Tuesday, 18 June 2019

9 Fakta Tentang Daya Tarik Individu dan Gairah Seksual

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

ketertarikan-seksual-doktersehat

DokterSehat.Com – Begitu memasuki masa puber, remaja pria dan wanita akan mulai berkutat dengan apa yang dinamakan dengan gairah seksual dan ketertarikan dengan lawan jenis. Meski pada usia mudah mereka akan lebih sering menahannya, masalah ketertarikan ini akan terus berkembang hingga akhirnya memunculkan sebuah hubungan.

Fakta gairah seksual dan daya tarik seksual

Seks dan daya tarik memang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Bahkan, banyak teori menyebutkan kalau ingin mempertahankan cinta dan daya tarik, seks harus dimasukkan ke dalamnya. Itulah kenapa seks sangat penting untuk pasangan yang sudah menikah.

Nah, apakah seks dan daya tarik hanya berkutat seputar masalah itu saja, jawabannya tentu saja tidak. Berikut beberapa fakta yang bisa Anda simak.

  1. Seks dan maknanya yang berbeda-beda

Seks memiliki makna yang berbeda-beda bagi beberapa orang. Ada yang menganggap seks sebagai aktivitas fisik saja. Seks seperti halnya olahraga yang akan memberikan keringat. Namun, ada juga yang menganggap seks sebagai ungkapan rasa cinta dan sayang pada pasangan.

Seks juga diartikan sebagai aktivitas yang bisa mendekatkan dua orang yang tidak saling mengenal satu dengan yang lain. Terakhir, seks juga digunakan sebagai salah satu alasan untuk melakukan relaksasi.

  1. Kontak fisik dan kedekatan emosional

Bagi beberapa orang, seks adalah aktivitas fisik antara dua orang. Sentuhan tubuh dan juga bersenggama akan menghasilkan kenikmatan yang besar. Dari kenikmatan yang dirasakan oleh tubuh secara terus-menerus inilah beberapa orang jadi saling mencintai atau lebih mencintai dari sebelumnya.

Sedikit berbeda dengan transformasi kontak fisik menjadi kedekatan emosional, beberapa orang banyak yang butuh kedekatan emosional dahulu. Tanpa hadirnya kedekatan emosional, seseorang tidak akan bisa melakukan seks. Biasanya wanita cenderung ada pada jenis ini dan pria pada jenis sebelumnya.

  1. Seks dan emosi memberikan pengaruh yang sama pada otak

Seks dan emosi sering sekali dianggap dua hal yang berbeda dan tidak ada hubungannya satu dengan lain. Namun, dari beberapa penelitian, dua hal ini memengaruhi otak dengan cara yang kurang lebih sama. Bagian otak yang bekerja untuk seks dan emosi adalah sama dan hormon yang dihasilkan juga sama.

Seks maupun emosi yang dimiliki oleh tubuh akan memengaruhi proses kognitif, psikologi, dan neurologi yang dimiliki oleh tubuh. Jadi, kalau ada gangguan fungsi tubuh saat melakukan seks adalah hal yang wajar.

  1. Seseorang bisa sangat emosional saat bercinta

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, seks memiliki makna yang berbeda-beda pada beberapa orang. Seks juga bisa memberikan dorongan emosi yang sangat kuat dan menyebabkan seseorang mengalami perubahan mood. Seks bisa memberikan rasa bahagia yang besar pada pasangan yang dengan sadar melakukannya dan tanpa pasangan.

Sebaliknya seks juga bisa memberikan emosi negatif seperti rasa sedih dan perasaan bersalah. Hal ini bisa terjadi karena seks yang dilakukan sama sekali tidak bisa dinikmati. Dampaknya, perasaan yang menekan membuat seseorang jadi mengalami trauma atau bahkan anti dengan seks di masa depan.

  1. Gairah seksual kadang membuat kita susah berpikir

Seks memengaruhi fungsi otak yang dimiliki oleh seseorang. Hal ini terjadi karena fungsi kognitifnya jadi terganggu. Seseorang yang melakukan seks atau sedang ada pada puncak gairahnya kerap sulit untuk berpikir dengan jernih. Itulah kenapa banyak kejadian tidak menyenangkan yang sebenarnya bisa dicegah, tapi karena otak tidak bisa bekerja dengan baik, hal buruk yang terjadi.

  1. Hormon cinta adalah nyata

Mungkin beberapa dari kita menganggap kalau seks adalah hal biasa. Seks yang bisa mendekatkan pasangan juga tidak bisa dibuktikan. Namun, dari penelitian yang dilakukan, seks bisa menghasilkan oksitosin. Nah, oksitosin adalah hormon yang membuat Anda semakin sayang dengan pasangan. Itulah kenapa setelah bercinta beberapa dari kita merasa sangat bahagia dan makin sayang dengan pasangan.

  1. Nafsu seksual dan ketertarikan adalah dua hal yang berbeda

Ketertarikan adalah hal biasa dan bisa terjadi pada siapa saja. Misal seorang pria jadi tertarik dengan artis karena aksinya hebat atau seorang wanita tertarik dengan teman prianya yang cukup baik. Nafsu adalah bentuk lain dari tertarik, tapi lebih ke seksual. Misal ingin melakukan kontak fisik entah itu sentuhan atau sampai  berhubungan badan.

  1. Memisah emosi dan seks bisa dilakukan

Setiap orang memiliki gaya hidup yang berbeda. Ada yang lebih memilih menikah dan menjalin hubungan jangka panjang dengan seseorang. Namun, ada yang tidak suka menjalin hubungan jangka panjang dan memilih sendiri meski tetap berhubungan seks. Biasanya orang seperti ini cenderung tidak mau melakukan seks dengan emosi. Setelah bercinta hubungan tidak dilanjutkan lagi, begitu seterusnya.

  1. Emosi dan seks sangat mudah disatukan

Emosi dan seks memang dua hal yang berbeda. Namun, dengan melakukan seks seseorang akan memiliki emosi baik itu positif atau negatif. Kalau emosi yang muncul adalah positif, seseorang akan mudah dekat dengan pasangannya. Bahkan, kemungkinan terjadi perselisihan akan rendah.

Apa pun jenis seks yang Anda lakukan dengan pasangan, sebisa mungkin diawali dan diakhiri dengan komunikasi yang intens. Lakukan pembicaraan hangat dan agak nakal agar seks tetap menarik sampai kapan pun.

Inilah beberapa ulasan tentang gairah seksual dan juga daya tarik individu terhadap lawan jenis. Dengan memahami beberapa fakta di atas, kita sedikit demi sedikit akan mengetahui kalau masalah seks dan hubungan antara dua orang ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dari beberapa fakta di atas, adakah yang tidak pernah Anda ketahui sebelumnya?

 



Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Terlalu Banyak Minum Air Kelapa Bisa Picu Serangan Jantung?

