Thursday, 21 April 2011

Memaafkan itu Lebih Sehat


Tidak memaafkan tidaklah memperbaiki apapun, sebaliknya memaafkan adalah perbuatan mulia


Salah satu sifat mulia yang dianjurkan dalam Al Qur’an adalah sikap memaafkan: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (QS. Al Qur’an, 7:199)

Dalam ayat lain Allah berfirman: “…dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An Nuur, 24:22)
Juga dinyatakan dalam Al Qur’an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. “Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.” (Qur’an 42:43) Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, “…menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)
Para peneliti percaya bahwa pelepasan hormon stres, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keping-keping darah, yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan meningkatkan peluang terjadinya serangan jantung. Ketika marah, detak jantung meningkat melebihi batas wajar, dan menyebabkan naiknya tekanan darah pada pembuluh nadi, dan oleh karenanya memperbesar kemungkinan terkena serangan jantung.
Memaafkan itu menguntungkan, walau sebenarnya menurut Anda, Anda benar dan orang lain salah. Ketika memaafkan,tidak perlu membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti tanpa sengaja.
Apa untungnya menyimpan kemarahan? Dr Hayes mengibaratkan orang yang tidak bersedia memaafkan sama saja dengan orang yang dilukai dengan clurit menancap dan enggan melepaskannya. Kemanapun ia bawa clurit itu. Apa yang terjadi? Semakin lama clurit itu bersarang di tubuh, semakin hebat rasa nyerinya, belum lagi infeksi sekunder yang diakibatkannya. Bagaimana hidup seperti itu?
Alangkah bijak kepada diri sendiri ketika kita mau memaafkan. Batin ringan, fisikpun sehat.

Menurut penelitian terakhir, para ilmuwan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan adalah lebih sehat baik jiwa maupun raga. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniyah namun juga jasmaniyah. Sebagai contoh, telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh seperti sakit punggung akibat stress [tekanan jiwa], susah tidur dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang ini.

Memaafkan, adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat, dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang Dalam bukunya, Forgive for Good

[Maafkanlah demi Kebaikan], Dr. Frederic Luskin menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bagaimana sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran seperti harapan, kesabaran dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat dan stres. Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat teramati pada diri seseorang. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa:

Permasalahan tentang kemarahan jangka panjang atau yang tak berkesudahan adalah kita telah melihatnya menyetel ulang sistem pengatur suhu di dalam tubuh. Ketika Anda terbiasa dengan kemarahan tingkat rendah sepanjang waktu, Anda tidak menyadari seperti apa normal itu. Hal tersebut menyebabkan semacam aliran adrenalin yang membuat orang terbiasa. Hal itu membakar tubuh dan menjadikannya sulit berpikir jernih - memperburuk keadaan.

Sebuah tulisan berjudul “Forgiveness” [Memaafkan], yang diterbitkan Healing Current Magazine [Majalah Penyembuhan Masa Kini] edisi bulan September-Oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, dan merusak keseimbangan emosional bahkan kesehatan jasmani mereka. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, dan kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi, mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebutkan pula bahwa, meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, dan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.

Semua penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemarahan adalah sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Memaafkan, di sisi lain, meskipun terasa berat, terasa membahagiakan, satu bagian dari akhlak terpuji, yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan, dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin.

Namun, tujuan sebenarnya dari memaafkan -sebagaimana segala sesuatu lainnya - haruslah untuk mendapatkan ridha Allah. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini, dan bahwa manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan dalam banyak ayat Al Qur’an, adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya.

Pemaafan adalah membebaskan tahanan dan mengetahui bahwa tahanan itu adalah diri kita sendiri....

Tuesday, 19 April 2011

Apakah Anda Bahagia?


