Friday, 10 May 2019

Benarkah Kelelahan Bisa Menyebabkan Kematian? Begini Faktanya

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

lelah-berlebihan-pada-pria-doktersehat

DokterSehat.Com– Informasi tentang Pemilu 2019 masih hangat dibahas oleh masyarakat. Salah satunya yang sedang ramai dibahas adalah kematian petugas KPPS. Tak hanya memicu keprihatinan, isu ini bahkan sampai bergulir liar dengan adanya dugaan bahwa kematian para anggota KPPS ini tidak wajar.

Banyak Isu Beredar Terkait Petugas KPPS Pasca Pemilu

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bahkan sampai mengeluarkan pernyataan yang meminta masyarakat untuk tidak menduga-duga atau sembarangan menyebarkan berita yang belum valid tentang dugaan kematian para petugas KPPS.

Sebagai contoh, belakangan ini beredar pesan berantai yang bahkan sampai menyebut kematian para anggota KPPS ini dipicu oleh racun. Selain itu, ada dokter di sebuah acara televisi yang bahkan sampai menyebut kelelahan tidak akan menyebabkan kematian.

“Masyarakat dewasa lah kalau melihat berita. Jangan menduga-duga, tapi kalau memang curiga, laporkan biar diperiksa,” ungkap Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Daeng Faqih.

Benarkah Kelelahan Bisa Menyebabkan Kematian?

Pernyataan dr. Ani Hasibuan di sebuah acara televisi yang menyebut kelelahan tidak akan menyebabkan kematian memicu perdebatan banyak orang. Sebenarnya, apakah mungkin kelelahan sebagaimana yang terjadi pada petugas KPPS yang memang bertugas hingga begadang atau tidak tidur semalaman bisa menyebabkan kematian?

Prof. Dr Ova Emilia yang merupakan Dekan dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebut jumlah korban meninggal petugas KPPS di Pemilu 2019 memang sangat tinggi.  Prof. Ova bersama Tim Riset UGM pun melakukan penelitian untuk mencari tahu penyebabnya.

Prof. Ova juga menyebut salah satu penyebab utama dari banyaknya korban meninggal di Pemilu 2019 adalah akibat kelelahan. Selain itu, faktor lain adalah adanya penyakit yang diderita dan usia dari para petugas KPPS.

“Orang yang sudah biasa kelelahan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, namun bagi sebagian orang yang tidak terbiasa, kelelahan bisa jadi menyebabkan dampak yang berbahaya. Ada banyak faktor yang bisa memicu kematian yang terkait dengan kematian. Bisa jadi karena usia atau penyakit yang tidak diketahui,” ucap Prof. Eva.

Sementara itu, Prof. Dr. Faturochman yang merupakan Dekan Fakultas Psikologi UGM menyebut faktor psikis juga bisa menjadi pemicu tingginya kasus kematian para petugas KPPS. Menurut beliau, beban kerja dan stres para petugas KPPS sangat tinggi. Selain itu, Prof. Faturochman juga menyebut jumlah tenaga kerja yang ada di setiap TPS ternyata masih belum mampu mengimbangi beban kerja yang sangat berat. Hal ini sesuai dengan yang ditemukan tim riset UGM.

Menurut tim ini, para petugas mengalami ketakutan dengan adanya tudingan kecurangan. Hal ini memicu datangnya depresi yang akhirnya memicu peradangan dan mempengaruhi kondisi fisik dengan signifikan.

Pada 2017 silam, Prof. Dr. dr. Parlindungan Siregar, menyebut memang tidak ada referensi buku yang menyebut kematian dipicu oleh kelelahan. Hanya saja, kelelahan bisa menjadi kesekian faktor yang mempengaruhi datangnya kematian yang biasanya terkait dengan kinerja jantung yang sangat berat, baik itu akibat aktivitas yang berat, beban kerja yang terlalu berat, hingga gaya hidup yang buruk seperti sering merokok, kurang olahraga, dan lain-lain.

Dr. Parlindungan menyebut belum ada teori yang menyebut secara pasti jam kerja maksimal yang bisa ditangani oleh tubuh manusia. Hanya saja, asalkan mendapatkan waktu tidur sebanyak 6 jam, seharusnya tidak akan mengalami dampak buruk bagi kesehatan.

