DokterSehat.Com – Penyakit sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan karena bakteri Treponema pallidum (T.pallidum). Ada tiga tahap atau stadium penyakit sifilis yaitu: stadium primer, sekunder, dan tersier. Lantas, obat sipilis apa yang bisa Anda gunakan?
Penyebab Sifilis
Sebelum menjelaskan mengenai obat sipilis, penyakit ini sering kali telat terdiagnosis dan berakibat fatal karena gejala yang ditimbulkan pada stadium awal penyakit dapat hilang dengan sendirinya tanpa diobati, namun sebenarnya penyakit tetap berlanjut menjadi stadium sekunder dan tertier.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pada tahun 2015, seperti yang dilansir oleh Medical News Today, 60 persen kasus terinfeksi melalui hubungan seksual, terutama homoseksual.
Pengobatan penyakit sipilis juga dapat diberikan untuk pasangan seksual yang mempunyai risiko tinggi tertularnya sifilis. Obat sipilis yang utama adalah dengan antibiotik, terutama pada tahap awal agar perjalanan penyakit tidak berlangsung menjadi stadium berikutnya.
Sifilis disebabkan ketika T. pallidum ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui aktivitas seksual. Sipilis juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan, atau ke bayi saat melahirkan. Kondisi ini disebut sifilis kongenital.
Penyakit sifilis tidak bisa ditularkan melalui kontak dengan benda-benda seperti gagang pintu dan kursi toilet.
Gejala Sifilis
Sipilis dikategorikan oleh tiga tahap dengan gejala bervariasi yang terkait dengan setiap tahap. Namun, dalam beberapa kasus, tidak ada gejala selama beberapa tahun.
Tahap menular meliputi stadium primer, sekunder, dan, kadang-kadang, fase laten awal. Sifilis tersier tidak menular, tetapi memiliki gejala paling berbahaya. Berikut adalah gejala sipilis yang harus Anda kenali, di antaranya:
1. Gejala sifilis primer
Gejala-gejala sifilis primer yaitu adanya luka atau ulkus seperti sariawan yang tidak nyeri, berbentuk bulat dengan dasar yang bersih dan perabaan yang keras, disebut juga dengan chancres. Gejala ini disertai dengan adanya pembesaran kelenjar getah bening regional pada selangkangan. Gejala ini, sekitar 3 minggu setelah terpapar.
Chancre dapat hilang dengan sendirinya tanpa meninggalkan bekas luka dalam waktu 3 hingga 6 minggu, tetapi tanpa pengobatan, penyakit ini dapat berkembang ke stadium berikutnya.
2. Gejala sifilis sekunder
Gejala sifilis sekunder meliputi:
- Ruam yang tidak gatal yang mulai menyebar ke seluruh tubuh, termasuk telapak tangan dan telapak kaki. Ruam berwarna merah, atau cokelat kemerahan.
- Nyeri otot.
- Demam.
- Sakit tenggorokan.
- Kelenjar getah bening yang membengkak.
- Rambut rontok.
- Sakit kepala.
- Penurunan berat badan.
- Kelelahan.
Gejala-gejala sifilis ini bisa sembuh beberapa minggu setelah muncul, atau gejala dapat kembali beberapa kali dalam periode yang lebih lama. Sama seperti sifilis primer, gejala sifilis sekunder yang tidak diobati dapat hilang sendiri tanpa pengobatan namun berkembang ke tahap laten dan lanjut
3. Sifilis tersier
Penyakit sifilis tersier dapat terjadi 10 hingga 30 tahun setelah onset infeksi, biasanya setelah periode latensi, di mana tidak ada gejala.
Gejala termasuk:
- Kerusakan pada jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan sendi.
- Gumma, atau pembengkakan jaringan lunak yang terjadi di mana saja pada tubuh.
Diagnosis Penyakit Sifilis
Seorang dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan bertanya tentang riwayat seksual pasien sebelum melakukan tes klinis untuk memastikan.