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

manfaat-air-kelapa-hijau-doktersehat

DokterSehat.Com– Air kelapa termasuk dalam minuman yang digemari oleh siapa saja. Rasanya yang menyegarkan dan kemampuannya dalam menghilangkan dahaga membuatnya selalu dicari-cari banyak orang. Hanya saja, belakangan ini ada anggapan yang menyebut terlalu banyak mengonsumsi air kelapa bisa memicu serangan jantung. Apakah hal ini memang benar?

Bahaya minum air kelapa berlebihan

Meski bisa memberikan manfaat kesehatan, kandungan kalium di dalam air kelapa ternyata juga bisa memberikan efek samping bagi kesehatan jika terlalu banyak dikonsumsi. Hal ini diungkap oleh sebuah penelitian yang bertajuk Death by Coconut.

Dalam penelitian ini, disebutkan bahwa kandungan kalium di dalam air kelapa bisa sampai 10 kali lipat jika dibandingkan dengan yang ada dalam minuman berolahraga. Masalahnya adalah karena rasanya yang nikmat dan menyegarkan, kita bisa mengonsumsi air kelapa dalam jumlah yang jauh lebih banyak.

Kaitan antara air kelapa dengan risiko serangan jantung

Pada penelitian yang hasilnya diunggah dalam jurnal berjudul Circulation, dihasilkan fakta bahwa minum air kelapa akan memicu asupan kalium dengan berlebihan atau yang disebut sebagai hyperkalemia. Penelitian ini juga mengungkap kasus kematian pria berusia 42 tahun akibat terlalu banyak mengonsumsi air kelapa.

Pria yang diketahui berada dalam kondisi sehat ini baru bermain tenis dan kemudian menghilangkan dahaga dengan minum air kelapa sebanyak 8 gelas besar atau sekitar 2,6 liter. Air kelapa sebanyak ini memiliki hampir 700 mg kalium. Setelahnya, sang pria jatuh pingsan hingga dilarikan ke rumah sakit.

Setelah diperiksa oleh dokter, barulah diketahui bahwa kandungan kalium di dalam tubuhnya mencapai 5.500 miligram atau jauh lebih tinggi dari normal, yakni sekitar 4.700 mg saja.

Jika sampai tubuh mengalami kelebihan kalium, maka kita akan mengalami gejala seperti nyeri pada perut, gangguan napas, munculnya keringat dingin, kepala pusing, hingga sensasi tidak nyaman pada dada dan lengan.

Hal ini disebabkan oleh kemampuan kalium dalam mempengaruhi otot, termasuk otot jantung. Karena alasan inilah kinerja jantung bisa terganggu dan akhirnya meningkatkan risiko terkena serangan jantung.

Kandungan air kelapa yang sebaiknya tidak sering dikonsumsi

Selain keberadaan kalium yang memang sebaiknya tidak dikonsumsi dengan berlebihan, pakar kesehatan menyebut adanya kandungan lain di dalam air kelapa yang sebaiknya memang tidak dikonsumsi dengan berlebihan.

Berikut adalah kandungan-kandungan tersebut.

  1. Sodium

Sodium adalah kandungan yang bisa kita temukan di dalam garam. Meski bisa membuat rasa makanan atau minuman menjadi lebih gurih, konsumsi sodium dengan berlebihan bisa memberikan beberapa dampak buruk bagi kesehatan seperti peningkatan tekanan darah. Padahal, sudah menjadi rahasia umum jika tekanan darah tinggi bisa berimbas buruk pada risiko terkena penyakit jantung atau stroke.

Di dalam satu gelas air kelapa, kita sudah mendapatkan 252 miligram sodium atau sekitar 17 persen dari batasan konsumsi asodium harian. Jika kita mengonsumsinya dalam jumlah yang terlalu banyak, dikhawatirkan asupan sodium harian bisa menjadi berlebihan dan akhirnya membahayakan kesehatan tubuh.

  1. Gula

Air kelapa yang tidak diberi tambahan gula atau sirup memiliki kandungan 6 gram gula alami di setiap gelasnya. Masalahnya adalah seringkali produk air kelapa yang kita konsumsi sudah diberi tambahan gula. Sebagai contoh, banyak penjual air kelapa di pinggir jalan yang menambahkan gula merah atau sirup demi membuatnya memiliki rasa yang lebih segar.

Keberadaan gula tambahan ini membuat asupan kalori harian bisa meningkat sehingga akhirnya meningkatkan risiko terkena obesitas. Selain itu, konsumsi gula berlebihan juga bisa meningkatkan risiko diabetes.

Karena alasan inilah sebaiknya kita mengonsumsi air kelapa yang tidak diberi tambahan apapun dan memastikan untuk tidak meminumnya dengan berlebihan.



Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Afasia: Penyebab, Jenis, Gejala, Pengobatan

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

afasia-doktersehat

DokterSehat.Com – Adanya gangguan atau kelainan pada organ otak menimbulkan pelbagai masalah kesehatan tubuh, utamanya berkaitan dengan kemampuan motorik dan verbal. Hal ini tentu saja akan menghambat aktivitas seseorang, bahkan tak jarang berujung pada kelumpuhan. Salah satu penyakit yang diakibatkan oleh terganggunya fungsi otak adalah afasia. Apa itu afasia? Apa penyebab afasia? Bagaimana mengobati afasia?

Apa Itu Afasia?

Afasia adalah penyakit kelainan otak yang mengakibatkan penderitanya mengalami kesulitan dalam berbicara. Tak hanya itu, penderita aphasia acap kali merasa sulit untuk memilih, merangkai, dan menangkap makna dari suatu kata. Menulis juga menjadi kesulitan lainnya yang dialami oleh para penderita afasia.

Penyakit afasia tersebut lantaran bagian otak yang bertugas untuk memproses bahasa dan kata-kata mengalami kerusakan. Afasia berkaitan dengan penyakit otak lainnya, seperti stroke, kanker otak, atau cedera otak traumatik. Sementara itu, afasia akan berkembang secara bertahap pada mereka yang menderita gangguan saraf progresif.

Penyebab Afasia

Cedera yang mengakibatkan kerusakan pada otak, dalam hal ini bagian otak tempat pemrosesan bahasa dan kata-kata, menjadi penyebab penyakit afasia. Terjadinya cedera ini sendiri tak lepas dari adanya penyakit otak yang sudah lebih dahulu diderita oleh pasien.

Stroke adalah penyakit otak yang kerap dikaitkan dengan afasia. Dilaporkan sekitar 25 – 40 persen penderita stroke yang berhasil sembuh akan berlanjut pada kondisi aphasia ini. Selain itu, penyakit seperti epilepsy juga ditengarai menjadi penyebab afasia.

Afasia juga dipicu oleh sejumlah faktor, yaitu:

  • Tumor
  • Infeksi otak (meningitis, ensefalitis, dsb.)
  • Demensia
  • Parkinson
  • Cedera kepala akibat benturan keras

Jenis-Jenis Afasia

Dilihat dari penyebab dan gejala yang menyertai, afasia terbagi menjadi beberapa jenis. Berikut ini adalah jenis-jenis penyakit afasia yang perlu Anda pahami dan waspadai.