Frointier Consulting Group melakukan survey tentang Happiness Index (IHI) 2007 yang menunjukkan tingkat kebahagiaan masyarakat. Dari survey tersebut Jakarta termasuk kota yang penduduknya paling tidak bahaigia, index yang dicapai hanya 46,20 dibanding kota lainnya, seperti Semarang (48,74); Makassar (47,95); Bandung (47,88) dan Suarabaya (47,19). Jakarta hanya mengungguli Medan yang memiliki indeks kebahagiaan sebesar 46,12.

Ayo kita bandingkan dengan negara Bhutan (di mana tuh?). Telah bertahun-tahun negara ini mengukur tingkat kebahagiaan penduduk dan negaranya dengan ukuran kebahagiaan Gross National Happiness (GNH), dan bukan dengan ukuran ekonomi Gross Domestic Product (GDP). Bhutan disebut sebagai “Shangrilla di kaki gunung Himalaya”. Dalam sebuah survei tahun 2005, 97 persen menganggap diri mereka berbahagia, dengan 45 persen merasa sangat berbahagia. Hal ini membuat tingkat kepuasan penduduk Bhutan berada dalam kelompok 10 persen tertinggi di dunia berdasarkan Happy Planet Index. Bukannya kebahagiaan yang berasal dari pemuasan nafsu dunia fana, melainkan berasal dari iman dan konsep “tahu-cukup”

Kebahagiaan, kesenangan, kesedihan, kekecewaan dan juga kemarahan adalah produk mental yang dihasilkan dari aktivitas beberapa bagian otak sekaligus. Respon seseorang terhadap 'realitas' (pakai tanda kutip) yang dihadapinya tergantung pada persepsi yang dihasilkan dari kerjasama antara sistem memori-emosi yang ada di sistem limbik dan lobus frontalis di korteks cerebri yang tujuannya untuk menghasilkan respon sikap terbaik. Selanjutnya, respon bahagia akan memicu diproduksinya hormon ketenangan (serotonin), kegembiraan (endorfin) dan hormon motivasi (dopamin). Jadi orang yang menyikapi sesuatu dengan persepsi happy memiliki ketiga hal di atas: damai, gembira dan bersemangat. Asyiiik...

Bahagia itu masalah persepsi kita terhadap dunia luar. Harap diingat, kita tidak boleh bergantung kepada apa yang di luar kita untuk bisa merasakan bahagia. Sungguh tidak bijaksana kepada diri sendiri untuk menunda kebahagiaan dengan mempersyaratkannya. Sungguh bahagia itu tanpa syarat apapun. Tidak perlu alasan apapun untuk bahagia. (bersambung)

Sejenak

Jika kakiku lelah melangkah
bolehkah ku duduk sejenak
menyandarkan tubuhku yang rapuh
yang terhuyung di jalan berduri berbatu

Jika jantungku sesak berdetak
bolehkah ku menangis terisak
biar keluar perih hatiku
bersama tetes bulir air mataku

Jika jiwaku terlepas terbang tinggi
biarlah ku diam meringkuk disini
hilangkanlah ragaku dari bumi
tak hendak kukejar dunia yang tak henti berlari

Saat asaku terhempas
tercerabut dari nafas kehidupanku
ijinkan aku memeluk angin di tebing laut senja
gelombang bergulung mencengkeram tubuhku
tenggelam di dasar samudra sunyi

Dan pada saatnya nanti
berjanjilah kau selalu ada
ketika ku kembali dari surga
berjanjilah wajahmu yang pertama kulihat lagi
ketika perlahan kubuka mataku ini
ketika kumasuki kefanaan ini untuk kesekian kali

Friday, 15 April 2011

Manusia Bebas

Seorang muslim adalah orang yang pertama kali terbebas dari kungkungan sesuatu yang bernama tuhan/ilah (laa ilaha).
illa Llah adalah guidance, bahwa dalam kebebasannya itu sudah tersedia adanya petunjuk dalam dirinya dan lingkungannya berupa qauliyah dan kauniyah.
Karena Allah Maha Luas Tak Berbatas maka jangkauan pikir seorang muslim sebenarnya diluaskan tak berhingga. Jauh lebih luas dari jangkauan pikir yang mengaku sebagai 'manusia bebas'. Mereka hanya bisa berfikir pada apa yang terlihat, sebatas alam semesta ini.