Tes termasuk:
- Tes darah: Ini dapat mendeteksi infeksi saat ini atau masa lalu, karena antibodi terhadap penyakit akan muncul selama bertahun-tahun.
- Cairan tubuh: Cairan dari chancre selama tahap primer atau sekunder dapat dievaluasi untuk penyakit.
- Cairan serebrospinal: Ini dapat dikumpulkan melalui tulang belakang dan diperiksa untuk menguji apakah ada dampak pada sistem saraf.
Oleh karena sipilis adalah infeksi menular seksual, pasangan seksual dari penderita sifilis harus dilakukan edukasi dan juga dilakukan pemeriksaan.
Pada saat ini sudah tersedia fasilitas kesehatan untuk melakukan screening penyakit sifilis agar penyakit ini dapat terdeteksi dan ditangani lebih dini. Selain sifilis, screening juga berguna untuk mendeteksi infeksi menular seksual lainnya dan penyakit HIV.
Cara Mengobati Sifilis
Penyakit ini dapat berhasil diobati pada tahap awal. Perawatan dini dengan penisilin sangat penting, karena paparan jangka panjang terhadap penyakit ini dapat menyebabkan konsekuensi yang mengancam jiwa.
Selama stadium primer dan sekunder, pasien akan menerima suntikan intramuskular dari Benzathine penicillin G. Cara mengobati sifilis tersier akan membutuhkan 3 kali suntikan Benzathine penicillin G dengan interval mingguan.
Neurosifilis membutuhkan suntikan intravena aqueous crystalline penicillin G setiap 4 jam selama 2 minggu untuk memerangi bakteremia dari sistem saraf pusat (SSP).
Menyembuhkan infeksi penyakit sifilis akan mencegah kerusakan lebih lanjut pada tubuh, dan praktik seksual yang aman dapat dilanjutkan, tetapi tidak dapat membatalkan kerusakan yang telah terjadi.
Sementara untuk mereka yang memiliki alergi terhadap obat penisilin atau apabila Benzathine penicillin G tidak tersedia, maka dapat diberikan obat alternatif seperti doxycycline, ceftriaxone atau azithromycin.
Perlu diketahui juga, setelah melahirkan, bayi baru lahir yang terkena sipilis di rahim harus menjalani perawatan antibiotik.
Pengobatan dengan penisilin mempunyai efek samping yang disebut dengan reaksi Jarisch-Herxheimer yang merupakan reaksi tubuh terhadap toxin yang dihasilkan oleh bakteri yang mati karena penggunaan obat sipilis (antibiotik). Reaksi ini ditandai dengan demam, menggigil, mual dan sakit kepala, tekanan darah yang turun, peningkatan nadi dan ruam yang muncul kembali.
Gejala ini biasanya muncul hari pertama pengobatan. Oleh karena itu, penggunaan obat penisilin harus di bawah pengawasan ketat oleh dokter.
Kapan aman berhubungan seks?
Kontak seksual harus dihindari sampai:
- Semua perawatan telah selesai.
- Tes darah menegaskan bahwa penyakit telah sembuh.
Walaupun pengobatan sifilis berhasil, diperlukan waktu beberapa bulan agar titer antibodi terhadap sifilis turun ke batas normal. Oleh karena itu, dokter akan memantau perjalanan penyakit dengan melakukan tes darah secara berkala setelah pengobatan.
Pencegahan Sipilis
Tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko penyakit sifilis, termasuk:
- Tidak berganti-ganti pasangan seksual.
- Penggunaan kondom, meskipun ini hanya melindungi terhadap luka genital dan bukan pada tubuh.
- Tidak berbagi mainan seks.
- Menghindari alkohol dan obat-obatan yang berpotensi menyebabkan praktik seksual yang tidak aman.
Memiliki penyakit ini tidak berarti seseorang terlindung darinya. Setelah penyakit sifilis sembuh, kemungkinan sipilis bisa kambuh lagi.
Informasi kesehatan ini telah ditinjau oleh dr. Patricia Aulia
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.
No comments:
Post a Comment