakan sembuh, sementara 181 dipastikan meninggal dunia akibat virus yang belum ditemukan vaksinya itu. (Rmol)

Update Corona di Jatim: Tak Ada Tambahan Positif, Sembuh 30, Meninggal 14


DEMOKRASI.CO.ID - Kasus Covid-19 atau corona di Jawa Timur tidak mengalami penambahan kasus untuk confirm atau positif. Total pasien positif di Jatim masih sama, yakni 152 orang.

Sedangkan kasus Pasien dalam Pengawasan (PDP) naik 63 jadi 780 dan Orang dalam Pemantauan (ODP) bertambah 681 jadi 10.116.

"Data PDP kemarin 717 sekarang 780, ODP 10.116 yang konifirmasi positif hari ini Alhamdulillah tidak ada. Dari pusat konfirmasinya untuk Jawa Timur tidak ada. Jadi 152 yang konfirm, 780 PDP dan 10.116 ODP," kata Gubernur Khofifah Indar Parawansa saat press conference di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu (4/4/2020).

Sementara pasien yang sembuh, Khofifah mengatakan ada dua pasien. Yakni satu dari Blitar dan satu dari Surabaya.

"Alhamdulillah hari ini kami dapat informasi lagi ada dua pasien covid positif sembuh satu Blitar, satu Surabaya. Sehingga total pasien sembuh di Jatim menjadi 30 orang setara dengan 19,74%," ujarnya.

Sedangkan yang meninggal ada tiga orang. Dua dari Surabaya dan satu dari Kediri. Sehingga total pasien meninggal menjadi 14 orang

"Hari ini kami juga berduka ada tiga pasien positif meninggal dua Surabaya, satu Kediri," pungkas Khofifah.(dtk)

Update Corona di Indonesia 4 April: 2.092 Positif, 150 Sembuh, 191 Meninggal


DEMOKRASI.CO.ID - Hingga Sabtu (4/4/2020) jumlah kasus positif virus corona COVID-19 di Indonesia mencapai 2.092. Sebanyak 150 pasien sembuh, 191 meninggal.

"Masih terjadi penambahan kasus untuk konfirmasi positif sebanyak 106 kasus sehingga total menjadi 2.092," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona COVID-19, Achmad Yurianto, Sabtu (4/4/2020).

Jumlah kasus positif mengalami penambahan sebanyak 106 menjadi 2.092.

Pasien yang mendapatkan 2 kali hasil negatif dalam pemeriksaan dan dinyatakan sembuh bertambah 16 kasus menjadi 150.

Sedangkan pasien yang meninggal dunia bertambah 10 kasus menjadi 191. (dtk)

Kasus Positif Corona di Sumut Jadi 46, Medan-Deli Serdang Masuk Zona Merah


DEMOKRASI.CO.ID - Jumlah pasien positif Corona atau COVID-19 di Sumut terus bertambah. Hingga hari ini terdapat 46 orang yang dinyatakan positif.

"Positif 46 orang. Meninggal 5 orang, 4 hasil pemeriksaan swap, satu hasil pemeriksaan rapid test," ujar jubir Gugus Tugas COVID-19 Sumut Aris Yudhariansyah, Sabtu (4/4/2020).

Aris menjelaskan pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP) di Sumut juga bertambah. Dia mengatakan ada tiga daerah di Sumut yang masuk ke zona merah Corona.

"Orang dalam pemantauan yang melapor mengalami peningkatan sebesar 21,7 persen, data pasien yang positif 21,7 persen, pasien dalam pengawasan mengalami peningkatan 18,8 persen dari data hari Jumat (3/4)," jelas Aris.

Untuk zona merah ada di Medan, Kabupaten Deli Serdang, dan Tanjungbalai. Dengan kepadatan penduduk dan mobilitas masyarakat yang tinggi. Selain itu, daerah ini menjadi pintu masuk dari luar Sumatera Utara dan negara lain," paparnya.(dtk)

Bahan Desinfektan yang Ditemukan Alvin Lie di Bandara Juanda Ternyata Hanya untuk Hewan


DEMOKRASI.CO.ID - Anggota Ombudsman RI Alvin Lie menemukan dua kejanggalan di Bandara Internasional  Juanda di Surabaya, hari ini (Sabtu, 4/4).