Dunia artinya sesuatu yang dekat. Alias apa-apa yang terlihat saja. Hanya itulah jangkauan pikir para 'free thinker'
Adapun ketika kita diberi tahu tentang adanya dunia dan akhirat, bukankah itu sebuah perluasan yang luar biasa? Akhirat, sesuatu yang akhir, yang baqa' (kendatipun menurut Agus Mustofa akhirat ternyata tidak kekal, hanya kekal secara relatif).
Oh ya tentang Agus Mustofa silahkan searching beliau. Saya dalam beberapa gagasan setuju dengan beliau, yang saya anggap sebagai salah seorang guided free thinker. Mampu menjabarkan kesemestaan dengan dalil-dalil yang diperkenalkan oleh Islam

Main Sinetron


Nonton sinetron itu begini:
Kita ikut sedih kala tokoh utamanya bersedih.
Kita ikut tertawa kala tokoh utama tertawa senang.
Kita ikut tegang manakala tokoh utama berada dalam situasi sulit.
Kekhawatirannya menjadi kekhawatiran kita.

Tapi kita tetap enjoy, toh?
Karena kita 'tahu' bahwa ini hanya sebuah episode yang akan berlalu. Ending nya pasti baik.
Bahkan walaupun kita tidak tahu persis akhir ceritanya seperti apa, yang namanya nonton sinetron kita bisa ber laa tahzan.

Kenapa bisa begitu?
Karena prasangka baik kita terhadap sang sutradara:'ndak mungkin tokoh utama bakalan ancur kayak gini, ntar juga menang.'

Saya bukan pendoyan sinetron. Nonton sinetron hanya setahun sekali, ya kalau bulan Ramadhan saja. (Hihihi... nggak acik yah, Ramadhan malah nonton sinetron? Lha kan di luar Ramadhan udah puasa nonton sinetron?)
Saya baru saja kehilangan seri Para Pencari Tuhan yang mengunggah persoalan hidup dengan ringan, penuh canda namun mampu menyentil sisi-sisi naif manusia tanpa menggurui. Beruntung tahun ini ada Ketika Cinta Bertasbih di RCTI.

Alhamdulillah saya membaca dua jilid buku KCB dan menonton kedua film layar peraknya. Saya fikir setelah halaman terakhir buku itu, atau setelah saya tinggalkan bangku bioskop, Azzam dan Anna akan hidup bahagia selama-lamanya seperti kisah-kisah dongeng HC Andersen. Mereka membina rumah tangga yang super sakinah, mewarisi pesantren besar yang hebat, beranak cucu yang sehat dan sederet predikat kebahagiaan dunia akhirat yang bisa disandang manusia.

Namun prasangka saya ternyata tidak benar, di sinilah saya tercengang dengan kehebatan Habiburrahman El Shirazy yang ternyata dalam seri sinetron KCB mampu menampilkan potret bahwa kesempurnaan seorang Anna maupun Azzam ternyata tidaklah seperti yang dibayangkan oleh warga pesantren, pun oleh kita. Bagaimana ternyata dalam keshalihatannya, seorang Anna adalah pribadi yang keras, kurang tabayyun kepada suami sendiri dan gampang minta cerai. Bagaimana ternyata di balik citra tenangnya rumah mereka ada kemelut rahasia yang tidak sempat diketahui warga pesantren.

Tabik sekali lagi untuk Kang Abik El Shirazy. Tidak ada hidup yang paripurna selagi manusia masih berjalan di muka bumi.
Kadangkala kita terkagum kepada kesuksesan seseorang dan kurang mensyukuri diri apa adanya. Banyak orang ingin menjadi orang lain dengan melupakan diri sendiri.