1. Afasia Wernicke

Afasia Wernicke adalah jenis afasia yang diakibatkan oleh kerusakan bagian otak yang berkaitan dengan komprehensi bahasa. Mereka yang mengalami afasia Wernicke umumnya tidak dapat mengerti ucapan yang orang lain atau bahkan mereka sendiri katakan.

Hal ini karena pada saat berbicara, susunan kalimat menjadi sangat acak. Sebagai contoh “lewat duduk bapak depan yang saya sedang”. Kekeliruan berbicara ini lantas dikenal sebagai logorrhea dan menjadi ciri atau gejala afasia Wernicke yang paling mudah dikenali.

Akan tetapi, penderita aphasia ini merasa jika apa yang dia ucapkan sudah benar adanya. Menurunnya kemampuan untuk mengidentifikasi kesalahan dalam berujar (anosagnosia) menjadi alasan hal tersebut bisa terjadi. Pada akhirnya, penderita afasia Wernicke menyadari bahwa ucapan mereka sama sekali tidak benar. Pada kondisi tersebut, penderita akan menjadi emosional dan merasa depresi.

2. Afasia Motorik

Afasia motorik disebut juga sebagai afasia Broca. Afasia jenis ini menyerang bagian otak yang berfungsi untuk memproses ujaran. Penderita afasia motorik merasa kesulitan dalam berujar, akan tetapi masih mengerti apa yang orang lain ucapkan. Dengan kata lain, mereka tidak bisa memanifestasikan apa yang ada di pikirannya ke dalam suatu ujaran.

Afasia motorik kerap diiringi oleh sejumlah kondisi lainnya, seperti hemiplegia, hemiparesis, agraphia, dan alexia. Hal ini terjadi karena adanya pembuluh darah abnormal yang memengaruhi pergerakan salah satu sisi tubuh (umumnya tubuh sebelah kanan).

3. Afasia Transkortikal Motorik

Jenis afasia yang satu ini memiliki ciri atau gejala yang hampir mirip dengan afasia motorik (afasia broca), yakni si penderita tidak mampu menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya ke dalam suatu ujaran.

Akan tetapi, penderita afasia transkortikal motorik dapat dengan mudah mengulangi kata atau kalimat yang diucapkan oleh lawan bicaranya. Sebagai contoh, penderita hendak berkata “saya ingin duduk” namun tidak bisa. Namun, apabila lawan bicaranya mengucapkan kata tersebut, maka penderita afasia transkortikal motorik dapat mengulangi perkataan tersebut tanpa hambatan berarti.

4. Afasia Transkortikal Campuran

Penderita afasia transkortikal campuran mengalami gangguan di sekitar bagian otak yang memproses ujaran (Broca) dan bagian otak yang memproses bahasa (Wernicke). Akibatnya, penderita jenis afasia ini tak mampu memahami perkataannya sendiri maupun lawan bicara.

Menariknya, penderita afasia transkortikal campuran ini mampu memahami dan mengulangi setiap kata atau kalimat dari tulisan maupun lirik lagu yang sudah sering mereka lihat dan dengar. Hal ini bisa terjadi karena baik Broca maupun Wernicke sebetulnya tidak mengalami kerusakan, melainkan bagian-bagian yang ada di sekitarnya. Akibatnya, Broca dan Wernicke tidak mampu mengenali ujaran maupun bahasa secara spontan.

Stroke jenis DAS diklaim menjadi penyebab mengapa seseorang mengalami afasia transkortikal campuran ini.

5. Afasia Transkortikal Sensorik

Afasia trasnkortikal sensorik tergolong sebagai jenis afasia yang kasusnya jarang terjadi. Afasia transkortikal sensorik ditandai dengan ketidakmampuan penderitanya untuk dapat memahami perkataan lawan bicaranya, sementara ia sebetulnya dapat berbicara dengan lancar sebagaimana mestinya.

Sebagai contoh, Anda mengatakan “bagaimana kabarmu?”, maka penderita malah balik bertanya dengan pertanyaan yang sama. Adanya kerusakan pada bagian otak yang memproses bahasa menjadi penyebab afasia transkortikal sensorik ini.

6. Afasia Global

Kerusakan pada otak bagian Broca dan Wernicke yang sudah berlangung lama membawa penderitanya pada kondisi afasia global. Afasia jenis ini ditandai oleh ketidakmampuan seseorang dalam memahami perkataan—baik dirinya sendiri maupun orang lain—serta tidak juga mampu untuk berbicara.

Pada sejumlah kasus, penderita afasia global masih dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan memanfaatkan bahasa non-lisan.

Diagnosis Afasia

Guna mendiagnosis penyakit afasia, serta mengukur tingkat keparahan yang dialami oleh penderita, dokter akan melakukan prosedur pemeriksaan. Pemeriksaan ini nantinya dapat mengidentifikasi sejauh mana penderita dapat membaca, menulis, dan berbicara.

Ada 2 (dua) rangkaian pemeriksaan yang umum dilakukan, yaitu:

  • Pemeriksaan kemampuan berkomunikasi, yakni dengan cara meminta pasien untuk menyebutkan satu per satu kata atau kalimat yang telah ditentukan, pun melihat respon pasien ketika diajak berbicara
  • Pencitraan otak, yakni dengan melakukan prosedur CT Scan, MRI, atau tomografi emisi positron. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa parah kerusakan yang terjadi pada bagian otak (Broca dan Wernicke) sebagai penyebab afasia

Pengobatan Afasia

Berbicara mengenai pengobatan afasia, maka hal ini harus disesuaikan dengan sejumlah faktor, seperti jenis afasia, penyebab afasia, usia penderita, dan faktor-faktor lainnya. Pasalnya, setiap jenis afasia memiliki metode pengobatan yang berbeda pula.

Pada kasus di mana aphasia disebabkan oleh stroke, misalnya. Penderita akan melakukan terapi wicara dengan dokter yang khusus menangani hal ini. Dokter juga lazimnya akan memberikan obat-obatan guna menunjang terapi, seperti piribedil, idebenone, bromocriptine, dan bifemelane.

Selain itu, perlu gaya berkomunikasi khusus manakala Anda sedang berbicara dengan penderita afasia agar pembicaraan berjalan lancar, yaitu:

  • Bicara perlahan dengan nada yang tidak keras
  • Gunakan bahasa isyarat dengan gerakan tubuh
  • Buatlah tulisan untuk berkomunikasi
  • Usahakan untuk mengajukan pertanyaan yang hanya berujung pada dua jawaban, ya atau tidak
  • Jangan alihkan pandangan mata saat berbicara
  • Selalu berikan semangat dan apresiasi pada penderita

Pencegahan Afasia

Oleh karena afasia umumnya disebabkan oleh penyakit seperti stroke dan infeksi bakteri, maka cara mencegah penyakit ini yaitu dengan mencegah diri Anda terseran penyakit-penyakit tersebut, baik itu dengan mengonsumsi makanan bergizi, maupun menerapkan pola hidup sehat.