Pertama, masih ada bilik desinfektan yang ditempatkan di Terminal 1 Bandara Juanda.

Semestinya, kata Akvin Lie kepada redaksi, penggunaan bilik desinfektan seperti ini sudah dihentikan setelah Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran No. HK. 02.02/III/375/2020 hari Jumat kemarin (3/4). Di dalam Surat Edaran itu disebutkan, penggunaan bilik sterilisasi seperti itu justru berpotensi menimbulkan gangguan pada kulit dan sistem pernafasan. 

Kedua, setelah ditelusuri, bilik desinfektan di Bandara Juanda menggunakan cairan yang hanya untuk hewan. Nama cairan itu Prodestan.

Kepada redaksi, Alvin Lie mengirimkan dua foto yang didapatnya dari petugas Angkasa Pura I di Bandara Juanda. Pertama gambar kardus Prodestan kemasan 12 jerigen yang masing-masing jerigen berisi 1 liter cairan Prodestan. 

Foto kedua brosur yang menjelaskan kandungan Prodestan. Disebutkan bahwa Prodestan mengandung 10 persen Benzalkonium chloride yang ampuh membasmi mikroorganisme dan aman untuk desinfektasi kandang, lingkungan, mesin tetas, hingga air minum.

Juga disebutkan bahwa Prodestan digunakan sebagai deinfektan dan antiseptik pada peternakan, laboratorium, dan klinik hewan.

Di pojok kiri kanan, di bawah gambar jerigen Prodestan, tertulis penjelasan tegas: obat hanya untuk hewan.

“Saya khawatir ada perbedaan antara apa yang diputuskan sebagai kebijakan dengan apa yang dilaksanakan di lapangan,” ujar Alvin Lie kepada redaksi beberapa saat lalu.

Mengenai kedua foto itu, dia kembali mengatakan mendapatkannya dari petugas Angkasa Pura I sebagai bukti bahwa mereka menjalankan perintah Walikota.

“Saya mendapat foto tersebut dari Angkasa Pura I  selaku pengelola bandara, sebagai bukti bahwa mereka hanya melaksanakan perintah Walikota menggunakan cairan sesuai standar Pemerintah Kota. Tidak jelas apakah didrop oleh Pemkot atau harus beli sendiri,” demikian Alvin Lie.

Sementara itu, seperti diberitakan RMOL Jatim, Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Pemkot Surabaya, M. Fikser, mengatakan Pemkot Surabaya memastikan bahwa kandungan yang ada di dalam cairan disinfektan, baik yang disemprot maupun yang terdapat dalam bilik sterilisasi aman.

“Bahan yang kita gunakan itu sudah ada rilisnya dari Unair (Universitas Airlangga) dan sekarang akan dari ITS (Institut Teknologi Surabaya) ya,” ujarnya.

Namun M. Fikser belum menjelaskan tentang penggunaan bahan dalam bilik sterilisasi di Bandara Juanda. [rm]

16 Juta Orang Akan Mati Jika Herd Immunity Alamiah Diterapkan


DEMOKRASI.CO.ID - Peperangan antara virus dengan manusia adalah soal adu cepat siapa yang lebih dulu bisa beradaptasi: virus dengan mutasi genetiknya atau manusia dengan kekebalan tubuhnya. Vaksin diciptakan agar manusia memenangkan pertempuran tersebut.

Sebelum abad ke-18 gambaran dunia terlalu kelam akibat serangan berbagai wabah penyakit. Kala itu penawar belum ditemukan, dan manusia sepenuhnya bergantung pada keajaiban sistem imun untuk melindungi diri dari penyakit. Infeksi virus ringan sangat mungkin membikin kematian bagi manusia.

Ketika Inggris dilanda epidemi cacar pada 1790-an, sebanyak 30 persen orang meninggal akibat penyakit menular ini, terutama anak-anak. Mereka yang sembuh harus rela kehilangan penglihatan, atau memiliki bekas luka di seluruh badan. Kondisi Inggris saat itu mungkin lebih buruk dari hari ini, ketika dunia menghadapi COVID-19.