Saya jadi teringat semasa koas (pendidikan klinik untuk mengambil profesi dokter). Rumah sakit sedang direnovasi besar-besaran saat itu. Banyak tukang bangunan yang sedang bekerja mememperbaiki dan membangun kembali gedung tua RSUP Dr M Djamil Padang. Nah, suatu hari menjelang maghrib saya berjalan di koridor yang mulai temaram dengan membawa sampel darah pasien baru untuk diperiksa di laboratorium kemudian hasilnya dianalisa untuk presentasi kasus besok paginya. Letih juga dinas dari pagi tadi hingga esok siang. Residen sudah pula menunggu di bangsal dengan tugas-tugas dan keangkeran mereka. Saya melihat dua orang tukang yang sedang mencangkul sambil ngobrol.
Saya membatin, Enak ya jadi mereka, kerjanya ringan, tidak ada yang memarahi mereka. Tak banyak tanggung jawab. Namun beberapa langkah kemudian -masih di koridor yang sama- entah kesambet apaan saya bisa 'menjadi' mereka yang seakan sedang bergumam: Enak ya yang jadi calon dokter, lihat bajunya gagah, tangannya bersih dan pasti hidupnya enak. Calon kaya tuh...
Dan dialog batin itu masih saya ingat sampai saat ini.

Oke, balik maning ke sinetron...
Kita enjoy saja mengikuti sang tokoh yang sedang tercekam takut, menikmati rasa takut sambil mengunyah popcorn.
Kita bisa mengikuti episode sengsara sang tokoh sambil tetap tidak lupa pada sepiring sayur lodeh di pangkuan.
Asyik saja membiarkan adrenalin menderas di tubuh kita sambil menikmati perjuangan si tokoh yang harus jatuh bangun meraih kemenangan.
Karena kita berprasangka baik kepada akhir dari sinetron tersebut.


Bat sobat...
Betul kita tidak mampu melihat ending dari hidup kita.
Tapi kalo kita berprasangka bahwa segalanya akan baik pada akhirnya, kayaknya kita bisa menikmati setiap episode yang kita perankan. Kan ada "Sang Sutradara"...

Maka, dengarlah ada yang berbisik:
Menangislah pada episode sedih. Itu hal yang benar.
Tertawalah pada episode gembira. Itu lebih baik.
Hadiri saja setiap episode dengan diri kita yang seutuhnya.


Nikmati saja setiap episode, engkau tahu akhirnya.

Monday, 11 April 2011

Perjuangan Ini...

Mau mengabarkan kalo gua akhirnya sudah membeli baju renang hehe.. :P
Toko yang beruntung itu adalah lasona ta. Padahal gua sempet intip2 kesana minggu lalu waktu lagi nyari tapi gak hinggap lama karna baju renangnya gua liat banyak yang sexi2, jadi gua gak pede buat liat lebih lanjut.

Ternyata setelah gua liat2 lebih dekat, banyak juga yang modelnya bagus. Lucu2 gitu, motifnya juga banyak banget. Akhirnya gua pilih yang model rok, gak jadi yang two piece, abis perut gua jadi kliatan buncit *padahal bukan kliatan, tapi emang*, jadinya perut gua mbulet gitu wahahaha...

Sempet bingung emang enak ya berenang bawahnya rok, apa gak ngembeng2 nti di aer? Apa gak menggangu gerakan renang?
Tapi setelah dipikir2 lagi *emang gua kebanyakan mikir ya* ngapain gua mikirin gituan, toh gua juga bukan atlet renang, gerakan juga asal kepak2 doank yang penting maju, soklah bungkus dah yang rok :D

Harganya 385K, pas hoki lagi diskon 20% jadi 305K. Trus gua sekalian beli swim capnya warna pink.. udah gua coba pake lucu deh hihi.. kepala gua jadi seperti botak, mana kepala gua kan peyang gak bulet jadi aneh hahaha..