Sementara itu, untuk penyebab afasia berupa cedera yang diakibatkan oleh kecelakaan, langkah pencegahan dapat dilakukan dengan selalu berhati-hati dalam beraktivitas, terlebih jika Anda memiliki aktivitas yang berisiko terhadap kecelakaan.



Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Cendo Mycos: Manfaat, Dosis, Efek Samping

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

cendo-mycos-doktersehat

DokterSehat.Com – Cendo Mycos obat apa? Cendo Mycos adalah obat dengan kandungan Hydrocortisone acetate dan Chloramphenicol. Obat ini digunakan untuk mengatasi infeksi mata akibat bakteri yang peka terhadap Chloramphenicol sekaligus membutuhkan terapi kortikosteroid.

Ketahui selengkapnya tentang Cendo Mycos mulai dari manfaat, efek samping, dosis, petunjuk penggunaan, dan lainnya melalui artikel ini!

Rangkuman Informasi Obat Cendo Mycos

Nama ObatCendo Mycos
Kandungan ObatChloramphenicol dan Hydrocortisone acetate
Kelas ObatAntibiotik dan anti peradangan
KategoriObat resep
Manfaat ObatMengatasi infeksi mata
KontraindikasiHipersensitif
Sediaan ObatSalep mata, tetes mata

Cara Kerja Cendo Mycos

Cendo Mycos adalah obat untuk mengatasi infeksi mata. Cendo Mycos memiliki kandungan Chloramphenicol dan Hydrocortisone acetate. Chloramphenicol masuk ke dalam golongan obat antibiotik, yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi bakteri. Obat ini bersifat bakteriostatik, yaitu menyebabkan perkembangan bakteri bersifat tetap atau statis.

Sedangkan Hydrocortisone merupakan jenis obat kortikosteroid, yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi peradangan yang diakibatkan oleh infeksi tersebut.

Manfaat Cendo Mycos

Secara umum, manfaat Cendo Mycos adalah untuk mengatasi infeksi bakteri dan peradangan pada mata. Beberapa kondisi yang umumnya dapat diatasi menggunakan obat mata Cendo Mycos adalah seperti berikut ini:

  • Uveitis
  • Konjungtivitis
  • Dakriosistitis
  • Keratitis

Selain kondisi di atas, Cendo Mycos juga mungkin digunakan untuk infeksi lain yang disebabkan oleh bakteri yang peka terhadap Chloramphenicol.

Dosis Cendo Mycos

Obat mata Cendo Mycos tersedia dalam sediaan Cendo Mycos salep mata dan tetes mata. Cendo Mycos salep mata dan tetes mata memiliki kandungan Chloramphenicol 0.2% dan Hydrocortisone 0.5%.

Berikut adalah dosis Cendo Mycos yang disarankan:

  • Dosis Cendo Mycos salep mata: 3-4 kali per hari, dioleskan pada mata yang terinfeksi.
  • Dosis Cendo Mycos tetes mata: 1-2 tetes, digunakan 3-4 kali per hari pada mata yang terinfeksi.

Ikuti petunjuk dosis yang ada dalam kemasan obat. Dosis dapat berubah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Jangan pernah mengganti dosis obat tanpa berdiskusi dengan dokter atau apoteker sebelumya.

Petunjuk Penggunaan Cendo Mycos

Petunjuk penggunaan Cendo Mycos disesuaikan dengan sediaannya. Berikut adalah petunjuk penggunaan Cendo Mycos salep mata:

  • Sebelum menggunakan salep mata, bersihkan tangan menggunakan sabun.
  • Condongkan kepala ke belakang dan tarik kelopak mata bagian bawah dengan lembut.
  • Pegang tube salep dengan menggunakan tanga lainnya dan dekatkan dengan mata tanpa menyentuhnya.
  • Hindari kontak langsung antara ujung tube dengan mata, tangan, atau permukaan lainnya.
  • Oleskan salep ke kantong mata kira-kira sepanjang 1 cm.
  • Kedipkan mata secara perlahan, kemudian tutup mata Anda selama 1-2 menit.
  • Bersihkan sisa salep mata berlebih pada wajah.
  • Segera tutup kembali tube untuk menghindari kontaminasi obat.
  • Bersihkan tangan kembali.

Sedangkan petunjuk penggunaan Cendo Mycos untuk obat tetes mata adalah seperti berikut:

  • Condongkan kepala ke belakang dan tarik kelopak mata bagian bahwa dengan lembut.
  • Pegang tabung di atas mata dan lihat ke atas.
  • Tekan tabung hingga 1 tetes obat masuk ke kelopak mata. Jangan biarkan ujung tabung menyentuh mata. Jika menyentuh, maka sebaiknya buang 2 hingga 3 tetes obat, kemudian bilas ujung tabung.
  • Tutup mata selama satu atau dua menit.
  • Tekan dengan lembut sisi ujung mata dekat hidung untuk mencegah air mata.

Petunjuk Penyimpanan Cendo Mycos

Simpan obat mata Cendo Mycos sesuai dengan petunjuk penyimpanannya untuk mencegah obat rusak dan efektivitasnya menurun. Berikut adalah petunjuk penyimpanan Cendo Mycos yang harus diperhatikan:

  • Simpan obat Cendo Mycos pada suhu di bawah 30°C.
  • Simpan obat Cendo Mycos di tempat kering dan tidak lembap, jangan simpan di kamar mandi.
  • Hindari obat Cendo Mycos dari cahaya atau sinar matahari langsung.
  • Hindari obat Cendo Mycos dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.
  • Jika obat sudah memasuki masa expired, jangan buang obat sembarangan, diskusikan dengan apoteker tentang petunjuk pembuangan obat ini.

Efek Samping Cendo Mycos

Setiap obat berpotensi menimbulkan efek samping, begitu juga dengan Cendo Mycos. Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat penggunaan Cendo Mycos:

  • Gatal
  • Sensasi terbakar
  • Iritasi
  • Infeksi sekunder
  • Penipisan kornea dan sklera
  • Reaksi alergi

Efek samping di atas tidak selalu terjadi. Efek samping dapat terjadi akibat penggunaan dosis yang kurang tepat, penggunaan jangka panjang, atau kondisi lain dari pasien. Apabila mengalami efek samping serius atau reaksi alergi, sebaiknya segera hentikan penggunaan obat.

Apabila efek samping tidak kunjung membaik, segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Jika merasakan efek samping lainnya yang tidak disebutkan di atas, laporkan pada dokter untuk mengetahui kemungkinan efek samping lainnya dari Cendo Mycos.

