Wednesday, 23 October 2019

Tumbuhan Bajaka Kalimantan Diakui Dunia Sebagai Obat Penyembuh Tumor Ganas



Dua putri asal Dayak mencetak kontribusi besar bagi dunia medis: Mereka mengolah akar bajakah, tanaman hutan milik masyarakat Dayak Kalimantan menjadi obat kanker ganas.

Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri dari SMAN 2 Kota Palangka Raya patut berbangga. Pasalnya, hasil penelitian mereka kini resmi tercatat sebagai peraih medali emas dalam World Invention Creativity Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan.

Berita keberhasilan Aysa dan Anggina langsung menjadi sorotan. Kisah awal mereka memulai penelitian pun mengundang tanya. Tapi sebenarnya, tidakkah kamu penasaran bagaimana kanker payudara disebut-sebut bisa diobati dengan obat penemuan kedua gadis muda belia ini?

Penyakit yang satu ini muncul dari tumor ganas di dalam jaringan payudara. Sesungguhnya, tumor ganas ini ialah beberapa sel kanker yang berkumpul dan menyebar secara cepat, bahkan hingga ke bagian tubuh lainnya.

Meski bernama kanker payudara, penyakit ini ternyata juga mengancam kaum laki-laki. Sel kankernya sendiri, selain di dalam payudara, dapat terbentuk pula di kelenjar susu dan saluran susu.

Apa tanda-tandanya kita terserang kanker payudara?

Keadaan paling umum yang bisa terlihat mata adalah munculnya benjolan di payudara. Perhatikan baik-baik: Benjolan dengan tekstur keras dengan batas yang tidak jelas dan permukaan tidak rata patut kamu waspadai.

Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat atas kanker payudara (perlu dicatat, 1 dari 8 wanita di dunia mengidap penyakit ini), beberapa kampanye telah digalakkan. Untuk memastikan kamu terhindar dari penyakit ini, misalnya, kamu bisa melakukan SADARI, yaitu “pemeriksaan payudara sendiri”. Lebih lengkap, kamu bisa kembali membaca artikel ini.

Pertanyaan selanjutnya: Bisakah penyakit ini diobati?

Dikutip Mojok.co dari Detik.com, kanker yang baru berada di stadium satu diyakini bisa sembuh sempurna dengan bantuan dokter. Namun, kalau ia juga melibatkan kelenjar getah bening, angka harapan hidupnya kian rendah.

Di tengah keraguan para pengidap kanker payudara soal kesembuhan, dua putri asal Dayak di atas, Aysa dan Anggina memberi sebuah solusi. Berawal dari kegiatan ekstrakurikuler, kedua gadis ini memutuskan untuk meneliti tanaman khas Kalteng, yaitu Bajakah. Berdasarkan data yang mereka himpun, bajakah rupanya kerap dimanfaatkan untuk mengobati penyakit kanker payudara.

Untuk membuktikan secara ilmiah, tim mereka mengambil contoh akar bajakah untuk diperiksa lebih lanjut oleh laboratorium Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Kota Banjarmasin. Hasilnya? Cukup mengejutkan.

Sebagaimana dikutip dari JawaPos, Akar bajakah diketahui memiliki kandungan penting yang memang mampu membantu proses penyembuhan kanker payudara. Dalam akar tumbuhan ini, peneliti menemukan adanya saponin, alkoloid, steroid, terpenoid, flavonoid, tanin, dan fenolik. Zat-zat ini, menurut para peneliti, dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan tumor ganas.

Untuk memudahkan konsumsi obat kanker payudara, kedua gadis SMA tadi mulai mengolah akar bajakah menjadi bubuk. Caranya, setelah dikeringkan, akar tadi ditumbuk atau dihaluskan dengan blender.

Setelah itu, bubuk akar bajakah pun siap dikonsumsi sebagai penawar kanker payudara. Ia hanya perlu diseduh dengan takaran 1 gram di dalam 500 mililiter air. Sebelum resmi diluncurkan, bubuk akar bajakah ini diujicobakan terlebih dulu kepada tikus putih. Terbukti, selama dua minggu pengonsumsian, sel tumor tikus tadi pun menghilang.

Meski beragam pengobatan dan pencegahan kanker telah banyak beredar, hasil karya kedua gadis ini menjadi tonggak sejarah penting di dunia medis. Penelitian lebih lanjut tentu bisa dilakukan, bila perlu, untuk penyempurnaan.

Tapi bagaimanapun, sungguh, ini adalah pencapaian yang perlu dirayakan. Menjelang Oktober yang dirayakan sebagai bulan peduli kanker payudara internasional, Aysa dan Anggina telah memberi sumbangsih besar.
BACA JUGA

No comments:

Post a Comment

Kenapa warga rohingya diusir dari negaranya

  Warga Rohingya telah mengalami pengusiran dan diskriminasi di Myanmar selama beberapa dekade. Konflik terhadap etnis Rohingya bersumber da...