Tapi walaupun semua peralatan udah lengkap, gua tetep blom kesampean ke apartemen temen gua itu. Acara renang bersama ditunda karna lagi dicat apartemennya. Ada2 ajaaa.. giliran gua udah komplit gini peralatannya, temboknya pake dicet segala :D

Akhir bulan ini david ada tugas ke brunei. Gua jadi jomblowati lagi deh sebulan. Gak bisa mengharapkan bakal ditemenin nyokap, karna... udah tau kan karna apa hehe..

Tapi sebagai gantinya kemaren bokap gua ngajakin gua ke malay, ngajakin gua cek ke dokter. Sebenernya sudah sejak lama bokap gua suruh2 gua coba cek ke dokter disana. Maklumlah, orang riau kalo berobat biasanya ke malaka, seperti orang medan ke penang.
Mereka lebih memilih ke sana karna biayanya sama saja dengan jakarta, tapi prosesnya lebih cepet, gak antri2 kaya disini, dan untuk beberapa kasus memang kita harus mengakui kedokteran mereka lebih unggul.

Gua gak bilang dokter kita kalah pinter, tapi gak tau deh kayanya disini tuh suka lambat gitu prosesnya, daftar aja lama, trus cek ini cek itu lama deh, kalo disana biasanya lebih cepet langsung ketauan sakitnya apa, pengobatannya gimana.

Sebenernya gua males banget mau berobat ke sana. Pertama jauh. Gua mesti cuti dan buat tau masalah gua apa kan gak bisa sehari dua hari. Bisa berapa kali bolak balik ke sana. Lagian gua masih yakin ama dokter di jakarta, makanya walaupun dari dulu bokap gua suruh2 gua tetep gak mau.

Tapi kali ini gua mungkin mempertimbangkan. Soalnya gua udah turutin semua kata dokter, bahkan gua saking keponya pantang secara lebay sampe2 kurang gizi. Disuruh LO gua manut, disuruh konisasi gua pasrah. Tapi sampe skarang blom beres juga.

Masalah flek gua aja sampe skarang gak ada dokter yang tau itu flek apaan. Trus bulan ini gua merasa siklus gua malah lebih kacau dari biasa. Padahal selama ini period gua gak pernah kacau, tapi entah kenapa bulan ini aneh. Masa baru hari 18 gua udah mens lagi. Gak lancar lagi, seciprit2 kadang banyak kadang dikit. Gua kan jadi stress. Sebelum itu juga flek gak brenti2.

Jadi gua mungkin akan mencoba untuk mengikuti saran bokap. Mumpung david juga gak ada disini, daripada gua sendirian di rumah. Pas pula cuti gua lagi banyak2nya, gua masih ada cuti taon2 lalu 18 hari + cuti taon ini 12 hari. Jadi gua mending ambil cuti buat ikut bokap aja deh.

Inget2 dulu yulia pernah saranin gua ke penang, gua juga udah baca2. Banyak yang bayi tabung di sana yah. Biayanya juga lebih murah dari disini. Kalo plus akomodasi mungkin imbang2 lah ya. Gua jadi kepikiran apa gua bt di penang aja yah...

Jujur gua lagi bingung sekarang. Gak tau mesti ngapain. Kalo bt disana gua mesti sering2 cuti dari kantor, gak tau berapa lama. Biayanya juga gak sedikit, tingkat keberhasilannya juga gak tinggi, cuma 35%. Kalo diterusin ke dokter sini, gua sendiri juga gak tau mesti berapa lama. Terakhir dokternya suruh gua tunggu lukanya kering sekitar 6 bulan baru kesana lagi.

Lama banget kan ya 6 bulan.. kata david sih buang2 waktu.
Mau coba ke dokter laen, david udah apatis, udah bosen dia ganti2 dokter. Dia malah yang nyaranin gua langsung bt aja.

Yah itulah yang jadi pikiran gua hari ini dan kemaren malam. Gua diajakinnya kemaren, jadi gua kepikiran sampe malam, padahal sebelumnya mah kagak kepikir, jadinya hari ini gua ngantuk deh.