Ilmu kesehatan masih sangat terbatas dan belum banyak obat ditemukan untuk kasus penyakit akibat virus. Penemuan vaksin oleh seorang dokter Inggris bernama Edward Jenner pun tak mampu meredakan wabah karena uji cobanya dianggap tidak etis.

Ketika wabah cacar tengah merebak, Jenner melakukan percobaan kontroversial yang justru membuka gerbang ilmu pengobatan modern. Ia mengamati anomali pada pemerah susu sapi, dampak cacar pada mereka paling banter hanya serupa efek kemerahan di badan.

Suatu hari Jenner mengambil sampel kemerahan di tangan seorang pemerah susu dan menempelkannya di luka James Phipps (8 tahun). Phipps terserang cacar, tapi tidak berlangsung lama. Setelah ia sembuh Jenner kembali melakukan percobaan serupa tapi Phipps menjadi kebal.

Setelah diamati, ternyata para pemerah susu terbebas cacar karena terpapar virus tersebut dari sapi perahan. Dalam intensitas rendah (lewat aktivitas memerah susu) infeksi virus cacar jadi tidak menimbulkan risiko kesehatan tinggi. Asal usul istilah vaksin kemudian diambil dari bahasa Latin “vacca” yang berarti sapi.

Tubuh manusia sejatinya memiliki mekanisme unik untuk menangkal berbagai patogen berbahaya seperti virus, bakteri, jamur, dan parasit. Respons imun punya fase bawaan dan adaptif untuk menangkal patogen. Seperti dilansir dari laman Nature, patogen menginvasi tubuh lewat luka terbuka atau mukosa.

Ketika sudah masuk ke dalam tubuh, patogen akan memperbanyak diri dan memiliki misi untuk merusak sel dalam tubuh, alias membikin penyakit. Namun mereka akan dihadang oleh makrofag (sel pada jaringan di darah putih) sebagai garda depan penjaga tubuh. Makrofag kemudian mengundang bala bantuan bernama neutrofil.

"Tentara" imun lapis kedua ini bertugas mencegah patogen membuat kerusakan lebih lanjut seperti infeksi dan penyakit. Jika peperangan masih sengit, maka sel dendritik yang sedari awal mengawasi jalannya perang akan memanggil pasukan tambahan berupa antigen. Kemudian Sel T dan Sel B maju ke medan perang melawan pantogen, mereka memproduksi senjata berupa antibodi untuk melumpuhkan musuh.

Ketika para "tentara" menang melawan musuh, sel tubuh yang mati akibat perang tumbuh kembali. Sementara sel imun yang sudah selesai bertugas akan bunuh diri. Tapi mereka meninggalkan sel memori yang merekam ciri-ciri musuh, sel memori ini akan mengenali dan membunuh musuh yang sama di masa mendatang dan membentuk kekebalan.

Memahami Herd Immunity

Wabah penyakit akibat infeksi virus akan hilang ketika mayoritas populasi kebal, dan individu berisiko terlindungi oleh populasi umum. Dengan begitu virus akan sulit menemukan host atau inang untuk menumpang hidup dan berkembang. Kondisi itu disebut dengan Herd Immunity atau kekebalan kelompok.

Untuk mencapai kekebalan kelompok, mayoritas populasi harus sembuh dari infeksi patogen agar sel memori imun merekam ciri-ciri patogen penyebab penyakit. Caranya bisa ditempuh dengan vaksinasi atau membiarkan tubuh mendapat paparan penyakit secara alami.

Ketika pandemik flu 1918 atau familiar disebut flu spanyol, dunia pernah dengan terpaksa menjalani langkah alami membentuk herd immunity. Penyakit ini dipicu oleh infeksi virus influenza, terjadi dari Maret 1918 hingga Juni 1920. Sekitar 500 juta orang atau sepertiga populasi dunia terinfeksi virus ini. CDC memperkirakan jumlah kematian mencapai 50 juta di seluruh dunia.

