DokterSehat.Com – Alpara obat apa? Alpara adalah obat dengan kandungan Paracetamol, Phenylpropanolamine HCl, Chlorpheniramine Maleate, dan Dextromethorphan HBr. Kombinasi dari zat-zat tersebut menjadikan Alpara sebagai obat yang ampuh mengatasi berbagai macam gejala flu dan batuk. Setiap kandungan dalam obat ini memiliki perannya masing-masing.
Paracetamol adalah salah satu jenis obat NSAIDs yang bekerja sebagai obat analgesik sekaligus antipiretik yang bekerja untuk meredakan nyeri dan juga demam. Phenylpropanolamine merupakan obat dekongestan yang bekerja menurunkan gejala hidung tersumbat dengan cara mengurangi pembengkakan pembuluh darah yang menyebabkan hidung tersumbat.
Chlorpheniramine Maleate merupakan jenis obat antihistamin yang bekerja menghambat senyawa histamin yang menjadi pemicu timbulnya reaksi alergi seperti hidung gatal dan berair, mata berair, dan jua bersin-bersin. Sedangkan Dextromethorphan HBr merupakan obat antitusif yang bekerja mengatasi batuk dengan cara menekan refleks batuk.
Manfaat Alpara
Jika dilihat berdasarkan kandungan yang ada di dalamnya, manfaat Alpara secara umum adalah dapat mengatasi gejala flu dan batuk. Gejala yang umumnya muncul ketika flu antara lain seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, hidung gatal, hidung berair, mata berair, bersin-bersin, dan juga batuk. Semua gejala tersebut bisa diatasi dengan Alpara.
Dosis Alpara
Alpara hadir dalam sediaan kaplet dan juga sirup. Dalam setiap kaplet Alpara memiliki kandungan Paracetamol 500 mg, Phenylpropanolamine HCl 12.5 mg, Chlorpheniramine Maleate 2 mg, dan Dextromethorphan HBr 15 mg. Sedangkan untuk Alpara sirup, setiap satu sendok takar atau 5 ml mengandung Paracetamol 125 mg, Phenylpropanolamine HCl 3.125 mg, Chlorpheniramine Maleate 0.5 mg, dan Dextromethorphan HBr 3.75 mg.
Berikut adalah dosis Alpara tablet dan sirup yang disarankan:
- Dewasa: 1-2 kaplet diberikan 3 kali sehari.
- Anak-anak 6-12 tahun: ½ kaplet atau 2 sendon takar sirup, diberikan sebanyak 3 kali sehari.
Dosis di atas merupakan dosis yang disarankan. Jangan menggunakan dosis di luar dosis yang disarankan atau mengganti dosis sendiri tanpa berkonsultasi dengan dokter. Obat ini bisa Anda dapatkan secara bebas dari apotik namun penggunaan dosis di luar dari saran di atas harus melalui pertimbangan medis dari dokter.
Efek Samping Alpara
Sama seperti obat lain pada umumnya, Alpara juga memiliki potensi untuk menimbulkan efek samping. Efek samping tidak selalu terjadi namun bisa terjadi akibat penggunaan dosis yang salah atau kondisi tubuh tertentu. Berikut adalah efek samping yang umumnya muncul dari penggunaan Alpara:
- Menyebabkan kantuk
- Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, hingga radang lambung
- Gangguan psikomotor
- Gangguan irama jantung berupa takikardia
- Retensi urine
- Mulut kering
Gejala lain yang mungkin muncul namun sanga jarang terjadi antara lain seperti kejang dan juga sindrom Steven-Johnson. Jika Anda mengalami salah satu gejala yang disebutkan ataupun gejala lainnya, segera hentikan penggunaan obat dan hubungi dokter.
Perhatian dan Peringatan
Sebelum menggunakan obat ini, ada baiknya Anda memahami beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dan peringatan dalam penggunaan obat ini:
- Jangan gunakan obat ini pada pasien yang hipersensitif terhadap Paracetamol, Phenylpropanolamine HCl, Chlorpheniramine Maleate, Dextromethorphan HBr, dan obat sejenisnya.
- Jangan gunakan obat ini pada pasien dengan kondisi obesitas, lanju usia, hipertensi dan penyakit lain yang berpotensi stroke, gangguan ginjal, gangguan hati, pelebaran prostat, glaukoma, diabetes, dan sedang menjalani pengobatan menggunakan MOA (Monoamin Oksidase) Inhibitor.
- Obat ini masuk ke dalam kategori C untuk kehamilan yang artinya boleh digunakan hanya jika manfaatnya lebih besar daripada risiko yang mungkin terjadi. Penggunaan pada wanita yang sedang program hamil dan ibu menyusui juga sebaiknya di bawah pengawasan dokter.
- Penggunaan obat ini pada anak usia di bawah 6 tahun tidak disarankan, kecuali berdarkan pertimbangan medis dari dokter.
- Jangan gunakan obat ini lebih dari 3 hari, jika tidak ada perubahan dalam jangka waktu tersebut, segera hentikan penggunaan dan hubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
- Salah satu kandungan dalam obat ini yaitu CTM menimbulkan efek sedasi dari penggunaannya. Sebaiknya hindari kegiatan seperti berkendara setelah menggunakan obat ini.
- Diskusikan dengan dokter tentang kondisi kesehatan atau mungkin pengobatan lain yang sedang Anda jalani untuk menghindari terjadinya ineraksi obat yang bisa memicu efek samping dan menurunkan kinerja obat.
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.
No comments:
Post a Comment