Tuh, bokap gua emang lebih perhatian kan daripada nyokap. Nyokap gua mana mau nemenin gua, dia lebih milih nemenin romo, nemenin suhu yang datang dari surga antah berantah. Mendingan bokap mau temenin gua berobat.

Susah ya masalah anak beranak ini, udah berapa taon masiiih aja gua berkutat ama bagaimana membuat anak. Orang udah mikir mau masuk sekolah mana, mau punya berapa anak, lah gua bikin 1 aja gak sukses2 :P

Tuesday, 5 April 2011

Gak Usah Dibaca

Pernah gak kalian ngerasain kecewa ama orang tua? Gua yakin tiap2 anak pasti banyak pengalaman dalam keluarganya. Gua juga.. dari kecil gua sering banget kecewa ama nyokap gua gara2 gua ngerasa dia terlalu manjain adek cowo gua sehingga kita sekeluarga susah.

Adek cowo gua itu dulu nakal banget. Gua sampe pernah sampe pada titik gua benci ama dia. Pernah juga gua nangis2 karna kecewa ama nyokap gua. Banyaklah kejadiannya, gak usahlah gua ceritain satu2, karena sebenarnya bukan itu yang mau gua ceritain disini.
Karena untungnya sekarang adek gua itu udah bertobat jadi anak baek2. Dia udah ada usaha sendiri dan udah settle down.

Sekarang gua kecewa ama nyokap gua gara2 gua ngerasa dia terlalu terobsesi ama viharanya dan gua jadi gak diperhatiin. Segala macam kegiatan vihara dia kudu ada, dia jadi seksi ini seksi itu, sampe2 gua ngerasa ditelantarkan ama dia.

Emang sih kita pasti telpon2an lumayan sering minimal seminggu sekali. Tapi kalo suruh dia dateng kesini, susah banget. Mesti gua masuk rs dulu atau nih pas ama kegiatan viharanya ada acara ke jakarta. Kalo gak, dia mah getol ngurusin segala macem tetek bengek disana dari matahari terbit ampe matahari terbenam saban ari.

Terus terang gua udah gak ada respek sama sekali ama tu vihara. Sori ya gua gak bermaksud mengatasnamakan vihara sebagai objek keagamaan disini. Tolong mengerti yang gua maksud vihara disini adalah badan organisasi pada umumnya, gua sama sekali gak bermaksud menjelek2an salah satu agama.

Pertama2 gua sih seneng, nyokap gua ada kegiatan disana, kegiatan positif pula. Tapi semakin lama, kalo diitung2 udah berapa taon ya dia berkecimpung di vihara itu, gak inget gua, semakin lama kakinya semakin dalam, udah bukan kecimpung2 lagi, tapi udah kelelep, tenggelam beratus2 meter keknya, sampe2 buat narik dia bentar ke kehidupan duniawi biasa aja susah.

Gua pengen donk bisa jalan2 sekeluarga ama nyokap, bokap, atau dia datang kesini lamaan, supaya bisa ketemu anaknya lebih lama seperti nyokap2 normal lainnya. Tapi sepertinya impian gua itu sudah harus gua kubur dalam2.

Waktu gua sakit itu aja ya, telponnya gak brenti2 bunyi, semuanya dari orang vihara, nanya inilah, nanya itulah, jangan2 mereka nanya botol kecap dimana, garam dimana kali ya, segitu kelabakannya gak ada nyokap gua bentar aja.
Bahkan gua rasa direktris aja kalah sibuk kali ama nyokap gue. Soalnya baru datang sehari aja udah ditanyain kapan pulang??

Gua jadi pengen tereak, wooii.. itu nyokap gueeee... gua sakit nihhh.. masuk rs nihh.. kok pada gak ada perasaan gitu sih.. baru aja dia sampe udah disuruh cepet2 balik.. gondok setengah mati gua ama orang2 vihara itu.