“Tak ada vaksin, upaya pengendalian terbatas pada isolasi, karantina, menjaga kebersihan, memakai disinfektan, dan pembatasan. Itupun tidak merata,” tulis CDC.

Kekebalan kelompok dari infeksi alami berisiko menimbulkan sakit parah bahkan kematian. American Heart Association bahkan mengatakan pemulihan infeksinya memakan waktu lama hingga hitungan bulan bahkan tahunan. Bayangkan berapa banyak negara harus menanggung kerugian dengan menempuh cara ini.

“Penyebaran infeksi ke kelompok berisiko tinggi tak bisa dibatasi. Beberapa orang yang terinfeksi akan mengembangkan penyakit sangat parah, dan sebagian akan mati,” ungkap Paul Hunter, seorang profesor dokter di Inggris.

Sebaliknya vaksin meminimalisir risiko tersebut karena patogen telah dilemahkan, diuji coba, dan terjamin aman. Dengan vaksinasi, penyebaran infeksi kepada kelompok berisiko bisa ditekan dengan memilih kelompok kuat untuk dijadikan populasi kebal. Namun perlakuan ini nampaknya belum bisa diterapkan untuk kasus COVID-19 karena vaksinnya belum ditemukan.

Kekebalan dari Infeksi Alami Bukan Pilihan

Populasi untuk kekebalan kelompok pada tiap penyakit berbeda persentasenya. Sebagai gambaran salah satu penyakit menular, satu orang dengan campak bisa menginfeksi 20 orang lainnya. Jika ingin mencapai kekebalan kelompok maka cakupan target vaksinnya harus mencapai 95 persen.

Kemudian gondongan. Meskipun relatif jinak, setiap orang dengan infeksi gondongan bisa menularkan virus kepada 10-12 orang lain. Kekebalan kelompok bisa dibentuk asal 92 persen populasi kebal. Sementara flu rata-rata hanya menginfeksi 1,3 orang, sehingga kekebalan kelompoknya cukup hanya 25 persen saja.

Lalu bagaimana dengan COVID-19?

Infeksi SARS-CoV-2 pada satu orang diperkirakan dapat menular kepada 2-3 orang lain. Rata-rata algoritma kekebalan kelompoknya harus mencapai 50-67 persen populasi. Dengan jumlah penduduk 271 juta jiwa (proyeksi 2020), Indonesia perlu membuat 182 juta rakyatnya terinfeksi dan membentuk herd immunity.

Dari jumlah tersebut, sekitar 10 persen termasuk dalam infeksi yang harus mendapat penanganan khusus. Artinya 18,2 juta rakyat harus masuk rumah sakit. Dihitung dari persentase kematian sebesar 8,9 persen, maka Indonesia akan kehilangan sekitar 16 juta jiwa.

Jika diasumsikan serupa wabah flu spanyol yang datang dalam tiga gelombang, maka tiap gelombang COVID-19 bisa memakan korban meninggal lebih dari 5 juta orang. Tentu kita tak mau statistik tersebut menjadi kenyataan. Dari sudut pandang epidemiologis, tingkat infeksi COVID-19 harus diturunkan setara flu, sekitar 1,3 orang.

Langkahnya dilakukan dengan menciptakan jarak interaksi dan mengurangi kontak sehingga jumlah orang yang terinfeksi bisa ditekan. Pola interaksi semacam ini harus terus dipertahankan sampai wabah usai atau vaksin ditemukan. Ketika saat itu tiba kita bisa merayakannya dengan kembali bekerja, bertemu keluarga, atau sekadar nongkrong bersama teman. [tirto]

Update Corona 4 April: 2.092 Kasus, 191 Meninggal, 150 Sembuh


DEMOKRASI.CO.ID - Pemerintah mengumumkan jumlah pasien yang positif terinfeksi virus corona (Covid-19) di seluruh Indonesia mencapai 2.092 orang hingga Sabtu (4/4). Jumlah tersebut meningkat dibanding hari sebelumnya.

Juru Bicara pemerintah khusus penanganan virus corona Achmad Yurianto mengatakan ada penambahan  106 kasus. Jumlah pasien yang meninggal dunia dan dinyatakan sembuh pun meningkat.