Interaksi Obat Cendo Mycos

Interaksi obat dapat terjadi ketika Cendo Mycos digunakan bersama dengan jenis obat-obatan lain tertentu. Interaksi obat menyebabkan efektivitas obat menurun dan dapat meningkatkan potensi terjadinya efek samping.

Beri tahu dokter apabila Anda sedang mengonsumsi atau belakangan mengonsumsi obat-obatan tertentu termasuk obat resep, non-resep, hingga obat herbal.

Konsumsi alkohol juga dapat menyebabkan interaksi obat, maka sebaiknya dihindari. Diskusikan juga dengan dokter tentang jenis makanan atau minuman yang sebaiknya dihindari selama penggunaan obat Cendo Mycos untuk menghindari interaksi obat.

Peringatan dan Perhatian Cendo Mycos

Obat Cendo Mycos termasuk ke dalam kategori obat keras yang penggunaannya harus melalui resep dokter. Berikut adalah beberapa hal lain yang perlu menjadi peringatan dan perhatian selama penggunaan obat Cendo Mycos:

  • Jangan gunakan obat Cendo Mycos pada pasien yang hipersensitif terhadap Hydrocortisone acetate, Chloramphenicol, dan komponen lain yang terkandung dalam obat ini.
  • Hati-hati penggunaan pada pasien yang memiliki kondisi seperti hipertensi dan diabetes.
  • Penggunaan Cendo Mycos pada ibu hamil masuk kategori C untuk ibu hamil yang artinya obat ini hanya dapat digunakan apabila manfaat yang didapatkan lebih besar dari efek samping yang mungkin terjadi.
  • Jangan hentikan penggunaan obat ini tanpa petunjuk dokter karena menghentikan penggunaan antibiotik sembarangan dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap obat.


Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Gejala dan Pengobatan Penyakit Sifilis pada Pria dan Wanita

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

obat-sipilis-doktersehat

DokterSehat.Com – Penyakit sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan karena bakteri Treponema pallidum (T.pallidum). Ada tiga tahap atau stadium penyakit sifilis yaitu: stadium primer, sekunder, dan tersier. Lantas, obat sipilis apa yang bisa Anda gunakan?

Penyebab Sifilis

Sebelum menjelaskan mengenai obat sipilis, penyakit ini sering kali telat terdiagnosis dan berakibat fatal karena gejala yang ditimbulkan pada stadium awal penyakit dapat hilang dengan sendirinya tanpa diobati, namun sebenarnya penyakit tetap berlanjut menjadi stadium sekunder dan tertier. 

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pada tahun 2015, seperti yang dilansir oleh Medical News Today, 60 persen kasus terinfeksi melalui hubungan seksual, terutama homoseksual.

Pengobatan penyakit sipilis juga dapat diberikan untuk pasangan seksual yang mempunyai risiko tinggi tertularnya sifilis. Obat sipilis yang utama adalah dengan antibiotik, terutama pada tahap awal agar perjalanan penyakit tidak berlangsung menjadi stadium berikutnya.

Sifilis disebabkan ketika T. pallidum ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui aktivitas seksual. Sipilis juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan, atau ke bayi saat melahirkan. Kondisi ini disebut sifilis kongenital.

Penyakit sifilis tidak bisa ditularkan melalui kontak dengan benda-benda seperti gagang pintu dan kursi toilet.

Gejala Sifilis

Sipilis dikategorikan oleh tiga tahap dengan gejala bervariasi yang terkait dengan setiap tahap. Namun, dalam beberapa kasus, tidak ada gejala selama beberapa tahun.

Tahap menular meliputi stadium primer, sekunder, dan, kadang-kadang, fase laten awal. Sifilis tersier tidak menular, tetapi memiliki gejala paling berbahaya. Berikut adalah gejala sipilis yang harus Anda kenali, di antaranya:

 

1. Gejala sifilis primer

Gejala-gejala sifilis primer yaitu adanya luka atau ulkus seperti sariawan yang tidak nyeri, berbentuk bulat dengan dasar yang bersih dan perabaan yang keras, disebut juga dengan chancres. Gejala ini disertai dengan adanya pembesaran kelenjar getah bening regional pada selangkangan. Gejala ini, sekitar 3 minggu setelah terpapar.

Chancre dapat hilang dengan sendirinya tanpa meninggalkan bekas luka dalam waktu 3 hingga 6 minggu, tetapi tanpa pengobatan, penyakit ini dapat berkembang ke stadium berikutnya.

2. Gejala sifilis sekunder

Gejala sifilis sekunder meliputi:

  • Ruam yang tidak gatal yang mulai menyebar ke seluruh tubuh, termasuk telapak tangan dan telapak kaki. Ruam berwarna merah, atau cokelat kemerahan.
  • Nyeri otot.
  • Demam.
  • Sakit tenggorokan.
  • Kelenjar getah bening yang membengkak.
  • Rambut rontok.
  • Sakit kepala.
  • Penurunan berat badan.
  • Kelelahan.

Gejala-gejala sifilis ini bisa sembuh beberapa minggu setelah muncul, atau gejala dapat kembali beberapa kali dalam periode yang lebih lama. Sama seperti sifilis primer, gejala sifilis sekunder yang tidak diobati dapat hilang sendiri tanpa pengobatan namun berkembang ke tahap laten dan lanjut

3. Sifilis tersier

Penyakit sifilis tersier dapat terjadi 10 hingga 30 tahun setelah onset infeksi, biasanya setelah periode latensi, di mana tidak ada gejala.

Gejala termasuk:

  • Kerusakan pada jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan sendi.
  • Gumma, atau pembengkakan jaringan lunak yang terjadi di mana saja pada tubuh.

Diagnosis Penyakit Sifilis

Seorang dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan bertanya tentang riwayat seksual pasien sebelum melakukan tes klinis untuk memastikan.

Tes termasuk:

  • Tes darah: Ini dapat mendeteksi infeksi saat ini atau masa lalu, karena antibodi terhadap penyakit akan muncul selama bertahun-tahun.
  • Cairan tubuh: Cairan dari chancre selama tahap primer atau sekunder dapat dievaluasi untuk penyakit.
  • Cairan serebrospinal: Ini dapat dikumpulkan melalui tulang belakang dan diperiksa untuk menguji apakah ada dampak pada sistem saraf.

Oleh karena sipilis adalah infeksi menular seksual, pasangan seksual dari penderita sifilis harus dilakukan edukasi dan juga dilakukan pemeriksaan.

Pada saat ini sudah tersedia fasilitas kesehatan untuk melakukan screening penyakit sifilis agar penyakit ini dapat terdeteksi dan ditangani lebih dini. Selain sifilis, screening juga berguna untuk mendeteksi infeksi menular seksual lainnya dan penyakit HIV.