Sebagai informasi, IDI dan Menteri Kesehatan Nila Moeloek telah mengadakan rapat untuk membahas penyebab kematian petugas KPPS. Nila pun mengaku telah melakukan pemeriksaan pada para petugas KPPS yang meninggal tersebut dengan teknik autopsi verbal.

Sementara itu, Daeng menyebut ada tiga jenis pemeriksaan pada jenazah, yakni dengan autopsi verbal, pemeriksaan rekam medis, dan autopsi jenazah langsung. Hanya saja, opsi terakhir memang tidak bisa dilakukan dengan sembarangan.

“Pemeriksaan rekam medis atau bertanya langsung ke dokter yang menangani korban bisa memberikan jawaban lebih valid. Kalau soal autopsi jenazah, prosedurnya lebih sulit. Satu hal yang pasti, Kemenkes sudah dan terus berkirim surat pada rumah sakit-rumah sakit yang menangani korban untuk melakukan audit medis. Kita harus menunggu hasilnya, jangan sembarangan menyebarkan berita yang belum jelas,” jelas Daeng Faqih.

Risiko Penyakit yang Timbul Akibat Kelelahan

Pakar kesehatan menyebut setidaknya ada empat penyakit yang bisa menyerang kita jika mengalami kelelahan dan tidak kunjung beristirahat.

Berikut adalah penyakit-penyakit tersebut.

  1. Penyakit jantung

Jika kita menerapkan gaya hidup tidak sehat seperti sering merokok, menerapkan pola makan yang tidak sehat, kurang olahraga, dan kurang tidur, risiko untuk mengalami peningkatan faktor risiko terkena penyakit jantung koroner seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan aterosklerosis meningkat dengan signifikan.

Jika ditambah dengan kelelahan atau stres piskis yang berat, maka ada kemungkinan pembuluh darah akan pecah dan menyebabkan datangnya serangan jantung atau stroke yang mematikan.

  1. Infeksi virus

Tubuh yang kelelahan akan mengalami penurunan daya tahan tubuh. Hal ini bisa berimbas pada mudahnya virus menyerang tubuh. Beberapa virus bisa saja menyebabkan datangnya penyakit mematikan.

  1. Dehidrasi

Kelelahan yang dikombinasikan dengan kurangnya asupan air putih bisa menyebabkan dehidrasi. Hal ini bisa memicu gangguan pada berbagai macam masalah kesehatan pada organ tubuh, khususnya ginjal.

  1. Stroke hemoragik

Kelelahan, kurang tidur, dan stres yang tinggi bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan signifikan. Hal ini bisa memicu stroke hemoragik intraserebal yang menyebabkan perdarahan otak dan sangat mematikan.

Satu hal yang pasti, situs kominfo.go.id telah membantah berita yang menyebut petugas KPPS meninggal akibat asap rokok atau vapor. Informasi hoaks lainnya yang menyebut saksi dari PKS di Pekanbaru bernama Hatta Zailiyus yang dirawat di rumah sakit karena keracunan sianida juga telah dibantah. Menurut Ketua DPD PKS Pekanbaru Sofyan Siroj, Hatta mengalami penyakit lupus yang kambuh setelah pemilu.

Bahkan, info terbaru menyebut pesan berantai yang menyebut kematian petugas KPPS Bandung bernama Sita Fitriati karena racun C11H26NO2PS dibantah pihak keluarga korban. Kakak Sita, Muhammad Rizal bahkan menyesalkan kematian adiknya menjadi bahan berita hoaks.

Melihat fakta ini, jangan sembarangan menyebarkan berita hoaks mengenai kematian petugas KPPS, apalagi yang bersifat provokatif demi kepentingan politik. Hingga saat ini, IDI dan Kemenkes sedang melakukan penyelidikan mengenai hal ini dan kita harus menunggu hasilnya.



Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

No comments:

Post a Comment

Kenapa warga rohingya diusir dari negaranya

  Warga Rohingya telah mengalami pengusiran dan diskriminasi di Myanmar selama beberapa dekade. Konflik terhadap etnis Rohingya bersumber da...