"Kita masih prihatin masih terjadi penambahan kasus untuk konfirmasi positif 106 kasus, sehingga menjadi 2.092 kasus konfirmasi positif dengan tes menggunakan molekuler," kata Yuri saat konferensi pers di Jakarta dan disiarkan langsung, Sabtu (4/4).

Yuri mengatakan penambahan korban jiwa akibat virus corona mencapai 10 orang, sehingga total 191 orang meninggal dunia. Jumlah korban jiwa akibat Covid-19 di Indonesia masih terus meningkat dari hari ke hari.

"Ada penambahan 10 yang meninggal sehingga total menjadi 191 meninggal," kata Yuri.

Jumlah orang yang dinyatakan telah sembuh juga bertambah. Kini menjadi 150 orang. Bertambah dari hari sebelumnya.

"Kita bersyukur ada 16 saudara kita yang sudah sembuh, pemeriksaan negatif dan 2 kali berturut turut sehingga bisa dipulangkan, total menjadi 150 orang," kata Yuri.

"Kondisinya bagus dan tidak perlu dikhawatirkan menularkan penyakit, bahkan kita yakin 150 orang ini memiliki imunitasterhadapcovid-19," tambahnya.
 Kampung Dianiaya hingga Lebam

Pada hari sebelumnya, tercatat ada 1.986 kasus positif hingga Jumat (3/4). Dari jumlah tersebut, korban meninggal mencapai 181 jiwa, dan yang sembuh 134 orang.

Presiden Joko Widodo telah menerbitkan Keppres No. 11 tahun 2020 dalam menanggulangi virus corona. Keppres tersebut berisi penetapan status Kedaruratan Kesehatan akibat pandemi corona di Indonesia berdasarkan UU No. 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.

Kemudian, Presiden Jokowi juga menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2020. PP itu mengatur soal Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di suatu daerah guna menekan laju penularan virus corona.

Nantinya, berdasarkan PP tersebut, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menetapkan suatu daerah untuk memberlakukan PSBB. Penetapan juga harus melalui pertimbangan Kepala Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo. Namun, sejumlah pihak mengkritik langkah pemerintah dan menuntut agar diterapkan suatu karantina wilayah, bukan PSBB. [cnn]

IDI Konfirmasi Dua Dokter Meninggal karena Corona Hari Ini


DEMOKRASI.CO.ID - Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi mengonfirmasi pada hari ini, Sabtu (4/4), dua dokter kembali meninggal dunia karena virus corona (Covid-19).

Mereka adalah Bernadatte Albertina dari IDI cabang Makassar dan Ketty Herawati Sultana dari IDI cabang Tangerang Selatan.

"Ya informasi yang kita dapatkan terkonfirmasi karena Covid-19 memang. Tapi kontaknya dari mana masih kita telusuri," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Adib mengatakan kedua dokter tersebut tidak memiliki spesialisasi paru. Bernadette merupakan dokter spesialis telinga, hidung, tenggorokan, kepala dan leher. Sedangkan Ketty tidak memiliki gelar spesialis.

"Tapi di tempat praktek sekarang kan juga sudah risiko. Jadi di frontline-nya, di praktek swasta itu tetap berisiko sekarang," ungkapnya.

Ia mengaku banyak rekan dokter yang terjangkit virus corona padahal tidak menangani pasien corona langsung di rumah sakit rujukan. Misalnya dokter yang bertugas di Unit Gawat Darurat (UGD) sampai yang praktek di klinik swasta.

Untuk itu, pihaknya mengimbau dokter agar memakai alat pelindung diri sesuai standar ketika berhadapan dengan pasien. Meskipun tidak menangani pasien terduga atau terkonfirmasi corona.

"Walaupun kita juga paham ada keterbatasan APD ini secara internasional, dunia juga banyak butuh APD. Oleh karena itu kita beri saran ke teman sejawat, dalam melakukan layanan sekarang ini prioritaskan yang emergency saja," ujarnya.

Dokter juga diminta mengurangi frekuensi praktek. Dan bagi dokter yang bertugas di fasilitas kesehatan primer, klinik atau puskesmas, Adib mengatakan sebaiknya konsultasi dilakukan secara daring. Begitu pula dengan pengiriman obat.