Cara Mengobati Sifilis

Penyakit ini dapat berhasil diobati pada tahap awal. Perawatan dini dengan penisilin sangat penting, karena paparan jangka panjang terhadap penyakit ini dapat menyebabkan konsekuensi yang mengancam jiwa.

Selama stadium primer dan sekunder, pasien akan menerima suntikan intramuskular dari Benzathine penicillin G. Cara mengobati sifilis tersier akan membutuhkan 3 kali suntikan Benzathine penicillin G dengan interval mingguan.

Neurosifilis membutuhkan suntikan intravena aqueous crystalline penicillin G setiap 4 jam selama 2 minggu untuk memerangi bakteremia dari sistem saraf pusat (SSP). 

Menyembuhkan infeksi penyakit sifilis akan mencegah kerusakan lebih lanjut pada tubuh, dan praktik seksual yang aman dapat dilanjutkan, tetapi tidak dapat membatalkan kerusakan yang telah terjadi.

Sementara untuk mereka yang memiliki alergi terhadap obat penisilin atau apabila Benzathine penicillin G tidak tersedia, maka dapat diberikan obat alternatif seperti doxycycline, ceftriaxone atau azithromycin.

Perlu diketahui juga, setelah melahirkan, bayi baru lahir yang terkena sipilis di rahim harus menjalani perawatan antibiotik.

Pengobatan dengan penisilin mempunyai efek samping yang disebut dengan reaksi Jarisch-Herxheimer yang merupakan reaksi tubuh terhadap toxin yang dihasilkan oleh bakteri yang mati karena penggunaan obat sipilis (antibiotik). Reaksi ini ditandai dengan demam, menggigil, mual dan sakit kepala, tekanan darah yang turun, peningkatan nadi dan ruam yang muncul kembali.

Gejala ini biasanya muncul hari pertama pengobatan. Oleh karena itu, penggunaan obat penisilin harus di bawah pengawasan ketat oleh dokter.

Kapan aman berhubungan seks?

Kontak seksual harus dihindari sampai:

  • Semua perawatan telah selesai.
  • Tes darah menegaskan bahwa penyakit telah sembuh.

Walaupun pengobatan sifilis berhasil, diperlukan waktu beberapa bulan agar titer antibodi terhadap sifilis turun ke batas normal. Oleh karena itu, dokter akan memantau perjalanan penyakit dengan melakukan tes darah secara berkala setelah pengobatan.

Pencegahan Sipilis

Tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko penyakit sifilis, termasuk:

  • Tidak berganti-ganti pasangan seksual.
  • Penggunaan kondom, meskipun ini hanya melindungi terhadap luka genital dan bukan pada tubuh.
  • Tidak berbagi mainan seks.
  • Menghindari alkohol dan obat-obatan yang berpotensi menyebabkan praktik seksual yang tidak aman.

Memiliki penyakit ini tidak berarti seseorang terlindung darinya. Setelah penyakit sifilis sembuh, kemungkinan sipilis bisa kambuh lagi.

Informasi kesehatan ini telah ditinjau oleh dr. Patricia Aulia



Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Penyakit ITP: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

penyakit-ITP-doktersehat

DokterSehat.Com– Idiopatik Trombositopenik Purpura atau disebut penyakit ITP, adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak memiliki cukup platelet (trombosit). Trombosit adalah sel darah yang membantu menghentikan pendarahan dengan menempel bersama untuk membentuk gumpalan yang menutup luka kecil atau pecah.

Para peneliti percaya bahwa ITP adalah penyakit gangguan autoimun. Tubuh biasanya membuat antibodi melawan infeksi, tetapi dalam ITP antibodi ini menyerang dan menghancurkan trombosit sehat tubuh. Apa yang menyebabkan ini tidak diketahui. Penyakit ITP terjadi pada 50 hingga 150 orang per juta setiap tahun. Sekitar setengah dari orang yang terkena dampak adalah anak-anak. ITP dapat memengaruhi wanita 2 hingga 3 kali lebih sering daripada pria.

Penyebab ITP (Idiopatik Trombositopenik Purpura)

Istilah “idiopatik,” digunakan sebagai kondisi sebelumnya, berarti “penyebab yang tidak diketahui.” Sebelumnya, nama ini digunakan karena penyebab ITP tidak dipahami dengan baik. Namun, sekarang jelas bahwa sistem kekebalan tubuh memainkan peran penting dalam pengembangan penyakit ITP, dengan demikian namanya yang lebih baru, trombositopenia imun.

Dalam ITP, sistem kekebalan menghasilkan antibodi terhadap trombosit. Trombosit ini ditandai untuk dihancurkan dan dihilangkan oleh limpa, yang menurunkan jumlah trombosit. Sistem kekebalan tubuh juga mengganggu sel-sel yang bertanggung jawab atas produksi trombosit normal, yang selanjutnya dapat menurunkan jumlah trombosit dalam aliran darah.

Pada anak-anak, penyakit ITP biasanya berkembang akut setelah virus. Pada orang dewasa, ITP biasanya berkembang seiring waktu.

ITP juga dapat diklasifikasikan sebagai primer, terjadi sendiri, atau sekunder, terjadi bersamaan dengan kondisi lain. Sementara pemicu sekunder meliputi, penyakit autoimun, infeksi kronis, obat-obatan, kehamilan, dan kanker tertentu.

ITP adalah penyakit yang tidak menular dan tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain.

Jenis ITP (Idiopatik Trombositopenik Purpura )

Penyakit Idiopatik Trombositopenik Purpura (ITP) terdiri dari dua jenis, berikut di antaranya:

1. ITP akut

Penyakit ITP akut adalah jenis ITP sementara atau jangka pendek. Biasanya berlangsung kurang dari 6 bulan. Ini adalah jenis ITP yang paling umum dan terjadi terutama pada anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, biasanya berusia antara 2 dan 4 tahun. Ini sering terjadi setelah seorang anak memiliki infeksi atau sakit dengan virus.

2. ITP kronis

Penyakit ITP kronis bersifat jangka panjang, biasanya menyebabkan gejala sakit ITP selama 6 bulan atau lebih. Sebagian besar memengaruhi orang dewasa, tetapi kadang-kadang remaja atau anak-anak dapat mengembangkannya.

Gejala ITP (Idiopatik Trombositopenik Purpura)

Pada penyakit ITP yang akut, gejalanya dapat timbul secara mendadak. Sementara pada stadium kronis, gejala sakit ITP akan timbul secara perlahan. Berikut gejalanya:

  • Bintik-bintik merah di kulit
  • Adanya darah dalam tinja dan urine
  • Perdarahan di gusi (misalnya, selama perawatan gigi)
  • Mimisan
  • Memar tanpa penyebab yang pasti
  • Menstruasi berat yang tidak normal
  • Perdarahan berkepanjangan dari luka

Diagnosis ITP (Idiopatik Trombositopenik Purpura)

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap dan akan bertanya tentang riwayat kesehatan Anda dan obat-obatan yang diminum.