Trus karna gua ngambek - sebenernya bukan yang pertama kali udah sering malah - nyokap gua baek2in gua, katanya dia berjanji akan lebih sering kesini liatin gua, gak mau terlalu sibuk lagi ama vihara. Walaupun dalam hati gua meragukan, tapi gua seneng2 aja dijanjiin gitu. Apalagi janjinya berkali2 trus bawa2 shio lagi. Katanya shio kelinci kan shio kasih sayang, jadi nyokap gua mau lebih meningkatkan kasih sayang untuk anak2nya..

Yah namanya anak, mana bisa sih ngambek lama2, apalagi ngambek karna minta perhatian, udah diperhatiin dikit aja langsung lumer lagi, langsung seneng lagi, iya kan..

Trus gua sembuh. Trus nyokap gua pulang. Trus mestinya akhir april ini nyokap gua datang lagi, bukan karna dia mau datang, tapi karna ada acara vihara jadi sekalian dia extend lamaan disini. Lamaan disini itu maksudnya cuma beberapa hari loh, jadi nyokap gua kalo disini tuh gak pernah sampe 2 minggu. Seminggu lebih doank biasanya, kalo bisa malah 3 hari doank kali.
Jadi direncanakanlah dia mau kesini seminggu, 4 hari acara vihara, 3 hari extend.

Gua paksa2 extend lamaan, dia gak mau, gak enak katanya, orang sibuk mau waisak. Okelah gua ngalah. Gua sadarlah, mau waisak pasti sibuk. Orang hari besar setaon sekali. Tapi barusan ada kabar lagi, katanya gak bisa extend, karna ternyata ada acara lain juga tanggal segitu.
Betelah gua ya, gua langsung ketus, emang semua acara mesti ikut apa?

Padahal gua ngalah karna waisak, acara gede. Ini acara keroco2 juga masa gua kalah penting sih? Ada latian koor lah, lomba liam keng lah, inilah, itulah. Masa gitu2an juga mesti diikutin semua?

Jadi gua sebal sama 2 hal. Ama nyokap gua, yang terlalu kerasukan ama vihara, sampe2 semua tentang vihara didewa2kan. Dan juga gua sebal ama orang2 vihara, kenapa kayanya nyokap gua dimanfaatkan banget ngurusin semuanya, sampe2 dia merasa kalo gak ada dia semuanya gak bisa jalan, mentang2 nyokap gua itu orangnya naif jadi dimanfaatin sana sini.

Beneran loh nyokap gua itu naif sampe2 gua sering gregetan ama dia, mo nyuruh prt nyuci piring aja, pake ditanya dulu, kamu bisa cuci piring gak? Kalo dijawab gak bisa, nti dia yang cuci. Gelo gak tuh. Mana ada sih orang gak bisa cuci piring.

Gua gak ngerti pikiran nyokap gua itu. Segitu berbakti banget sih, heiran. Udah gitu masih sibuk lagi nanya kenapa taon ini di jakarta gak ada sembayangan cengbeng? Biasanya kan di padang ada, di jakarta ada. Emang biasanya keluarga gua bikin 2 kali cengbeng, supaya keluarga di jakarta gak usah pulang ke padang, ikut yang di jakarta aja.

Mana gua taulah, biasanya gua dikasih tau ada sembayang ya gua datang, kalo gak dipanggil om gua ya gua gak dateng donk, lagian gua yang masih idup aja gak diurusin ngapain ngurusin orang mati..

Kasar banget deh bahasa gua pasti, mungkin besok2 gua baca ini gua nyesel udah ngata2in nyokap gua dan viharanya, tapi untuk sekarang gua lagi benar2 sebal. Jadi sebodo teinglah.. palingan besok2 gua apus postingan ini...

Kenapa warga rohingya diusir dari negaranya

  Warga Rohingya telah mengalami pengusiran dan diskriminasi di Myanmar selama beberapa dekade. Konflik terhadap etnis Rohingya bersumber da...