Seiring bertambahnya angka positif corona di Indonesia, jumlah tenaga medis yang terpapar hingga meninggal dunia juga terus bertambah. Perkara keterbatasan APD juga jadi persoalan dalam menangani wabah menular ini.

Pada Kamis, (2/4), Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengatakan sebanyak 13 dokter meninggal dunia sepanjang penanganan penyebaran kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia.

"Data dari lapangan, 13 dokter kita telah mendahului, meninggal dunia," kata Doni dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR yang dilakukan secara virtual.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 belum merilis data terbaru mengenai jumlah dokter dan tenaga medis yang meninggal karena corona. [cnn]

Gawat! 32 Positif Corona di Bogor, 22 Meninggal Dunia


DEMOKRASI.CO.ID - Penderita virus Corona atau Covid-19 di Kota Bogor, Jawa Barat terus bertambah. Per Sabtu (4/4), jumlah pengidap Corona sebanyak 32 orang.

Dari angka tersebut, 7 orang meninggal dunia. Sementara 15 orang yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) juga meninggal, sehinggal totalnya 22 orang.

Sementara itu, 25 pasien positif Corona masih menjalani perawatan di ruang isolasi rumah sakit rujukan.

“Total yang terkonfirmasi ada 32 orang, 7 meninggal dan 25 masih di rawat,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno dalam pres rilis yang diterima pojokbogor.

Ia mengungkapkan, data orang dalam pantauan (ODP) di Kota Bogor mengalami peningkatan dari 697 orang menjadi 720 orang. Sebanyak 304 telah dipantau dan 416 orang masih dalam proses pemantauan.

Jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) di Kota Bogor juga mengalami peningkatan dari 56 orang menjadi 66 orang per hari ini.

Sebanyak 10 orang dinyatakan selesai dan 41 lainnya dalam pengawasan rumah sakit. Sebanyak 15 orang PDP meninggal dunia.

“Untuk yang meninggal 15 orang status PDP, masih menunggu hasil lab Swab dari Litbankes Kemenkes RI, apakah positif atau tidak,” tukasnya.

Seperti diketahui, jumlah kasus Corona di Indonesia per Jumat (3/4) sebanyak 1.986 kasus. Sebanyak 181 meninggal dan 134 sembuh.

Secara global, virus Corona telah menginveksi 1.098.762 di seluruh dunia. Sebanyak 59.172 meninggal dan 228.923 orang dinyatak sembuh.

(adi/pojokbogor)

Ini Video Viral Pasien Diduga Corona Merintih Sesak Napas di RS Padang Sidempuan: Kasihan Kandungan Saya, Ruangan Tak Layak


DEMOKRASI.CO.ID - Seorang pasien diduga dalam perawatan covid-19 viral di media sosial Facebook lantaran mendapat pelayanan tidak memadai di RS Kota Padang Sidempuan.

Video berdurasi 1 menit 41 detik itu diunggah ke dalam akun Facebook pribadi Erni Aqilah Abyan sehingga mendapat respon ribuan orang.

Erni, di video itu, mengaku sesak lantaran hingga dua jam minta air minum tak kunjung datang.

“Ini ruangan RS yang tidak layak dipakai. Minta minum saja dua jam kemudian baru datang. Sesak ya Allah,” ucap Erni merintih kesakitan sesak nafas.

Dia pun mengatakan bahwa asupan makanan dan minuman yang minim dari RS terkait tidak layak sebagaimana mestinya seorang pasien yang sedang sakit.




“Ini gimana orang mau makan, nasinya keras. Orang yang sehat aja gak bisa makan ini. Apalagi saya yang lagi sakit,” ucapnya penuh lirih.

Erni mengaku sedang hamil sehingga khawatir akan kesehatan bayi yang dikandungnya. Bahkan ia sampai meminta kepada Wali Kota untuk mendapat rujukan rumah sakit yang lebih layak.