Dokter juga akan melakukan tes darah yang mencakup hitung darah lengkap. Tes darah juga dapat mencakup tes untuk mengevaluasi fungsi hati dan ginjal, tergantung pada gejala sakit ITP. Tes darah lanjutan yang memeriksa antibodi trombosit juga dapat direkomendasikan.

Dokter juga akan meminta apusan darah, di mana sebagian darah ditempatkan pada kaca slide dan dilihat di bawah mikroskop untuk memverifikasi jumlah dan penampilan trombosit yang terlihat dalam jumlah darah lengkap.

Jika Anda memiliki jumlah trombosit yang rendah, dokter juga dapat memesan tes sumsum pada tulang. Jika menderita ITP, sumsum tulang Anda akan normal. Ini karena trombosit Anda hancur dalam aliran darah dan limpa setelah mereka meninggalkan sumsum tulang. Jika sumsum tulang tidak normal, jumlah trombosit yang rendah kemungkinan akan disebabkan oleh penyakit lain, bukan ITP.

Pengobatan ITP (Idiopatik Trombositopenik Purpura)

Dokter akan memilih perawatan berdasarkan jumlah trombosit yang Anda miliki dan seberapa sering dan seberapa banyak mengalami pendarahan. Dalam beberapa kasus, perawatan tidak diperlukan. Misalnya, anak-anak yang mengembangkan ITP akut biasanya pulih dalam waktu enam bulan atau kurang tanpa perawatan apa pun.

Orang dewasa penderita ITP yang tidak terlalu parah mungkin juga tidak memerlukan perawatan. Namun, dokter tetap ingin memantau jumlah trombosit dan sel darah merah untuk memastikan Anda tidak memerlukan perawatan di masa depan.

Jumlah trombosit yang menjadi terlalu rendah membuat Anda berisiko mengalami perdarahan spontan di otak dan organ lainnya. Jumlah sel darah merah yang rendah juga bisa menjadi pertanda perdarahan internal.

1. Obat-obatan

Jika Anda atau anak Anda memerlukan perawatan, dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan sebagai pengobatan pertama. Obat yang paling biasa digunakan untuk mengobati penyakit ITP di antaranya:

  • Kortikosteroid

Dokter mungkin meresepkan kortikosteroid, seperti prednison (Rayos), yang bisa meningkatkan jumlah trombosit dengan mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh.

  • Imunoglobulin Intravena (IVIg)

Jika perdarahan telah mencapai tingkat kritis atau akan menjalani operasi dan perlu meningkatkan jumlah trombosit dengan cepat, Anda mungkin diberikan imunoglobulin intravena (IVIg).

  • Imunoglobulin anti-D

Obat ini untuk orang yang memiliki darah Rh-positif. Seperti terapi IVIg, terapi ini dengan cepat meningkatkan jumlah trombosit, dan bekerja lebih cepat daripada IVIg. Namun, memiliki efek samping yang serius, sehingga individu harus dipilih dengan cermat untuk perawatan ini.

  • Rituximab (Rituxan)

Obat ini adalah terapi antibodi yang menargetkan sel-sel kekebalan tubuh yang bertanggung jawab untuk memproduksi protein yang menyerang trombosit. Ketika obat ini mengikat sel-sel kekebalan, yang dikenal sebagai sel B, mereka hancur. Ini berarti ada lebih sedikit sel B di sekitarnya, yang berarti lebih sedikit sel yang tersedia untuk membuat protein yang menyerang trombosit. Namun, tidak jelas apakah pengobatan ITP ini memiliki manfaat jangka panjang.

  • Agonis reseptor trombopoietin

Agonis reseptor trombopoietin, termasuk romiplostim (Nplate) dan eltrombopag (Promacta), membantu mencegah memar dan pendarahan dengan menyebabkan sumsum tulang memproduksi lebih banyak trombosit. Kedua obat ini telah disetujui oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA) untuk pengobatan jumlah trombosit yang rendah karena ITP kronis.

Jika obat-obatan di atas tidak meningkatkan gejala sakit ITP Anda, dokter dapat memilih untuk meresepkan obat lain, termasuk:

  • Imunosupresan umum

Imunosupresan biasanya menghambat aktivitas keseluruhan sistem kekebalan tubuh. Mereka tidak menargetkan komponen spesifik sistem kekebalan yang terkait dengan ITP. Ini termasuk, cyclophosphamide (Cytoxan), Azathioprine (Imuran, Azasan), dan mycophenolate (CellCept).

Namun, obat tersebut tersebut memiliki efek samping yang signifikan. Begitu sering mereka digunakan hanya dalam kasus-kasus parah yang belum menanggapi perawatan lain.

  • Antibiotik

Helicobacter pylori merupakan bakteri yang menyebabkan sebagian besar tukak lambung, telah dikaitkan dengan ITP pada beberapa orang. Terapi antibiotik untuk menghilangkan H. pylori telah terbukti membantu meningkatkan jumlah trombosit pada individu tertentu.

2. Operasi

Jika mengalami ITP parah dan obat-obatan tidak meningkatkan gejala atau jumlah trombosit Anda, dokter mungkin menyarankan operasi untuk mengangkat limpa Anda. Ini disebut splenectomy. Limpa Anda terletak di perut kiri atas.

Splenectomy biasanya tidak dilakukan pada anak-anak karena tingginya tingkat pengurangan spontan, atau peningkatan yang tidak terduga. Memiliki splenectomy juga meningkatkan risiko infeksi bakteri tertentu di masa depan.

3. Perawatan darurat

Bahaya penyakit ITP yang parah atau meluas membutuhkan perawatan darurat. Kondisi ini biasanya termasuk transfusi trombosit pekat dan pemberian kortikosteroid intravena seperti metilprednisolon (Medrol), IVIg, atau perawatan anti-D.

4. Perubahan gaya hidup

Dokter mungkin juga akan menyarankan Anda untuk melakukan beberapa perubahan gaya hidup demi pengobatan untuk Idiopatik Trombositopenik Purpura, termasuk di antaranya:

  • Hindarilah obat-obatan bebas tertentu yang dapat memengaruhi fungsi trombosit, termasuk aspirin, ibuprofen (Advil, Motrin), dan obat pengencer darah warfarin (Coumadin).
  • Batasi asupan alkohol karena mengonsumsi alkohol dapat memengaruhi pembekuan darah.
  • Pilih aktivitas yang berdampak rendah daripada olahraga berat yang berdampak tinggi lainnya untuk mengurangi risiko cedera dan pendarahan.


Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Milia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

milia-doktersehat

DokterSehat.Com – Bintik putih yang muncul di wajah, paling sering di sekitar mata, disebut dengan milia. Kondisi ini adalah kondisi kulit yang sangat umum dan dapat menyerang siapa saja. Milia tidak berbahaya, tapi dapat mengganggu penampilan apabila muncul dalam jumlah banyak. Ketahui selengkapnya tentang milia melalui artikel ini!

