Waktu yang tepat memotong bambu
Menebang bambu ada syarat-syarat yang harus di penuhi, syarat ini berkaitan dengan jam, hari, bulan serta kondisi bambu. Nah, jam, hari, bulan serta kondisi bambu yang dipilih harus tepat. Ini bertujuan agar bambu tersebut kuat dan tahan lama dan tidak mudah diserang hama. Kuncinya adalah kandungan air dalam batang bambu saat penebangan, semakin kadar air saat penebangan tinggi maka kualtas bambu semakin rendah.
Jam yang tepat untuk penebangan bambu
Jam penebangan bambu perlu diperhatikan karena jika salah jam tebangnya maka akibatnya bambu tersebut akan mudah diserang hama. Waktu yang tepat sebaiknya menebang bambu diatas jam 12 siang tetapi jangan lebih dari waktu maghrib. Hal ini dikarenakan pada jam-jam itu kadar air pada batang bambu sudah berkurang. Untuk mengetahui ciri-cirinya dapat kita lihat pada daun bambu sudah mulai layu, jika pada pagi hari kandungan air di dalam batang bambu masih terlalu banyak sehingga kadar gula pun masih banyak, karena yang disenangi hama bambu adalah kadar gula yang ada dalam batang bambu. Jika melebih maghrib, maka daya tarik bulan akan menaikan permukaan air (pasang) sehingga batang bambu menyerap air lebih banyak sehingga kadar airnya pun meningkat lagi.
Hari yang tepat untuk menebang bambu
Hari yang tepat untuk menebang bambu adalah hari Senin, Rabu, Kamis, Jumat dan Minggu. Nah, di luar hari itu (Selasa dan Sabtu ) jangan coba – coba menebang bambu. (hal ini tidak ada kaitannya dengan duania mistis, magis).
Alasannya dari hari Selasa dan Sabtu tidak baik untuk menebang bambu, Ini bukan karena hari itu adalah hari kurang baik atau hari sial, akan tetapi pada hari Selasa dan Sabtu bambu pada posisi sedang tumbuh, para pakar berpendapat bahwa pada hari itu bambu kembali muda karena sedang terjadi pertumbuhan sehingga kondisinya lemah maka akan mudah diserang hama.
Bulan yang baik untuk menebang bambu
Bulan yang dimaksud adalah bulan dilangit, pada saat bulan besar (tanggal 13,14 dan 15) dua hari sebelum purnama dan saat bulan purnama, pada tanggal tersebut tidak baik untuk menebang bambu. Alasannya ?
Tanggal 13, 14 dan 15 bulan dilangait, karena air laut naik hingga batas maksimal sehingga air tanahpun naik, karena bambu adalah akar serabut maka sangat mudah untuk menyerap air dengan demikian kadar gula di dalam batang bambupun meningkat. Dengan kandungan/kadar gula yang tinggi bambu menjadi mudah diserang hama.
Selain Jam, Hari dan bulan sebaiknya menebang bambu jangan dilakukan apabila bambu tersebut sedang keluar rebung dan bambu sudah keluar bunga. Alasannya ?
Bambu tumbuh anakan / rebung
Bambu yang sedang keluar anakan (rebung) tidak baik untuk ditebang, pada saat bambu sedang keluar rebung bambu rapuh karena seluruh tenaganya diserap anak (rebung) sehingga tidak baik untuk ditebang, tunggu hingga anakan (rebung) sudah siap pisah atau sekurang-kurangnya setinggi 3 meter atau jika dipindahkan sudah bisa tumbuh mandiri.
Bambu sudah keluar bunga
Bambu keluar bunga adalah bambu yang sedang stress dan akan mati, sehingga tidak baik untuk diambil sebagai bahan bangunan, pada kondisi seperti ini bambu mudah diserang hama (bubuk bambu).
Selain mengetahui waktu yang tepat untuk menebang bambu sebagaimana kami jelaskan di atas, para produsen bambu juga harus paham bagaimana mengawetkan batang bambu secara tradisional agar batang bambu awet dan bebas hama. Ada 5 cara tradisional dalam mengawetkan bambu, sebagai berikut:
5 Cara Mengawetkan Bambu Secara Tradisional
Bagaimana cara mengawetkan bambu secara tradisional? Sebagai bahan bangunan, bambu merupakan material alami yang mempunyai karakteristik organik. Rata-rata daya tahan bambu bisa mencapai kurang dari 3 tahun karena banyak mengandung zat gula tanpa disertai adanya unsur toksik. Bambu yang mengalami kerusakan akan mengakibatkan kekuatan, kegunaan, dan nilainya menurun drastis.