“Untuk bapak walikota Padang Sidempuan tercinta, BPK Irsan tolong lah pak kasi kan kesempatan saya di rujuk ke Medan di rumah sakit yg lebih layak lagi, dr pada rumah sakit umum kota padang Sidempuan ini, kasian kandungan saya, fasilitas dsini juga krg memadai, klo saya tahankan lama2 dsini yg ada saya cepat2 mati konyol,” ujarnya.

“Saya hanya ingin yg terbaik utk kesehatan dan kandungan saya,,,, sesak saya semakin parah dsini pak…… Tolong perbantukan rujukan saya… Terimakasih,” katanya lagi.

“Ini ruangan RS Kota Padang Sidempuan. Sesak ya Allah. Minta minum saja dua jam baru datang ya Allah. Tuhanku. Sesak ya Allah, tolong bang,” ujar Erni Aqilah Abyan lewat unggahan video Facebook (FB) pribadinya yang telah dilike ribuan pengguna FB dan kolom komentar membanjiri akunnya itu.

Kolom komentar Erni pun banjir doa dari sejumlah rekan yang tak tega melihat kondisinya.

“Semoga hasilnya negatif adek cantikku😭😭😭 gak kuat liat kondisimu,,, semangat y dek.. Jadikan semua pelajaran dalam hidup… Tetap berbaik sangka padaNya Allah swt… Tetap semangat y dekku😭😭😭 Sembuhkanlah yaa Allah… Aamiin YRA,” ujar Eva Santy Rambe.

(sta/rmol/pojoksatu)

Ahli Tegaskan Jenazah Pasien Corona yang Sudah Dikubur Tak Tularkan Virus


DEMOKRASI.CO.ID - Banyak masyarakat Indonesia yang hingga kini masih menganggap virus Corona bisa ditularkan oleh jenazah pasien positif Corona yang sudah dikuburkan. Ahli kesehatan sekaligus Dirut Rumah Sakit Jakarta Sukapura, Umi Sjarqiah menepis anggapan tersebut.

"Sekali lagi saya tekankan jenazah (penderita virus Corona) yang sudah dikubur tidak akan menularkan virus," kata Sjarqiah dalam konferensi pers yang disiarkan akun YouTube BNPB, Sabtu (4/4/2020).

Dia mengatakan ada beberapa hal yang harus dihindari terkait penanganan jenazah penderita virus Corona. Sjarqiah mengungkapkan jika masyarakat harus menghindari kontak dengan cairan tubuh jenazah yang keluar dari mulut, hidung, mata, anus, kemaluan, maupun luka-luka di kulit jenazah.

"Kemudian, bungkus jenazah dengan plastik lalu kain kafan, lalu plastik lagi, kemudian kantong jenazah dan kemudian peti. Itu hal yang harus diketahui masyarakat," katanya.

Umi Sjarqiah juga mengingatkan petugas penanganan jenazah harus segera melakukan disinfeksi diri dan memakai APD. Dia memastikan jika semua prosedur tersebut dilakukan maka penularan virus tidak akan terjadi.

"Perlindungan diri yang benar bagi petugas pengelola jenazah, disinfeksi diri dan APD setelah penanganan. Jadi Bapak Ibu engga usah khawatir kalau semua hal itu sudah dilakukan Insha Allah aman," imbuhnya.

Untuk itu, Umi Sjarqiah meminta masyarakat untuk tidak panik bahkan melakukan penolakan kepada jenazah Covid-19. Dia mengimbau masyarakat untuk tetap memberikan penghormatan yang layak bagi warga yang meninggal akibat Covid-19.

"Jangan khawatir dan jangan panik, apalagi sampai melakukan penolakan pemakaman. Terpenting, lakukan perlindungan diri yang benar, gunakan APD yang baik terus dan siarkan tentang edukasi ini ke masyarakat. Jadi jangan tolak jenazah pasien Covid-19. Pasien Covid-19 itu juga saudara kita dan Bapak Ibu juga penghormatan kita harus kita berikan dengan baik," pungkasnya.(dtk)

Kenapa warga rohingya diusir dari negaranya

  Warga Rohingya telah mengalami pengusiran dan diskriminasi di Myanmar selama beberapa dekade. Konflik terhadap etnis Rohingya bersumber da...