Apa Itu Milia?

Milia adalah kondisi di mana terdapat keratin atau sel kulit mati yang terjebak di bawah permukaan kulit hingga membentuk benjolan kecil berwarna putih di kulit.

Milia paling sering muncul pada bayi baru lahir. Menurut penelitian, sekitar 40% dari jumlah bayi baru lahir memiliki milia. Meskipun begitu, milia dapat juga muncul pada anak-anak hingga orang dewasa.

Milia umumnya memiliki ukuran 1-2 mm dan paling sering muncul di wajah seperti bagian pipi dan kelopak mata. Milia juga dapat muncul di bagian kulit lain selain wajah tapi kondisi ini relatif jarang terjadi.

Milia adalah kondisi kulit yang umum dan tidak berbahaya. Kondisi ini juga tidak menimbulkan peradangan pada kulit dan tidak juga menimbulkan rasa sakit atau gatal. Namun milia di wajah yang jumlahnya banyak memang dapat mengganggu penampilan dan terkadang menurunkan rasa percaya diri seseorang.

Penyebab Milia

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, secara umum penyebab milia adalah karena keratin atau sel kulit mati terjebak di bawah permukaan kulit. Milia jenis ini dikenal sebagai milia primer. Sedangkan milia yang dipicu oleh kondisi lain disebut dengan milia sekunder. Kondisi lain yang mungkin menjadi penyebab milia adalah seperti berikut ini:

  • Penggunaan make up atau produk yang mengandung parafin, petroleum,dan lanolin.
  • Efek samping dari pengobatan dari penyakit kulit lain atau dari trauma.
  • Paparan sinar matahari berlebihan.

Gejala Milia

Setiap penyakit ditandai dengan berbagai gejala spesifik yang berbeda-beda, begitu juga dengan milia. Berikut adalah gejala yang umumnya menandakan Milia:

  • Bintik berbentuk bulat warna putih pada wajah di pipi, kelopak mata, hidung. Dapat muncul di bagian tubuh lain, namun lebih jarang terjadi.
  • Bintik milia tidak menimbulkan inflamasi dan tidak terasa sakit ataupun gatal.

Diagnosis Milia

Dokter akan melakukan komunikasi atau anamnesis dengan pasien secara menyeluruh untuk memastikan diagnosis milia. Dokter akan menanyakan tentang gejala yang dialami pasien dan melakukan pemeriksaan fisik. Dokter juga mungkin akan memeriksa riwayat kesehatan pasien secara keseluruhan.

Selain itu, dokter juga akan melakukan diagnosis banding pada penyakit lain yang memiliki gejala sama untuk memastikan gejala tersebut adalah milia.

Pengobatan Milia

Milia bukan merupakan kondisi yang berbahaya, kebanyakan pengobatan milia di wajah di wajah dilakukan karena alasan estetika saja. Jumlah milia di wajah memang terkadang tidak sedikit sehingga dapat memengaruhi penampilan seseorang.

Milia pada bayi umumnya dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan penanganan apapun. Pada orang dewasa, berikut adalah pilihan cara menghilangkan milia yang umumnya dilakukan:

1. Obat topikal

Cara menghilangkan milia di wajah yang pertama adalah dengan menggunakan krim retinoid (turunan vitamin A) seperti tretinoin dan adapalene.

Tujuan penggunaan krim retinoid adalah untuk mempercepat regenerasi kulit. Penggunaannya harus dengan resep dokter dan perawatannya umumnya membutuhkan jangka waktu yang cukup panjang.

Penggunaan krim retinoid umumnya dilakukan malam hari, karena retinoid tidak boleh terkena sinar matahari. Apabila digunakan pada siang hari, maka harus dikombinasikan dengan sunblock dengan SPF minimal 30.

2. Facial wajah

Tindakan facial wajah juga bisa menjadi salah satu cara menghilangkan milia.

Sebelum melakukan facial untuk mengatasi milia, pastikan Anda memilih klinik terbaik dan tindakan ini dilakukan oleh seorang ahli kecantikan profesional yang memang berkapasitas untuk melakukan facial untuk mengatasi milia.

Ahli kecantikan akan menusuk bintik milia menggunakan alat kemudian mengeluarkan keratin yang terjebak di bawah kulit tersebut. Apabila tidak dilakukan dengan benar, tindakan ini dapat menimbulkan bekas berupa noda hitam pada kulit. Selain itu, milia juga dapat tumbuh lagi apabila tidak dikeluarkan dengan maksimal.

3. Chemical peeling

Metode ketiga yang bisa dilakukan sebagai cara mengatasi milia adalah chemical peeling.

Chemical peeling adalah metode penggunaan cairan dengan kadar pH asam untuk membantu pengelupasan atau eksfoliasi kulit. Milia akan ikut terangkat oleh kulit yang terkelupas tersebut. Setelah itu kulit akan beregenerasi dan membentuk lapisan kulit baru yang lebih rata.

4. Kauterisasi

Kauterisasi adalah terapi menggunakan listrik yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan luka.

Kauterisasi untuk mengatasi milia akan membuat milia berubah menjadi bintik hitam atau koreng yang kemudian akan mengering dan terlepas dari kulit. Penggunaan krim anti iritasi mungkin diperlukan untuk mencegah terjadinya iritasi setelah terapi ini dilakukan.

5. Cryotherapy

Cryotherapy adalah terapi yang menggunakan nitrogen cair yang diaplikasikan pada jaringan kulit yang ingin diangkat.

Terapi ini termasuk salah satu cara menghilangkan milia yang paling umum dilakukan. Nitrogen cair digunakan untuk membekukan milia sehingga milia akan mengering dan dapat terlepas dari kulit. Terapi ini dapat menyebabkan lepuh dan bengkak pada kulit yang umumnya dapat hilang dalam waktu beberapa hari.

Pencegahan Milia

Milia primer tidak memiliki pencegahan, tapi milia sekunder masih dapat dicegah. Berikut adalah beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mencegah milia:

  • Hindari penggunaan krim kental dan produk berbasis minyak
  • Lakukan eksfoliasi kulit antara 2 hingga 3 kali seminggu.
  • Hindari paparan sinar matahari berlebihan.
  • Penggunaan retinoid topikal sebelum chemical peeling karena prosedur chemical peeling juga sering kali dapat menyebabkan milia. Namun cara satu ini berpotensi menimbulkan noda hitam dan iritasi pada kulit.

 

Sumber:

  1. Milium Cysts in Adults and Babies – https://www.healthline.com/health/milia diakses 18 Juni 2019
  2. How can I get rid of milia? – https://www.medicalnewstoday.com/articles/320953.php diakses 18 Juni 2019


Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Kenapa warga rohingya diusir dari negaranya

  Warga Rohingya telah mengalami pengusiran dan diskriminasi di Myanmar selama beberapa dekade. Konflik terhadap etnis Rohingya bersumber da...