Salah satu metode yang dapat ditempuh untuk memperpanjang daya tahan bambu sebagai bahan bangunan ialah pengawetan. Proses ini sanggup menunda dan menahan terjadinya kerusakan bambu sehingga kekuatan strukturnya bakal lebih stabil. Ada kalanya pengawetan juga dilakukan dengan tujuan meningkatkan nilai estetika dan tingkat ketahanan bambu terhadap api.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan selama berlangsungnya proses pengawetan di antaranya kondisi bambu tersebut, apakah basah atau kering. Bagaimana pula wujud bambu yang akan diawetkan, apakah masih utuh, berupa bilah-bilah, atau sudah dalam bentuk kerajinan? Tinjau juga bambu yang telah diawetkan nantinya bakal digunakan untuk mendukung struktur bangunan atau pun tidak. Selain itu, faktor jumlah kebutuhan dan faktor skala pengawetan pun wajib diperhitungkan.
Indonesia sudah lama mengenal teknik pengawetan bambu secara tradisional mengingat material ini banyak sekali dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan rumah adat. Bahkan metode ini pun lumrah dikerjakan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penasaran bagaimanakah proses pengawetan tersebut dilaksanakan?
Perendaman di Air
Bambu yang direndam selama kurun waktu tertentu akan meningkatkan daya kekokohannya. Proses ini biasanya dilakukan di parit, kolam, sungai, sawah, atau laut dan berlangsung selama 3-4 bulan. Semakin lama bambu direndam, maka kualitasnya pun bakal semakin membaik. Meskipun metode pelaksanaannya sangat sederhana, namun kelemahan mengawetkan bambu dengan perendaman ialah lamanya waktu yang diperlukan dan munculnya bau tak sedap yang sangat menyengat pada hasil perendaman bambu.
Pengasapan Secara Alami
Secara tradisional, bambu juga bisa diawetkan melalui proses pengasapan. Caranya mudah sekali, bambu cukup diletakkan di langit-langit pada suatu ruangan yang cukup berasap, misalnya dapur. Seiring berjalannya waktu, tingkat kelembaban bambu tersebut akan berkurang secara perlahan-lahan. Dengan demikian, potensi kerusakan bambu akibat proses biologis dapat dihindari. Saat ini, beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang sudah mengembangkan metode pengasapan bambu menggunakan peralatan yang modern sehingga lebih efektif dan efisien.
Penebangan Waktu Tertentu
Menurut kepercayaan, menebang bambu pada waktu-waktu tertentu dapat meningkatkan daya tahannya. Masyarakat suku jawa dan sunda yakin sebaiknya bambu ditebang pada mongso kesembilan/bulan maret. Proses ini juga harus dikerjakan pada saat menjelang subuh. Keyakinan lainnya, pohon bambu ditebang ketika sedang bulan purnama agar nantinya tidak diganggu oleh hama.
Pemanggangan dengan Tungku
Pada dasarnya, metode pemanggangan ini mirip seperti cara mengawetkan kayu secara alami melalui proses pengasapan. Perbedaannya terletak pada media yang digunakan sebagai bahan pengawet. Di dalam metode pemanggangan bambu ini, kita memanfaatkan panas yang dikeluarkan oleh tungku api, bukan asap. Sehingga kondisi bambu akan menjadi lebih kering dan zat gula yang terkandung di dalamnya berubah menjadi karbon. Alhasil jamur, kumbang, dan rayap pun bakalan tidak menyukainya.
Pencelupan Memakai Kapur
Pencelupan bilah-bilah bambu ke dalam larutan kapur (CaOH2) yang mengandung kalsium karbonat juga ampuh diterapkan untuk menaikkan tingkat keawetan suatu bambu. Karakterisitik bambu yang dimasukkan ke dalam larutan ini akan berubah sifatnya menjadi kedap terhadap air. Hasilnya air pun akan sulit masuk ke dalam pori-pori bambu. Hal ini bermanfaat pada bambu tersebut yang otomatis terhindar dari serangan jamur dan kutu.
No comments:
Post a Comment